Dalam pengejaran, Elenio terjebak disebuah perkampungan dan bertemu dengan Zanna. Keduanya berakhir tinggal bersama. Elenio yang terlihat cool, ternyata sangat menyebalkan bagi Zanna, membuat cewe itu terus saja naik pitam dibuatnya. Namun ternyata kisah mereka tak sesimple itu. Orang-orang yang berhubungan dengan tempat Elenio berasal mulai berdatangan, mengacaukan ketenangan Elenio membuat cowo itu kembali ke kota asalnya bersama Zanna dan kisah yang sebenarnya pun dimulai.
Kisah Elenio Ivander Haidar dan Zanna Arabelle Jovita. Yang penuh teka-teki dengan dibumbui kisah-kisah manis ala percintaan remaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5
Disisi lain, Zanna tengah mandi dengan mulut yang terus menggerutu, padahal cewe itu mandi di bawah guyuran air shower. Selesai dengan acara mandinya, Zanna yang hanya memakai handuk mandi sebatas paha itu tampak terdiam menyadari sesuatu.
"Gila gue lupa ada Elenio! Baju udah dimasukin keranjang lagi. Masa gue keluar ginian? Duh gue juga bego banget sih gak bawa baju! Sial, sial!"
Zanna menggigit bibir bawahnya gelisah. Setelah menimbang-nimbang, Zanna memberanikan diri keluar dari kamar mandi. Berjalan mengendap-endap sembari menengok kanan kiri. Saat sudah sampai di depan pintu kamar, Zanna menghela nafas lega.
"Huhhhh, untung Elenio gak ada," leganya. Baru saja ia ingin membuka pintu kamar, suara seseorang mengagetkannya.
"Ada gue nih!"
Dengan kaku Zanna berbalik. Elenio seketika menatap Zanna dari bawah sampai atas, refleks Zanna menyilangkan tangannya di depan dada. Elenio tersenyum miring. "Mau goda gue lo?"
Zanna seketika melotot tidak terima. "Najis!"
Elenio terkekeh. "Gue gak akan tertarik kali sama badan tepos lo itu!" ejeknya.
Zanna mendelik tak terima. Body shaming sekali Elenio ini. Tak mau menanggapi, Zanna segera membuka pintu kamarnya dan membantingnya dengan keras hingga tertutup.
Meski sedikit kaget, Elenio masih sempatnya terkekeh, namun sedetik kemudian Elenio mengipas-ipas wajahnya dengan tangan.
"Huh, gerah! Lagian si Zanna ngapain lupa bawa baju coba? Gue 'kan juga cowo normal, bisa gerah juga lihat gituan! Udah gitu kulitnya mulus banget lagi sialan!" batin Elenio menggerutu.
Tadinya Elenio gabut di dapur. Daripada memperhatikan Ibunya Zanna yang tengah sibuk memasak untuk sarapan, dia pun memilih kembali ke kamar. Namun di kamar, Elenio merasa gabut lagi karena tak ada ponsel. Dia baru menyadari tak membawa barang apapun. Barangnya diambil 3 orang dewasa yang mengejarnya itu. Mana tak ada ponsel dan dompet. Mau bagaimana ini dia ke depannya?
Merasa pikirannya semakin ruwet, Elenio memilih keluar kamar. Tapi alangkah terkejutnya dia disuguhkan pemandangan yang menggoda iman. Mendengar kata yang terucap dari bibir Zanna, ide jahil seketika muncul untuk menggoda gadis itu, meski ia sendiri mati-matian mengusir hawa panas dari tubuhnya. Jujur saja, dia memang semunafik itu.
Elenio kembali pada kesadarannya. Dia mulai melangkah menuju dapur, duduk di meja makan memperhatikan Ibunya Zanna yang sedang sibuk menyiapkan meja makan, dari membawa peralatan makan, nasi dan lauk pauk.
Elenio tenggelam dalam pikirannya, banyak pertanyaan dalam benaknya mengenai Ibunya Zanna. Tapi, belum sempat tadi dia mengorek informasi, Zanna sudah bangun saja mengurungkan niatnya.
Flashback on
Elenio terbangun dari tidur singkatnya. Sebenarnya ia tidak benar-benar tidur, pikirannya sangat berisik mengkhawatirkan hari esok. Siapa juga yang akan bisa tenang di tengah situasi seperti ini? Meski mencoba tenang, tetap saja Elenio kepikiran.
Apakah keluarga Zanna akan menerimanya? Apakah ia akan diusir setelah ini? Mau bagaimana ia nanti ke depannya? Dia mau menghubungi siapa? Dan Bagaimana menghubunginya? Siapa yang akan ia mintai tolong disaat krisis begini?
Mendengar suara adzan, Elenio memilih bangkit dan keluar dari kamar. Bertepatan dengan itu, pintu kamar di samping kamar Zanna terbuka, menampilkan seorang wanita dewasa. Wanita itu tampak terkejut saat melihatnya, namun dia seperti tidak asing dengan wanita di depannya ini.
"Tante Gia?"