Terlahir dengan tubuh fisik yang sangat lemah, Satria selalu di intimidasi oleh orang-orang sekitarnya. Namun kebangkitan kekuatan merubah segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Simpatict, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Seseorang menatap tajam ke arah Satria dan mengancamnya.
Satria sedikit mengernyit,heran pada orang yang terlihat sedikit lebih tua darinya. "Anda siapa,kenapa saya harus menjauhi Mimi?."
Orang tersebut menjadi lebih marah saat ia tidak dikenali oleh Satria. "Saya adalah Bowo,wakil kepala Desa adalah ayahku,kau harus menjauhi Mimi,jika tidak,saya tidak akan segan-segan untuk berurusan denganmu juga ibumu yang hina itu,usia 15 tahun sudah memiliki anak tanpa suami." hina Bowo.
"Kak Bowo,jangan berbicara sembarangan, terserah aku ingin dekat dengan siapapun," ucap Mimi.
Satria sangat marah karena kata-kata Bowo. "Anda boleh menghina saya sesuka hati,tapi jika melibatkan ibu saya,tidak ada ruang negosiasi bagimu!." Bentak Satria seraya menghilang dan muncul di belakang Bowo untuk menghajarnya.
bang!!!! pukulan di punggungnya membuat Bowo terpental jauh.
Bowo berhenti, berbalik untuk menyerang Satria dengan kecepatan tercepat nya,namun Satria sudah lebih dahulu memukul perutnya. bang!!! bang!!!! pukulan demi pukulan dilayangkan. Satria belum menghentikan pukulannya bahkan setelah Bowo memar di seluruh wajahnya.
Mimi merasa khawatir dan menghampiri mereka yang sedang baku hantam. "Satria,cukup sudah,kamu bisa mendapat masalah besar jika menghabisi nya."
Satria menghentikan pukulannya dan meninggalkan Bowo dalam keadaan tidak sadarkan diri,kemudian membawa Mimi melanjutkan perjalanan ke pasar desa Kiwa.
"Kamu harus melarikan diri,wakil kepala Desa tidak akan membiarkan kamu memukuli anaknya." Kata Mimi dengan penuh kekhawatiran.
"Jika aku tidak ingin melibatkan ibu ku,sudah ku habisi orang yang bernama Bowo itu." Balas Satria geram.
"Sudahlah,ayo berjalan-jalan saja,kamu harus menemaniku berbelanja hingga selesai pokoknya." Ucap Mimi sambil menarik tangan Satria.
Satria mengangguk dan tersenyum. "Baiklah,hari ini aku adalah kuli angkut barang."
Tiba di pasar,terdapat banyak toko yang menjual berbagai macam kebutuhan pokok,Satria mengikuti Mimi untuk membawa barang belanjaan.
"Satria,Mimi,kalian berdua sedang berkencan?." Goda Luna yang melihat mereka terlebih dahulu.
"Kencan apanya,aku sedang menjadi kuli angkut," jawab Satria.
"Kamu tidak adil,aku tidak dibantu olehmu,apa Mimi saja yang spesial?," keluh Luna.
Mendengar keluhan Luna, Satria akhirnya membawakan belanjaannya, hingga akhirnya selesai dengan kedua tangan Satria berisi penuh barang belanjaan.
"Sudah selesai,ayo kita pulang," ucap Mimi.
Luna dan Mimi berjalan di depan sambil ngobrol dan bercanda. Sedangkan Satria yang membawa banyak barang,hanya mengikuti keduanya dari belakang.
Tiba di depan rumah Luna,rumah yang seperti milik penduduk desa kebanyakan, terbuat dari kayu,namun cukup luas dan elegan.
"Ayo mampir terlebih dahulu,aku akan membuatkan minuman dingin yang enak untuk kalian berdua," pinta Luna.
Karena Mimi setuju, Satria tidak ada alasan untuk menolak,setelah menaruh barang belanjaan milik Luna,Satria duduk di kursi teras bersama dengan Mimi.
Tidak lama kemudian,Luna keluar dengan membawa tiga minuman dingin untuk menemani ngobrol di teras dengan santai.
"Setela perayaan Desa,apa yang akan kamu lakukan, Mimi?," tanya Luna.
Mimi menundukkan kepalanya dan terlihat sedikit bersedih. "Aku akan mengikuti orang tuaku pergi ke kota Lore,ayahku mendapatkan panggilan untuk kembali ke kota,jadi kita sekeluarga harus pindah," ucapnya.
"Wah,asik juga kalau tinggal di kota,kalau kamu mendapatkan teman baru di kota,jangan lupakan kami ya," ucap Satria.
"Benar kata Satria,aku jadi iri padamu," sahut Luna.
Mimi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Aku tidak akan melupakan kalian semua."
Setelah beristirahat,Mimi dan Satria kembali ke rumahnya masing-masing,setelah Satria menyerahkan barang belanjaan di pertigaan jalan sebelum keduanya berpisah.
Satria kembali ke rumahnya,namun ia tidak menemukan ibunya di sekitar rumah.
"Kemana ibu,dia memintaku untuk pulang cepat,tapi dirinya sendiri malah tidak ada di rumah," gumam Satria.
Kemudian ia memutuskan untuk berbaring saja di kamarnya.
........
Di tempat lain,aula Desa Kiwa.
Shinta sedang duduk berhadapan dengan kepala Desa dan wakilnya, beserta para penjaga keamanan desa.
"Shinta, putramu Satria telah melukai putraku Bowo dengan sangat parah,apa yang akan anda katakan untuk membelanya?," ucap wakil kepala Desa.
"Putraku tidak akan pernah memukuli orang lain tanpa alasan,putra anda pasti yang menyebabkan dirinya sendiri dipukuli," jawab Shinta.
"Pak kepala Desa,Shinta ini beralasan jika putraku yang bersalah,saya mohon keadilan dari anda,usir ibu dan anak yang menjadi contoh buruk bagi desa Kiwa kita," kata wakil kepala Desa.
Shinta menatap tajam ke arah wakil kepala Desa. "Ki Birawa,saya menghormati anda sebagai wakil kepala Desa,tapi jika anda ingin bertindak sewenang-wenang,saya tidak keberatan untuk memberi anda satu atau dua pukulan."
Seketika,wakil kepala Desa murka atas pernyataan Shinta. "Anda berani mengancam saya, perempuan yang hina seperti anda?."
"Ki Birawa, perkataan anda sangat tidak pantas,ini adalah aula desa yang layak untuk dihormati oleh siapapun," sela kepala Desa.
"Maaf pak kepala Desa,tapi saya hanya meminta keadilan untuk putra saya," balas Ki Birawa.
"Saya tidak bisa memberikan keadilan tanpa bukti apapun, anak-anak muda hanya berkelahi,itu adalah hal yang lumrah,saya minta anda sebagai wakil kepala Desa,harus bersikap adil bagi semua warga desa," jelas Kepala Desa.
"Bukti apalagi,Bowo anak saya ditemukan oleh warga desa,dalam keadaan tidak sadarkan diri,setelah siuman dia menceritakan jika telah dipukuli oleh Satria yang tidak berguna itu," desak Ki Birawa.
Shinta sangat marah dan menggebrak meja. "Ki Birawa,anda selalu menghina putraku lagi dan lagi,hari ini saya benar-benar akan mengjajarmu!." Bentak Shinta sambil melesat menuju Ki Birawa dan memukulnya. duarrr!!! Ki Birawa terpental jauh dan menabrak dinding hingga menembusnya.
Pak kepala Desa ingin mencegah Shinta menyerang lagi,tapi dia sendiri tidak berdaya melawan kekuatan Shinta.
Seketika,Ki Birawa di buat babak belur dipukuli oleh Shinta,bahkan ketua penjaga desa sekalipun tidak sanggup untuk melawan.
"Ini adalah peringatan pertama sekaligus terakhir,saya tidak segan-segan menghabisi anda jika masih mengganggu putra saya!." Ancam Shinta dan kemudian berbalik pergi.
Pak kepala Desa hanya geleng-geleng kepala. "Sudah saya katakan agar anda lebih berhati-hati dalam bersikap,jangan menghina siapapun sesuka anda. Saya juga memberi peringatan kepada anda,jika hal seperti ini terjadi lagi,anda sebaiknya berhenti sebagai wakil kepala Desa,banyak orang yang lebih layak untuk menjadi wakilku."
Shinta kembali ke rumahnya dengan tergesa-gesa,setelah tiba, Shinta langsung memasuki kamar Satria yang sedang berbaring. Melihat Satria tidak terluka,ia menghela nafas lega.
Melihat ibunya, Satria segera bangkit dan duduk di atas ranjang.
"Ibu darimana saja,saya sudah pulang lebih awal,tapi ibu malah tidak ada," protes Satria.
"Kenapa kamu memukuli putra wakil kepala Desa?," tanya Shinta.
Satria menundukkan kepalanya. "Dia menghinamu Bu,aku tidak akan membiarkan seorang pun menghina ibuku," jawabnya.
Shinta tersenyum mendengar perkataan putranya. "Taukah kamu,ibu baru saja memukuli wakil kepala Desa,karena dia menghinamu."
Satria mendongak dan menatap ibunya dengan keterkejutan di matanya. "Benarkah, ternyata ibu sama saja denganku."
Kedua ibu dan anak tertawa bersama.
"Ibu akan memasak makanan spesial untukmu,kamu tunggu sebentar." Ucap Shinta sambil meninggalkan kamar Satria.
....
Hari baru, perayaan Desa dimulai dengan meriah,banyak tarian khas warga desa dipentaskan di aula desa yang sudah diperbaiki.
Seluruh warga desa berkumpul dan bersenang-senang bersama, Satria dan ibunya tak terkecuali,menghadiri acara yang diselenggarakan lima tahun sekali.
Hingga sore tiba,acara di akhiri dengan makan bersama seluruh warga desa,baik warga biasa ataupun yang memiliki kemampuan,semua berkumpul dan makan dengan gembira.
Satria dan ibunya sudah kembali ke rumah.
"Bu,aku akan pergi ke danau untuk berlatih dengan Mimi,dia akan pergi ke kota besok,jadi kita berlatih untuk yang terakhir kalinya," ijin Satria.
Shinta menatap mata putranya dalam-dalam. "Apa kamu tidak bersedih,Mimi adalah orang yang selalu menemanimu, saat tidak ada orang lain yang mau berteman denganmu."
Satria menggelengkan kepalanya. "Tidak Bu,Mimi akan pergi bersama orang tuanya,aku tidak bisa berbuat apa-apa dan aku juga ingin selalu bersamamu."