NovelToon NovelToon
Tabib Pilihan Langit : Ditemukan

Tabib Pilihan Langit : Ditemukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Spiritual / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan / Penyelamat
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mardi Raharjo

Pemuda tampan yang sakit-sakitan dan pengangguran di usianya yang telah 30 tahun meski bergelar sarjana, ia dicap lingkungan sebagai pengantin ranjang karena tak kunjung sembuh dari sakit parah selama 2 tahun.

Saat di puncak krisis antar hidup dan mati karena penyakitnya, Jampi Linuwih, mendapat kesempatan kedua.

Jemari petir, ilmu pengobatan, hingga teknik yang tak pernah ia pelajari, tiba-tiba muncul dalam pikirannya. Ia dipilih langit untuk mengemban tugas berat di pundaknya.

Mampukah ia memikul tanggung jawab itu? Saksikan perjalanan Jampi Linuwih, sang Tabib Pilihan Langit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardi Raharjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5_ Mahligai Rumah Tangga

Hanya berselang 4 bulan, Jampi dan Nia pun melangsungkan pernikahan secara sederhana.

Malam itu, setelah resepsi yang melelahkan, mereka berada di dalam kamar pengantin sederhana di rumah Nia. Nampak ranjang berseprai putih motif bunga tulip, ruangan minimalis berdinding bata berwarna putih, hanya ada lemari kecil tanpa meja, tersedia air mineral satu kardus. Bisa dilihat sebotol kecil madu, jintan hitam, dan minyak zaitun berjajar di samping kardus air mineral.

Ruangan itu begitu hening. Kedua insan di dalamnya lama terdiam tanpa kata. Tentu karena mereka berdua menikah bahkan tanpa pacaran sehari pun. Benar-benar aneh bagi sebagian besar orang.

"Aku menikahimu karena pertanda, jadi sanggupkah kamu mengimbangi langkahku menggapai tujuan dunia dan akhiratku?" tiba-tiba terdengar tanya Jampi dengan suara bergetar.

Nia mengernyitkan dahi, mendengar pertanyaan pemuda yang telah berikrar menjadi suaminya. Ia bangkit dari ranjangnya, memperhatikan dengan seksama air muka Jampi. Banyak dugaan memenuhi pikiran Nia.

"Maksud kamu?", Nia balik bertanya setelah diam beberapa saat memikirkan pertanyaan Jampi. Nampak wajah pemuda itu masih berhiaskan senyuman yang begitu misterius bagi Nia.

" Tentu menikah itu punya tujuan dan cara pencapaian yang sesuai kemampuan dan kondisi kita. Nah, aku ingin pernikahan ini bukan sekedar romansa, perdebatan, perlombaan, atau bahkan  topeng untuk sekedar menghindari penilaian sosial yang memandang rendah jomblo tua", terang Jampi dengan nada tenang.

Nia nampak semakin bingung. Nyatanya ia menikah untuk ibadah, juga menjaga kesucian dan menjauhi zina. Tujuan dan rencana dalam pernikahan adalah sesuatu yang amat abstrak dalam benaknya.

"Lantas, apa tujuan pernikahan kita?", tanya Nia setelah berusaha mencari-cari jawaban namun tak kunjung ada.

" Tujuanku pribadi adalah menikmati wajah Sang Maha Pencipta. Dzat yang luar biasa kasih sayangNya. Aku yang tiada berguna bagiNya pun masih dipelihara, padahal salahku banyak dan sering mengabaikan perintahNya", jawab Jampi terhenti sejenak. Ia mencoba menjelaskan dan memberi kesempatan memahami kepada Nia.

"Untuk itu, aku meminta jodoh yang mampu mengimbangi langkahku. Ya, itu lah tujuan pernikahan yang ada dalam benakku. Perkara rezeki, anak, ujian, sampai apakah kematian memisahkan kita atau tidak, itu hanya nilai tambah bagiku", lanjut Jampi membeberkan pendapatnya.

Nia semakin pusing memikirkan perkataan Jampi. Kalimatnya sederhana, lugas, namun tetap abstrak di benak Nia. Nia bahkan merasa sudah menikahi pria yang teramat kaku dan ketat. Pikirannya berkecamuk, mengolah prasangka dan pendapatnya terhadap tujuan Jampi.

" Aku menyampaikan ini, agar kita sama-sama nyaman memelihara pernikahan ini, kalau bisa sampai maut tiba. Tapi, jikapun engkau tak sanggup denganku, aku tak akan memaksamu, adinda", ucap Jampi, merasa bahwa perkataannya ini sangat serius bagi Nia meski sebenarnya sederhana menurut Jampi.

Hening

Nia terdiam seakan pikirannya menghilang entah ke mana.

"Aku bersedia mendampingimu, apapun ujian ke depan", jawab Nia tegas setelah beberapa saat memikirkan keputusannya.

Nampak Jampi terkejut mendengar persetujuan Nia. Ia mengira, Nia akan meminta waktu yang cukup untuk menelaah itu semua dan memberikan jawaban.

"Ahamdulillah, jadi, kuharap kita bisa terus bersama dalam pernikahan ini hingga akhirat ya", sahut Jampi gembira.

Nia yang telah mengutarakan jawabannya pun setuju dengan apa yang Jampi katakan. Hanya saja, apa sebenarnya yang akan terjadi, kenapa suaminya mengatakan hal seperti itu, adakah Jampi berniat menceraikan dirinya atau bahkan mendua jika nanti di tengah pernikahan Nia tidak mampu mengimbangi langkahnya?

Pasangan itu menjalani hari-hari dengan penuh warna. Bahagia, adu argumen, saling mendiamkan, hingga akur dan baikan. Hanya saja, Nia masih memikirkan perkataan suaminya.

Suatu ketika, Nia merenung sendiri di kamarnya saat Jampi pergi bekerja.

"Aku harus bagaimana agar bisa memahaminya? Aku lelah dengan semua perdebatan ini", batin Nia yang berusaha menyesuaikan diri dengan pasangan yang ia yakini pernah hadir beberapa kali dalam mimpinya, jauh sebelum mereka bertemu dan akhirnya menikah.

Pikirannya bercampur aduk, antara keinginan mempertahankan mahligai rumah tangga dan tuntutan Jampi untuk mampu memahaminya.

Pernah satu ketika, Jampi marah hanya karena ia tidur tengkurap, tidur setelah subuh dan ashar, dan bahkan terdengar kecapan mulut saat mengunyah. Itu semua hal wajar baginya sebelum menikah.

Kini, itu pun dipermasalahkan oleh suaminya. Nia merenung hingga tak sadar suaminya sudah berdiri di hadapannya.

" Kamu kenapa lagi?" tanya Jampi melihat istrinya merenung kemudian memandangi dirinya dengan tatapan serius, seperti ingin menanyakan sesuatu.

"Nggak apa-apa kok Pi", jawab Nia dengan sebutan kesayangan kepada Jampi.

" Ih, sudah bisa panggil nama spesial. Kalau begitu, panggilanmu, em, Nia Asmara, kupanggil Asa saja ya, artinya harapan", sahut Jampi.

Nia hanya tersenyum dan mengangguk kecil, berusaha menyembunyikan gundah hatinya.

"Eh, tapi, panggilan Pi tadi artinya apa Sa?", Jampi penasaran, menatap fokus ke mata Nia.

" Em, sebenarnya aku asal saja Pi. Mungkin potongan suku kata Impi atau mimpi? Kan kamu juga ada dalam mimpiku dulu", jawab Nia sekenanya saja.

"Oh, bagus lah. Bagus juga itu", sahut Jampi kemudian beranjak pergi. Baru beberapa langkah, Jampi kembali menoleh ke arah Nia yang kini duduk dengan pandangan kosong, menopang dagu dengan lengan bertumpu di meja.

" Apa yang kamu pikirkan Sa?", tanya Jampi lembut di telinga Nia agar istrinya itu tidak terkejut. Jelas Jampi melihat kejanggalan pada istrinya.

"Oh, em, itu. Nggak apa-apa kok", elak Nia masih bingung bagaimana mengutarakan pikirannya. Khawatir menambah runyam hubungan yang baru beberapa waktu mereka jalin.

Jampi hanya mengelus pundak dan menciumi pucuk kepala Nia, menunggu istrinya bercerita. Hanya saja, dalam 1 menit, Nia malah menangis dan memeluk erat dada bidang Jampi di sampingnya. Jampi pun tetap diam, membelai lembut punggung Nia, berusaha menenangkan istrinya.

Hanya dalam beberapa menit, tangis itu pun reda. Nia pun perlahan menengadahkan wajahnya yang sembab. Jampi hanya tersenyum dan mengusap sisa air mata di pipi istrinya.

" Pi, sebenarnya bagaimana aku bisa dikatakan sudah mampu mengimbangi langkahmu itu?", ungkap Nia dengan sedikit terisak.

"Hah, itu rupanya. Kita semua berproses. Aku harapkan kamu tetap berproses karena aku juga berproses membuat diriku dan keluargaku layak dibanggakan kelak di hadapan sang maha pencipta. Mari sama-sama patuh kepadaNya, sebisa mungkin. Itu saja", jelas Jampi berusaha menyederhanakan.

Nia merasa paham, tapi masih ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Takut diduakan atau diceraikan. Karena ia melihat realita perceraian, perselingkuhan, atau poligini.

"Apa? Kamu takut apa lagi?", seakan Jampi bisa mendengar pikiran Nia.

" Apa kamu akan mendua atau mengembalikanku kepada orang tuaku?" Nia begitu penasaran.

"Dulu atau sekarang, tidak berbeda. Buat lah surat perjanjian di mana kita akan bercerai jika aku mendua atau berpoligini, buat lah di atas meterai, kita tanda tangani bersama jika kamu mau", ujar Jampi tegas. Sontak air muka Nia berubah. Seharusnya ia bahagia, namun mendengar kata cerai dari mulut suaminya, membuat hatinya semakin gundah.

" Tapi, tambahkan kalimat penutup, bahwa kamu lah orang yang menanggung tanggung jawab atas surat itu. Bahwa kamu lah yang akan ditanya kelak di akhirat, tentang alasan kamu membuat surat itu. Aku berlepas diri dari apapun itu.

Apapun alasan kamu, entah membenci atau tidak menyukai poligini, silahkan sampaikan kepada Tuhan di persidangan kelak. Aku yakin kamu telah mengetahui konsekuensi membenci hukum poligini.

Tentu, kalau membenci perilaku orang yang salah dalam poligini, itu sah. Kalau membenci secara utuh atau melarang orang berpoligini, ya itu aku pun tak tahu dan itu wilayah Tuhan mengadili", tutur Jampi. Nia terdiam, ia ingin memiliki lelaki ini seutuhnya sendiri. Tapi ia juga tak ingin berisiko kelak di persidangan akhirat.

Jelas debat dengan Tuhan itu kebodohan, karena kecerdasan itu buatan Tuhan dan bahkan Tuhan punya saksi ahli berupa tubuh manusia itu sendiri.

"Bagaimana? Itu keputusanmu. Kapan pun kamu mau, silahkan buat, aku menghargai hakmu dan telah kusampaikan hakku berlepas diri dari tanggung jawab atas surat itu", tambah Jampi.

"Kalau endingnya sama, cerai, untuk apa aku buat surat seperti itu. Kecuali kamu zina, itu lain cerita. Tapi", Nia tidak segera melanjutkan perkataannya. Jampi hanya diam, menunggu apapun keputusan itu. Ia merasa sudah memposisikan diri di tempat aman.

" Tapi, kamu memang punya rencana poligini ya Pi?", lanjut Nia penasaran.

"Jujur, aku nikah pertama saja nunggu dimimpiin calonnya. Apalagi poligini yang jelas tanggung jawabnya lebih banyak. Aku tak akan seberani itu kecuali ada petunjuk yang berulang, sebagaimana nabi Ibrahim disuruh menyembelih putranya, beliau diberi mimpi 3 kali dengan sangat jelas", jawab Jampi.

" Lagi pula, kita menikah tanpa pacaran. Maka, mari kita lanjutkan hubungan ini hanya bermodal kepatuhan kepada Tuhan", lanjut Jampi sembari memeluk Nia.

1
ahmad nabawi
ceritanya menarik, original
Jimmy Avolution
hadir
Aman 2016
lanjut Thor 💪
Aman 2016
top top markotop lanjut Thor 💪
Aman 2016
mantab Thor 💪
anggita
hadiah iklan lagi buat thor.
anggita
like👍☝iklan, semoga novelnya lancar jaya.
Tabuut: aamin. terimakasih./Smile/
total 1 replies
anggita
si Jampi jadi Sakti👏💪
31_PUTU WIDIARTA
Keajaiban kata
Yoko Littner
Wah, gak kerasa sampe akhir. Makasih thor!
Alexo. ID
Keren abis, pengen baca lagi!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!