Angga merupakan penipu ulung. Dia juga bekerja sebagai dubbing. Suatu hari adiknya Angga meninggal secara tidak wajar di sekolahnya. Angga lantas ingin membuktikan bahwa sang adik tidak bunuh diri.
Alhasil Angga turun tangan sendiri. Ia masuk ke sekolah adiknya dengan penyamaran sempurna. Dengan keahlian merubah suaranya, Angga bisa sangat mudah mengelabui semua orang. Bahkan para guru di sekolah khusus perempuan dimana adiknya bersekolah. Angga akan mencari siapa saja orang-orang yang bertanggung jawab atas kematian adiknya.
Namun siapa yang menduga? Angga harus terjebak dengan beberapa gadis. Bahkan salah satu gadis yang terlibat dengan kasus kematian adiknya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22 - Isi Diary Silvia
Usai menelepon seseorang, Luna mengedarkan pandangannya. Dia lalu melangkah sambil terus melihat kemana-mana. Dirinya mencoba mencari Angga.
Sementara itu, cowok yang sedang dicari-cari Luna sedang asyik bercumbu mesra di rooftop. Dia dan Samantha sudah berada di tahap yang lebih intim dari sekedar ciuman.
Bagaimana tidak? Mulut Samantha sekarang tersumpal dengan junior milik Angga. Cowok tersebut hanya bisa mendesis nikmat akan dampak yang dirasakan sekujur tubuhnya. Sesekali Angga akan mendongakkan kepala sambil mengangakan mulut.
"Sssst..." desis Angga keenakan.
Apa yang dirasakan Angga sekarang adalah hal pertama baginya. Jadi dia merasa seolah melambung tinggi ke nirwana. Nikmat yang diberikan Samantha begitu luar biasa.
Alhasil gairah Angga kian membuncah. Dia yang tadinya mendesis, kini mulai mendesah.
Tahu Angga telah bergairah, Samantha mempercepat gerakannya. Hingga Angga pun merasakan puncaknya. Susu kental manisnya sontak menciprat kemana-mana. Termasuk ke wajah Samantha.
Samantha sendiri tak keberatan dengan hal itu. Dia malah mengusap cairan yang menempel di wajahnya sambil tersenyum.
Namun aset berharga Angga tidak langsung melemah begitu saja. Mengingat permainan inti belum dilakukan. Angga lantas menarik Samantha sampai berdiri, kemudian menyandarkannya ke dinding.
"Ga, sebaiknya sampai di sini saja. Sepertinya sudah jam istirahat. Bisa gawat kalau ada orang yang memergoki kita," imbuh Samantha.
"Kau benar." Angga segera melepaskan Samantha. Dia dan gadis itu mengenakan pakaian masing-masing. Angga juga tak lupa untuk memasang wignya dengan rapi.
"Jujur ya. Kau itu sama sekali tidak terlihat seperti cowok. Soalnya wajah dan badanmu mendukung banget. Badanmu itu tidak terlalu kurus atau gemuk," ungkap Samantha panjang lebar.
"Makanya aku percaya diri datang ke sini," sahut Angga.
"Kalau boleh tahu, berapa umurmu?" tanya Samantha.
"Maaf. Aku tidak bisa mengatakan tentang hal itu," jawab Angga. Dia mengambil buku diary Silvia dan duduk. Angga lanjut membaca buku tersebut.
"Dih! Sok misterius." Samantha mencebik.
"Sepertinya hari ini aku bolos saja. Aku akan langsung membaca semua halaman dalam diary ini," ucap Angga.
"Ide bagus. Kalau begitu aku juga akan membolos." Samantha mengambil sebuah kursi dan meletakkannya ke sebelah Angga. Ia segera duduk di sana.
Angga otomatis menatap Samantha. Menatap gadis itu dengan penuh tanya.
"Bukankah kita sudah pacaran? Wajar dong aku temanin pacar aku," ujar Samantha.
"Terserah kau saja." Angga mendengus kasar.
"Lagian aku akan menunggu waktu yang tepat untuk ronde dua kita. Kali ini aku pastikan kita melakukannya. Bagaimana kalau kita lakukan di kamarku?" ajak Samantha.
"Kau masih sempat-sempatnya memikirkan itu," komentar Angga seraya geleng-geleng kepala. Dia segera fokus membaca diary Silvia.
Di samping Angga, Samantha tak bisa berhenti memandangi Angga. Nampaknya dia sudah sangat jatuh cinta pada cowok tersebut. Samantha bahkan sesekali membelai kepala Angga serta mendaratkan ciuman ke pipi atau bibir.
Sungguh, Angga mulai merasakan adanya keanehan pada Samantha. Terutama saat cewek tersebut bersikap begitu. Namun pikiran itu langsung ditepis oleh Angga. Dia akan memilih mempercayai Samantha.
Kini Angga kembali tenggelam dalam isi diary Silvia. Di sana dia menemukan bahwa adiknya sering mengeluhkan pembullyan yang dilakukan geng Cleopatra.
'Aku hanya tak mau meminjamkan buku catatanku. Apa itu salah? Kenapa malah aku yang disalahkan habis-habisan oleh mereka? Hari itu aku hanya bisa menangis saat Luna dan yang lain mengurungku di dalam gudang. Aku kedinginan dan putus asa sekali.'
Membaca tulisan itu, Angga mengepalkan tinju di kedua tangannya. Matanya perlahan meneteskan air. Bisa-bisanya Angga selama ini tidak tahu kalau sang adik menderita. Padahal Angga-lah salah satu orang yang terus menuntut Silvia bersekolah di SMA Kartini.
Aries da kerjaan utkmu, menjinakkan singa betina 😅
lah jangan diserahkan ke aries... entar aries digoda sama Luna dan dilepaskan deh...😅
Andin yg kalem, kira2 menghanyutkan gak ya???
semua ikut edaann... 😂😂😂