NovelToon NovelToon
Our Wedding Dream

Our Wedding Dream

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta setelah menikah / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: ann

Hanya karena logam mulia dan wasiat yang di punya oleh kakek masing-masing membuat Nathan dan Tiffani berakhir di jodohkan. Tiffani tak menyangka bahwa dia harus menikah dengan laki-laki terpandang yang terkenal dari keluarga sendok emas. Sedangkan Nathan hanya bisa pasrah dengan masa depannya setelah dia mendapatkan garis keturunan sebagai calon penerus perusahaan Kakeknya, salah satunya dengan menikahi gadis yang tak pernah dia duga sebelumnya. Bahkan perjodohan ini membuat Nathan harus menyerah untuk menikahi sang pujaan hatinya yaitu Elea.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menyedihkan dan Kesepian

Melihat gadis yang telah menjadi istrinya masuk ke dalam kamar mandi, Nathan menaruh buku yang sebenarnya dia tidak fokus membaca sama sekali. Dia bingung harus memperlakukan Tiffani seperti apa.

Sekelibat dalam bayangan Nathan yang sungguh tidak dia duga sama sekali datang, membuat laki-laki tersebut langsung mengenyahkan pikiran itu. Dia kembali mengingatkan agar tidak memberikan perlakuan baik kepada perempuan yang kini sudah resmi berstatus menjadi istrinya.

Suara pintu kamar mandi yang terbuka terdengar, Nathan kembali mengambil bukunya untuk berpura-pura membaca namun dia juga melirik sekilas ke arah Tiffani yang kini sudah berganti memakai piyama. Dapat Nathan tangkap jelas bahwa gadis tersebut tampak kikuk.

“Kita nggak mungkin tidur satu ranjang, jadi kamu tidur di sofa sana!” Ucapnya ketus.

Tanpa perlawanan Nathan kembali melirik gadis itu yang menuju ke arah sofa. Bahkan Tiffani tidak meminta bantal kepadanya dan langsung merebahkan tubuhnya begitu saja. Lima menit, sepuluh menit, sampai akhirnya dua puluh menit Nathan yang memantau Tiffani diam-diam dari kasur lantas memilih bangkit berdiri ke arah perempuan itu.

Nathan memeriksa Tiffani apa dia sudah tidur. “Sudah tidur?” Tidak ada sahutan, dari wajahnya tampak bahwa gadis itu sudah tertidur pulas.

“Kenapa dia tidurnya meringkuk? Kedinginan?” Nathan berucap sendiri.

Nathan bangkit berdiri memeriksa remote ac yang tertempel di tembok, pantas saja ternyata enam belas derajat celcius berbeda dengan Nathan yang tahan terhadap dingin. Setelah menyetel suhu menjadi dua puluh dua, Nathan menuju ke wardrobe untuk mengambil selimut dan bantal.

Dengan perlahan-lahan Nathan mengangkat kepala Tiffani dan memakaikan bantal ke arah perempuan tersebut. Jam sudah menunjukkan pukul satu malam, sudah sangat telat untuk pergi tidur dia lantas mematikan lampu utama dan menyalakan lampu tidur.

Sepuluh menit.

Dua puluh menit.

Nathan masih tidak dapat tertidur dia membalikan tubuhnya ke arah kanan dan kiri namun tetap sama. Pikirannya sedang sibuk memikirkan sesuatu namun dia sendiri tidak tahu apa, sampai dia bingung sendiri dan tidak bisa tidur.

Sekilas dia melihat gadis yang tidur di sofa tampak sangat nyaman dan puas sekali.

“Dasar! Bisa-bisanya dia tidur, memang dia tidak takut.” Cibirnya.

Akibat perkataan Nathan barusan dia menjadi tersadar. Takut? Apa yang harus di takutkan dari aku pikirnya, lagi pula dia tidak mungkin macam-macam kepada gadis yang pernah dia benci itu.

***

Matahari belum sepenuhnya muncul, Tiffani terbangun agak kaget saat membuka mata dia menemukan dirinya tidak tidur di dalam kamarnya. Tiffani mengusap wajahnya dan sadar kini dia bukan milik orang tuanya lagi. Bantal dan selimut berhasil menarik perhatiannya karena semalam dia masih ingat tidur tanpa dua barang tersebut.

Perempuan itu menoleh dan menemukan laki-laki yang sekarang berstatus sebagai suaminya masih tertidur lelap. Kerongkongannya yang kering membuat Tiffani ingin menegak air, teko di meja kosong dia pun memilih mengambil teko tersebut dan mengendap-endap keluar dari kamar takut jika mengganggu macan tidur alias Nathan.

“Bisa saya bantu?”

Suara seorang perempuan yang tiba-tiba saat Tiffani berhasil keluar kamar membuatnya kaget. “Tidak perlu.” perempuan itu menenangkan dadanya yang berdebar.

Mendapat penolakan dari Tiffani pelayan tersebut pergi menjauh. Dari berbagai sudut rumah beberapa pelayan sudah sibuk sebelum keluarga Yudistira bangun.

Menuju ke arah dapur pun Tiffani tetap disambut oleh pelayan.

“Mari saya bantu.” seorang pelayan di dapur mengambil alih teko di tangan Tiffani.

“Terima kasih.” Tiffani menunggu pelayan yang tengah memasukkan air mineral kedalam teko.

“Bagaimana tidurnya? nyenyak?” sapa seorang wanita dengan seragam berbeda yang sepertinya merupakan kepala pelayan.

Tiffani tersenyum. “Ah iy-iya nyenyak.” jawabnya singkat

“Kami mengucapkan selamat atas pernikahannya sekali lagi.”

“Sama-sama.”

Melihat teko di meja yang sudah terisi oleh air membuat Tiffani langsung kembali menuju ke kamar. Dia merasa tidak nyaman entah itu diluar atau di kamar alhasil setelah mengembalikan teko ke tempat semula dia memilih menuju ke taman dan bersantai duduk di bangku.

***

Sementara itu di negara lain dan waktu yang berbeda, Elea tampak riang pasalnya dia baru saja berhasil memenangkan kompetisi piano yang selama ini Elea dambakan dengan kerja keras berlatih untuk kompetisi ini. Ada rasa tak sabar untuk kembali pulang ke tanah air memberitahu Nathan tentang hasil dari kerja kerasnya.

“Lea selamat sekali lagi, madam bangga sama kamu.” pelatih Elea masuk ke ruang tunggu dan mengucapkan selamat.

“Sama-sama Madam ini semua juga berkat Madam yang selalu mendukung dan melatih Elea selama ini.” lengkungan senyum di bibir Elea tak memudar semenjak tadi.

“Oh iya Lea, Madam tahu kamu punya hubungan spesial dengan Nathan, tapi kamu juga harus tahu kalau lelaki itu kemarin sudah menggelar pernikahan dengan perempuan yang akhir-akhir ini dibicarakan di media.” ungkap Madam.

Sebenarnya semenjak kemarin, Madam menahan untuk tidak memberitahu Elea perihal berita ini yang juga ikut mengganjal di hatinya. Sampai akhirnya dengan rasa tega Madam membuka suara dan menanyakan langsung kepada anak didiknya.

Raut bahagia di wajah Elea memudar, hatinya teriris seolah ada belati yang menancap ke dalam jantungnya. Akibat fokus dengan kompetisi dan mematikan ponsel, Elea sama sekali tidak tahu berita di luaran sana. Akhir-akhir ini dia hanya sibuk latihan lalu kecapean dan pergi tidur begitu rutinitasnya.

Namun siapa sangka pernikahan yang Elea kira tidak akan diadakan dalam waktu dekat, terjadi begitu saja secepat kilat. Air matanya sudah menganak sungai membasahi pipinya.

Madam kaget melihat anak didiknya terisak. “Lea, maaf seharusnya Madam tidak memberitahukan ini kepadamu.”

Perempuan paruh baya tersebut memeluk Elea. Dekapannya semakin kuat, seiring dengan tangisan Elea yang semakin menjadi-jadi.

***

Suasana rumah pagi ini lenggang, Nenek tengah berada di kamarnya sambil membaca berita dari koran ditemani secangkir teh. Netra Nenek menangkap Tiffani yang sedang duduk di bangku taman sendirian melalui kaca jendela.

“Malang sekali, pasti dia merasa kesepian.” gumam Nenek.

“Hai Nek.”

Suara dari arah pintu kamar membuat atensi Nenek teralih.

“Reymond.” sapa Nenek saat melihat cucu lainnya datang.

Reymond mendekat memberikan hadiah yang dia beli sebelum kemari, lantas memeluk Neneknya dengan hangat.

“Ini Rey beli berbagai macam teh kesukaan Nenek.” Rey memamerkan isi dari hadiah yang diberikan untuk Nenek.

“Terima kasih sayang.” sambut Nenek dengan hangat.

“Nenek sedang apa?” Rey ikut menatap keluar jendela.

“Lagi santai sambil lihat anggota keluarga baru kita,” tunjuk Nenek pada Tiffani yang masih duduk sendirian. “Melihat Tiffani, Nenek merasa melihat diri Nenek yang dulu.” lanjutnya.

Memang dari arah jendela kamar Nenek Tiffani tampak menyedihkan dan kesepian. Rey akhirnya pamit kepada Nenek dan menuju ke arah taman menghampiri Tiffani.

***

“Bagaimana baru sehari tinggal disini?”

Suara Rey berhasil membuat Tiffani menoleh, secara otomatis perempuan tersebut menggeser tubuhnya memberi ruang kepada Rey untuk ikut duduk di sebelahnya. Tentu Rey pun langsung duduk di sebelah Tiffani.

"Kamu ingat aku kan?"

Jujur saja Tiffani ingat bahwa laki-laki di sebelahnya ini ikut dalam acara makan malam kemarin, namun karena sudah kelelahan membuat Tiffani tidak menghiraukan sama sekali obrolan keluarga yang terjadi di tengah-tengah acara makan malam.

Dari ekspresi yang ditunjukkan Tiffani Rey sudah paham jika perempuan di sebelahnya kini tampak berpikir keras. Alhasil hal tersebut membuat Rey terkekeh.

"Aku Rey, kakak dari Nathan."

"Kakak Nathan?" tanya Tiffani bingung karena yang ia tahu Nathan hanya mempunyai satu saudara perempuan.

"Lebih tepatnya, Papa Nathan merupakan adik dari Papaku." Rey menjelaskan.

Mendengar hal tersebut Tiffani mengangguk paham. "Ah begitu."

***

Sementara itu di sisi lain Nathan yang baru saja pulang dari kampus menghentikan langkah kakinya melihat pemandangan yang terjadi di bangku taman. Raut tak suka jelas tergambar sekali di wajahnya.

"Memang seharusnya kalianlah yang menikah." gumam Nathan.

1
☘☘☘yudingtis2me🍂🍋
Imajinasiku meledak membayangkan adegan-adegannya. 😲
Ryoma Echizen
Jangan berhenti menulis, thor. Karya mu luar biasa!
Aran
Aku suka banget sama karakter di dalam cerita ini, author jangan berhenti yaa!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!