NovelToon NovelToon
Prince Gubee (Pangeran Pengubah Takdir)

Prince Gubee (Pangeran Pengubah Takdir)

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Epik Petualangan / Dunia Lain
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: R M Affandi

Gubee, Pangeran Lebah yang ingin merubah takdirnya. Namun semua tidaklah mudah, kepolosannya tentang alam membuatnya sering terjebak, dan sampai akhirnya menghancurkan koloninya sendiri dalam pertualangan ini.

Sang pangeran kembali bangkit, mencoba membangun kembali koloninya, dengan menculik telur calon Ratu lebah koloni lain. Dan keputusannya itu membuat kemelut baru dalam cerita ini. Apa yang terjadi pada Gubee selanjutnya?

Terus ikuti ceritanya hingga Gubee terlahir kembali di dunia peri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R M Affandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menuju Bunga Keabadian

“Katak hijau adalah makhluk yang istimewa. Kemampuannya bernapas sangat luar biasa! Berkat kemampuannya itu, dia bisa hidup di dua alam. Berharaplah dia punya solusi dari permasalahan ini.” sambung Laba-laba tua memperjelas alasannya menyuruh Gubee menemui katak hijau.

“Baiklah! Terimakasih pak tua. Aku akan pergi menemuinya.” ucap Gubee, mengambil seutas jaring sutera laba-laba yang berserakan disampingnya, dan terbang meninggalkan sarang laba-laba tua.

Laba-laba tua tersenyum memandangi Gubee yang tampak tergesa-gesa itu. ”semoga niat baikmu berhasil Gubee,” gumamnya.

Terlihatlah sebuah danau kecil yang terletak di lereng bukit gunung Alpen. Danau itu menawarkan pemandangan yang sangat menakjubkan. Airnya yang jernih berkilau di bawah sinar matahari, memantulkan langit biru dan awan putih yang bergerak perlahan. Danau itu dikelilingi oleh pepohonan hutan yang hijau dan rimbun, yang menjulang tinggi seakan melindungi ketenangan air di bawahnya. Terkadang, kabut tipis turun dari puncak bukit, menambah suasana misterius dan tenang di sekitar danau.

Gubee tebang mengintari permukaan danau. Bayang-bayangnya terpatri jelas di atas permukaan air. Kemudian ia menjatuhkan potongan jaring laba-laba yang ada di tangannya.

Beberapa saat, seekor Katak hijau keluar dari air. Tubuhnya yang basah, berkilau terkena sinar matahari. Kulitnya yang hijau bercorak merah, tampak mengilap karena butiran air yang menempel di kulitnya. Kakinya yang panjang dan kuat sedikit tertekuk saat ia bersiap melompat ke darat, sementara matanya yang besar berwarna hitam mengamati sekeliling dengan waspada.

Plukk! Suara gemericik air terdengar samar di latar belakang saat katak itu mulai bergerak dengan lompatan kecil. Perlahan, ia menarik nafas dalam-dalam ketika sampai di tebing danau, seolah-olah sedang menyesuaikan diri dengan udara di darat setelah lama berada di dalam air.

“Siapa kau?” Katak itu bertanya pada Gubee yang terbang merendah di atas kepalanya.

“Aku Gubee, seekor lebah penjantan.” jawab Gubee.

“Apa hubunganmu dengan laba-laba tua?” tanya katak itu lagi.

“Leluhurku dan laba-laba tua berteman baik sejak dulu. Aku ingin meminta bantuan kepada laba-laba tua, tapi dia tak bisa membantuku, dan dia mengatakan bahwa kamulah yang bisa membantuku.

“Laba-laba tua itu selalu saja menyusahkan ku.” Katak hijau terlihat kurang senang dengan kabar itu.

“Apa kau terganggu dengan kedatanganku?

“Tentu saja! aku hampir saja menyelesaikan pertapaanku. Tinggal dua hari lagi pertapaanku genap seratus hari. Dan kau, membangunkan ku disaat-saat terakhir pertapaan ini.

Katak hijau menatap ke dalam dasar danau. Tenggorokannya menggembung, udara disekitar danau kembali terperangkap di mulutnya. “aku harus mengulang kembali pertapaanku dari awal.” keluhnya, menghembus nafas panjang.

“Maafkan aku! Aku tak tahu tentang pertapaanmu itu. Tetapi, aku sangat membutuhkan bantuanmu saat ini. Aku mohon…, bantu aku!” ucap Gubee memelas.

Katak itu masih tampak kesal pada Gubee. “kalau bukan karena laba-laba tua itu, sudah ku makan kau lebah muda!” bisiknya dalam hati.

Sepintas, Katak itu teringat pada masa lalunya. Ia teringat saat telur-telurnya selalu terpisah-pisah terbawa arus air danau, sehingga ia sangat sulit melindungi telur-telurnya itu dari predator. Setiap kali ia bertelur, kejadian serupa terus terjadi, dan hanya sedikit dari telur-telurnya yang dapat ia lindungi. Kelemahan itu membuat ia sangat sulit berkembang. Sampai suatu saat laba-laba tua memberikan sebagian benang sutra ajaibnya kepada katak hijau, dan benang sutra itu ia gunakan untuk merajut telur-telurnya agar tak terpisah satu sama lainnya, hingga sampai saat ini ia sangat terbantu dalam menjaga telur-telurnya berkat benang sutra ajaib pemberian dari laba-laba tua itu.

“Apa yang bisa kubantu?” tanya katak hijau pada Gubee, setelah sebuah kenangan masa lalu menyegarkan ingatannya.

“Aku ingin menuju puncak gunung Alpen. Tetapi aku bukan lebah pekerja, pernapasanku sangat lemah. Menurut cerita laba-laba tua, puncak gunung Alpen sangat sedikit kadar oksigennya, dan aku tak mungkin bisa bertahan di tempat itu. Aku ingin kau membantuku dalam masalah ini.” ungkap Gubee.

“Baiklah. Mungkin aku bisa membantumu. Tapi aku tak yakin bantuanku ini bisa menolongmu sampai ke puncak gunung Alpen.

“Maksudmu? Aku tak mengerti.

“Apa kau yakin, bisa menuju puncak gunung Alpen dalam waktu satu hari?

Gubee melayangkan pandangannya ke puncak gunung Alpen yang tertutup salju. Awan-awan putih tampak menari-nari mengelilingi ujung bukit itu.

“Entahlah. Ini perjalanan pertamaku. Aku tak tahu, entah berapa lama waktu yang akan ku habiskan untuk mencapai puncak gunung Alpen. “ ucap Gubee tak dapat memprediksi.

“Aku bisa memberimu lendir di tubuhku, dengan begitu kau bisa menggunakan kulitmu untuk bernapas. Kau akan bisa bertahan hidup di tempat yang rendah oksigen sekalipun, berkat lendir itu. Tapi, lendir itu hanya akan bertahan satu hari. Setelah lendir itu mengering dari tubuhmu, kau takkan bisa lagi menggunakan kulitmu untuk bernapas. Kau akan kembali sulit bertahan di tempat yang rendah kadar oksigennya.” urai katak hijau.

“Andai saja dia masih hidup. Permasalahanmu ini tidaklah sulit baginya.” keluh katak hijau kemudian. Penggalan kisah masa lalu kembali singgah di benaknya.

“Dia? Dia siapa maksudmu?” tanya Gubee.

“Dia, suamiku. Dia memilik lendir yang abadi. Dengan lendir itu kau bisa menggunakan kulitmu untuk bernapas selamanya.

“Dimana dia saat ini?

“Dia telah mati. Lendir abadi di tubuhnya menjadi ancaman bagi kehidupannya.” katak hijau muram. Matanya sayu dan berair. Tubuhnya lesu menyiratkan beban emosional.

“Beginilah kehidupan. Segala yang abadi selalu diperebutkan tanpa peduli pada siapapun!” gerutunya kemudian.

“Aku belum mengerti apa yang kau bicarakan katak hijau?

“Dulunya, sepuluh tahun yang lalu, danau ini dihuni oleh puluhan katak hijau dari keturunanku. Namun mereka semua mati dalam suatu perperangan, dan hanya akulah satu-satunya yang selamat. Ratusan katak berwarna coklat tua menyerang danau ini.

“Mengapa perperangan itu terjadi?

“Hanya suamiku lah satu-satunya katak yang memiliki lendir abadi. Mereka ingin mengambil lendir abadi itu. Karena dengan lendir itu mereka bisa hidup di daratan tanpa harus kembali ke air untuk membasahi kulit mereka. Berkat lendir itu, sekarang mereka menjadi katak penunggu pohon. Dan mereka menjadi lebih mudah berburu serangga dengan hidup dari pohon ke pohon.” terang katak hijau mengungkit kisah pilunya.

“Aku turut bersedih dengan apa yang menimpamu katak hijau.” gubee terbang merendah mendekati katak hijau. Ia hinggap di bahu katak itu, seakan ingin mengambil separuh kesedihan yang dialami katak malang itu.

“Suatu hari, aku pasti akan membalas kematian suamiku dan semua keturunanku itu!” cetus katak hijau.

“Kau tak akan mungkin melawan mereka sendirian. Bukankah jumlah mereka sangat banyak?

“Aku tahu, mereka sangat banyak. Tapi jumlah koloni suamiku lebih banyak dari mereka. Jika koloni suamiku tahu berita ini, mereka akan menuntut balas kematian salah satu koloni mereka!

“Kenapa kau belum memberitahukannya ? Katak-katak itu harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka!

“Suamiku berasal dari sungai Rhone yang mengalir di kaki gunung ini. Butuh waktu lama untukku menempuh hutan ini agar sampai ke sungai itu, sedangkan aku tak memiliki lendir yang abadi di tubuhku. Jika aku terlalu lama di daratan, lendirku akan mengering, dan aku bisa mati. Aku harus memiliki lendir yang abadi terlebih dahulu, sebelum aku menempuh jarak yang panjang itu.

“Bagaimana caramu mendapatkan lendir itu? kau takkan mungkin bisa merebutnya kembali dari katak-katak itu.

“Ada satu cara untukku dapat memiliki lendir abadi itu.” Katak hijau itu kembali menatap kedasar danau. Rumput dan tanaman air tampak melambai-lambai di balik air danau yang jernih.

Lanjut Bab 6

1
Anonymous
👌
Marissa
Cerita dongeng tapi buat yang udah remajaa... gaya bahasanya tinggi wkwkwk lanjut gass
Robi Muhammad Affandi: terimakasih/Smile/
total 1 replies
Robi Muhammad Affandi
Bosan dengan cerita drama ceo? mari kembali ke masa kecil, sejenak masuk ke dunia para serangga di hutan Alpen
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!