NovelToon NovelToon
I Love You, Pembantu Cantikku

I Love You, Pembantu Cantikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Nikahmuda / Keluarga / Romansa / Penyesalan Suami
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: MomoCancer

Anna seorang gadis desa yang memiliki paras cantik. Demi membayar hutang orang tuanya Anna pergi bekerja menjadi asisten rumah tangga di satu keluarga besar.

Namun ia merasa uang yang ia kumpulkan masih belum cukup, akan tetapi waktu yang sudah ditentukan sudah jatuh tempo hingga ia menyerah dan memutuskan untuk menerima pinangan dari sang rentenir.

Dikarenakan ulah juragan rentenir itu, ia sendiri pun gagal untuk menikahi Anna.

"Aku terima nikah dan kawinnya...." terucap janji suci dari Damar yang akhirnya menikahi Anna.

Damar dan Anna pada hari itu di sah kan sebagai suami dan istri, Namun pada suatu hari hal yang tidak di inginkan pun terjadi.

Apa yang terjadi kelanjutan nya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MomoCancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Tanpa disadari Angga dan Suryo, Damar sedari tadi sudah mendengar semua percakapan mereka. Pria itu hanya bisa terdiam mematung tanpa berkata-kata lagi. Ia sudah mengerti mengapa Suryo bersikap demikian, jika berhubungan dengan mamanya.

Rasa bersalah muncul. Betapa sakit luar biasa yang dirasakan oleh pria berusia kepala lima itu. Selama ini ia terus menerima setiap kebencian nya, semenjak kepergian ibunya, Anita. Tak sedikitpun ia mengeluh akan sikap Damar yang terus menerus, menyalahkan papanya soal kematian ibunya.

Tubuhnya bergetar hebat, kakinya seolah kehilangan tumpuannya hingga dia tidak sanggup berdiri.

"Ternyata Angga..."

Angga tertegun. Kejutan yang benar-benar mengejutkannya saat ia. Akhirnya ia paham akan sikap Suryo yang selalu mengutamakan Damar ketimbang dirinya. Ternyata kenyataan begitu pahit baginya, dialah anak hasil pengkhianatan ibunya. Namun, Suryo masih tetap membesarkan nya layaknya seorang anak.

Sulit dibayangkan, bagi Angga dialah penyebab hancur nya dinding hubungan antara papanya dan ibunya.

Bagaimana caranya dia bisa bertahan, dalam setiap hari ia bertemu dengannya, wajah para pengkhianat yang melekat diwajah ini, dia harus hidup dibawah bayang-bayang para pengkhianat yang sudah menghancurkan keluarga nya.

Angga masih tidak sanggup untuk berdiri, kini pikiran nya hanyalah perasaan yang tidak bisa dijelaskan.

"Ternyata aku ini, anak haram. Benar itu Pah? Kenapa papa begitu tegar menatapku, bukankah wajah ini yang akan terus mengingat kan papa pada orang-orang itu?"

"Siapa pun kamu, nak. Kamu tetap putraku, kamu anakku yang berharga. Maaf jika papa selalu menghiraukanmu, bagi papa kalian berdua tetap anak kesayangan papa."ucapnya pak Suryo tersengal-sengal.

"Apa papa menyayangi ku sebagaimana Damar, pah?"

Suryo mengeryitkan dahinya.

"Tentu saja, papa sayang kamu dan Damar sama rata. Tidak ada yang papa bedakan."

Angga bangkit dan memeluk Suryo, ia sudah sangat bersalah selama ini dengan berprasangka buruk padanya. Padahal dia sosok yang begitu baik, dia menerimanya sebagai anak padahal dia tahu didalam dirinya, mengalir darah orang lain. Hasil dari ketidak setiaan dari istrinya dan bayangan orang yang sudah dengan sangat berani merebut istrinya.

"Maafin aku, pa,"

Suryo menghela nafas panjang dan menghembuskan nya secara perlahan.

"Kamu gak salah apa-apa, ga. Ini semua salah papa, karena papa menyembunyikan kebenaran dari kalian berdua."

Isak tangis Angga pecah, meskipun laki-laki dia tidak bisa menahan lagi air mata yang sudah berkubang. Setelah kebenaran tentang dirinya, terungkap.

Setelah beberapa saat kemudian hening tercipta. Angga keluar untuk memastikan jika, Suryo sudah diperbolehkan pulang hari ini.

Baru saja melangkah keluar. Angga tertuju pada Damar yang tengah termenung disudut kursi tunggu tidak jauh dari ruangan papanya.

"Disini?"

Mengangguk. "Hemm.."

"Denger semua?" Angga menebak. Dari wajahnya Damar ia tahu semuanya.

Damar kembali mengangguk.

"Sekarang masih mau musuhan, sama papa?"

Menggeleng. Layaknya seorang bocah yang sedang dimarah.

"Lalu ?"

Hening. Damar tidak bisa menjawab apapun saat ini.

"Gue tahu, mar. Gue bukan adek kandung Lo. Mungkin saat ini lu makin benci sama gue. Tapi setidaknya jangan lu benci lagi sama papa,"

Damar mengadah, raut bimbang diwajahnya cukup menjelaskan penuh penyesalan.

"Gue gak bisa nyalahin lu, ga. Kita berdua korban dari keegoisan orang tua kita. Gue gak pernah terpikir sedikit pun bisa mendengar kenyataan yang menyakitkan seperti ini." Ucap Damar masih menatap langit-langit rumah sakit.

Senyum kecil terpancar dari Angga.

"Gue juga syok banget. Ternyata masalah keluarga kita berasal dari gue sendiri. Kaya mimpi gue," menggeleng tidak percaya.

Mereka saling melempar tawa. Ada perasaan yang tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata.

"Langkah lu, apa sekarang?"

"Gak ada." Ucap Damar.

"Gak ada?! Lu gak ada niat gitu, buat minta maaf sama papa. Dia cukup menderita mikirin lu, bro."

"Gue bingung, harus ngomong apa sama papa." Ucapnya Damar. Menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Mereka saling terdiam tanpa melanjutkan pembahasan, larut dalam pikirannya sendiri. Dibenak nya masih dipenuhi pertanyaan.

Angga menyandarkan tubuhnya senyaman mungkin ditempat itu. Memikirkan kenyataan yang sulit untuk diterima oleh logika.

Ada juga perasaan canggung setelah semuanya terungkap. Bercampur aduk tidak karuan.

"Lu mau kemana ?"

"Gue mau ketemu, Om Tio."jawab Angga.

"Om, Tio??"

Angga mengangguk.

"Dia ..."

"Betul. Dia om nya Mira."

"Mira?? Cewe cupu yang suka sama lu, semasa SMA."nada mengejek dari Damar.

"Gak perlu di jelasin juga kali...." Mendelik.

Damar tertawa. Sekian lama akhirnya mereka bisa saling bercanda juga mengobrol layaknya seorang saudara.

Selama ini mereka tidak bisa akur sedikit pun, meskipun dengan kenakalan Angga yang sedemikian rupa, tidak sedikitpun membuat Damar ingin dekat dengan Angga.

Dari kejauhan Suryo memperhatikan mereka. Bibirnya mengembang sempurna, wajah yang sudah setengah keriput itu, akhirnya hati ini bisa merasakan lega dan bahagia melihat kebersamaan yang di harapkan sejak lama dari kedua putranya.

Uhuk uhuk

Suryo mengeluarkan batuk darah. Damar dan Angga yang masih saling bercengkrama tidak jauh dari sana, teralihkan dengan suara pak Suryo yang sudah berdiri tepat di ambang pintu ruangan.

"Papa!!" Damar dan Angga seketika dibuat panik.

"Angga, Damar. Papa gak apa-apa ko."

Uhuk uhuk 

Terlihat di telapak tangan itu, sebercak darah keluar dari mulutnya.

"Papa harus masuk dan istirahat. Kenapa keluar kan bisa panggil Angga, kalo papa butuh sesuatu."cemas.

Mereka membawa nya kembali keruangan, dan memintanya segera berbaring kembali diatas ranjang.

"Papa kenapa keluar sendiri sih?" Wajah cemas terpancar dari wajah Damar.

Suryo tersenyum bahagia.

"Papa, cuma mau liat anak-anak papa yang sudah kembali akur."

Damar dan Angga saling bertukar pandangan.

"Sekarang Damar sama Angga pasti akur, demi papa. " ucap Damar dengan mantap.

"Iya , Angga juga janji gak bakal bikin papa sama damar kesel lagi. Walaupun sedikit sih," nyengir.

"Kamu ini, dasar nakal." Menjewer telinga.

...

...

...

"Mbok, Anna anter makanan dulu ya, kerumah sakit."mentengteng kantung berisi makanan yang telah ia buat.

"Iya, nduk. Hati-hati dijalan ya?"

Anna mengangguk.

Dipertengahan taksi yang ditumpangi Anna mendadak terhenti, padahal sedikit lagi sampai ke rumah sakit. Terpaksa Anna mencari tumpangan lain, karena mesin mobil yang baru saja ia tumpangi mati.

Anna mencari kendaraan umum namun, sayangnya hari ini kendaraan umur disekitaran tempat ia berdiri, tidak ada satupun yang lewat.

Tiba-tiba sebuah mobil hitam yang berlalu didepannya, mendadak mundur dan terhenti didepannya.

"Anna, kamu Anna kan?" Panggil seseorang didalam mobil itu.

"Maaf, siapa ya?" Mengernyitkan dahi.

Pria itu keluar dari mobil, dan menghampiri Anna yang masih berdiri disana. Anna menyipitkan matanya, ia merasa wajahnya tidak asing namun, ia lupa siapa dia.

"Kamu.."

"Haii.. kamu lupa sama aku? Sekali lagi kenalkan, aku Willy." Mengulurkan tangannya.

"Oh iya, aku lupa. Maaf,"menepuk jidatnya pelan.

"Tidak apa-apa. Kamu ngapain disini?"

"Aku lagi nungguin angkutan umum, mas."ucap Anna.

"Kamu mau kemana?"

"Aku mau kerumah sakit, jenguk pak Suryo."

"Kebetulan sekali kita searah, mari aku antar?"

"Gak ngerepotin, mas. "

"Enggak dong, lagian tujuan kita satu arah, yuk." Membukakan pintu mobil. Dia mempersilahkan masuk pada Anna, gadis itu pun masuk meskipun ada rasa tidak enak hati.

"Terimakasih, mas."

Willy mengangguk pelan.

Mereka pun berangkat. Willy melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sesekali Willy mencuri pandang pada Anna. Wajah Anna yang anggun dan mulus tanpa noda membuat dirinya terus ingin memandangi wajah itu. Hidung nya mancung, kedua matanya pun begitu cantik dihiasi bulu mata yang lentik. Dia memang berbeda..

"Anna," sapa Willy membuka pembicaraan, agar tidak terlalu canggung.

"Iya," jawab Anna.

"Orang tua kamu gimana, sehat?"

"Alhamdulillah, mas. Mereka sehat," seraya tersenyum.

"Mereka tahu kamu diangkat anak, oleh pak Suryo?"

Anna menggeleng sendu.

Hening sesaat "Belum, mas."

"Oh .. kamu udah punya pacar atau suami?" Tanya lagi Willy berhati-hati.

"Belum,"singkat Anna. Suasana semakin tidak membuat Anna nyaman. Mungkin karena Willy orang baru bagi Anna, jadi baginya dia seperti masih asing.

"Suami?"

"Pacar aja belum punya, apalagi suami, mas." Anna tersenyum tipis.

Willy menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia salting sendiri setelah mengetahui Anna belum memiliki pasangan.

"Mas sendiri, kenapa belum menikah?" Tanya balik Anna.

"Belum ada yang cocok." Ucap Willy.

Anna hanya manggut-manggut. Tanpa bertanya lagi.

Terlihat gedung rumah sakit sudah terlihat, dari dalam mobil. Mereka pun hampir sampai disana dalam beberapa menit lagi.

"Maaf, kalo boleh tau, pak Suryo sakit apa ya?"

"Beliau, sakit jantung, mas."

"Astaghfirullah, boleh aku ikut menengoknya?"

"Tentu saja, mas."

......

.....

Perasaan tidak suka. Anna berjalan sejajar bersama Willy disamping nya, disana Angga terdiam melihat Anna dan Willy bisa bersamaan. Sedangkan Damar menatap tajam kearah Willy yang berjalan seiringan dengan Anna. Tatap nya tidak suka, terlihat mereka seakan begitu akrab.

"Kok kamu bisa bareng dia?" Tanya Damar Sinis.

"Oh, iya mas. Tadi taksi yang aku tumpangi, mogok. secara kebetulan mas Willy lewat, dan ajak barengan."ucap Anna.

Damar tidak menjawabnya lagi. Ia terdiam dan membuang muka enggan menyapa Willy.

"Hai, mar, ga? Aku dengar dari Anna om Suryo sakit jadi sekalian aja, mau jenguk."

"Gak di jenguk juga, gak rugi." Celetuk Damar.

Anna mencubit perut Damar. Pria itu terkejut dan meringis pelan.

"Mas Damar bercanda, mas. Jangan dimasukin hati."ucap Anna seraya tersenyum.

"Makasih."ucap Angga malas. Namun tetap menyambut jabatan tangan Willy.

Mereka terlihat begitu jelas tidak menyukai keberadaan Willy disana. Terlebih ketika pak Suryo dan Anna asyik berbincang dengan Willy. Damar semakin dibuat gerah melihat kedekatan mereka.

Angga mengeryit. Ia memang tidak suka pada Willyz karena pertemuan pertama, pria itu terus menatap Anna dan terlihat so akrab dengannya. Namun melihat sikap Damar, Angga merasa ada yang lain dengan cara menatap Anna.

"Lu ... Suka ya sama Anna?"

"Apa, gue?!"

........

1
Ai Karwati
😘😘😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!