seorang wanita yang bernama Cici sudah menikah dengan seorang pria yang bernama Irwan. Cici merasa tidak bahagia dengan pernikahannya. cici bertemu dengan pria tampan dan baik yang bernama Alan. Alan memberi perhatian lebih kepada cici.Alan berharap Cici dan Irwan segera bercerai. Alan ingin membuat hidup cici lebih bahagia lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ussy kusumawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32: PULANG KAMPUNG
Setelah semua pekerjaan Cici selesai,Cici dan keluarga Irwan berangkat ke kampung halamannya Cici.
3 jam perjalanan yang di tempuh oleh mereka.
Sesampainya di kampung Cici,Irwan dan keluarganya di sambut hangat oleh kedua orang tua Cici dan saudara-saudara Cici. Termasuk Jihan yang sudah sampai terlebih dahulu,menyambut kedatangan Cici.
"Assalamu'alaikum" ucap orang tuanya Irwan.
"Waalaikum salam. Silahkan masuk pak,bu...." jawab keluarga Cici.
"Mama...." teriak Cici.
"ya sayang....! Kamu sehat-sehat saja kan nak?" ucap Mama Cici.
"Sehat dong ma. Mama sehat kan? Papa sehat juga kan?" tanya Cici.
"sehat dong...! Yang di amerika sudah papa urus semua. Tinggal kamu jalani saja ya." ucap Papa Cici.
"siap Bos....! Mari kita masuk ke dalam." ucap Cici.
Irwan bersalaman kepada orang tua Cici.
"ma... Pa...!" ucap Irwan.
"ini yang namanya Irwan?" tanya Mama Cici.
"hhhmmm.... Aku tidak di tegur nih?" seru Jihan.
"aahhh...! Gak penting kamu itu Jiji...! Tiap hari ketemu juga kok." jawab Cici.
"Mana yang mau tunangan nih ma? Kok tidak kelihatan?" sambung Cici.
"pergi ke warung Hendri. Bentar lagi juga balik dia." jawab Wanto.
"ayo pak! Silahkan masuk ke dalam. Mau sampai kapan kita bicara di luar." ujar Papa Cici.
Mereka semua masuk ke dalam rumah Cici. Adik-adik Irwan sangat kagum dengan kemegahan rumah Cici.
"Ridho...! Apa kabar? Kenapa tempat pencucian mobilnya tidak buka sudah 1 minggu ini?" tanya Wanto.
"iya pak...! Karyawan ada yang sakit. Aku juga kurang enak badan juga pak." jawab Ridho.
"kenapa panggil pak sih. Sebentar lagi kita kan jadi keluarga. Ayo silahkan minum semuanya..." ucap Wanto.
"aku pamit ke kamar dulu ya semuanya. Mau mandi. Gerah sekali." ucap Cici.
"assalamu'alaikum..." ucap Hendri yang sudah kembali dari warung.
"Waalaikum salam." jawab semua orang yang ada di rumah Cici secara serentak.
Cici pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua. Saat Cici membuka pintu kamar,seketika Cici mendengar suara Hendri.
"abaaaaannggg...." teriak Cici.
"bawel...! Telepon lah karyawan butik kamu itu,kenapa baju seragam belum di antar?" ucap Hendri.
"apa? Jadi buat bajunya di butik aku? Kenapa aku tidak di kasih tahu sih? Emang rese abang ini ya. Coba nanti aku telepon. Emang pesan berapa?" ucap Cici.
"daripada pesan ke tempat lain,bagus ke tempat kamu saja. 4 kodi yang aku pesan."jawab Hendri.
"Waduh....! Kenapa tidak sekalian saja 1 RT abang buat baju seragamnya? Butik mana abang pesan?" ujar Cici.
"ke 3 butik kamu. Hahahaha....!" jawab Hendri.
"Dasar pemerasan....! Aku mandi dulu deh. Nanti aku telepon." ucap Cici.
"lo juga salah sih Hen...!" ucap Wanto.
"kok gue yang salah sih bang?" tanya Hendri.
"lo pesan baju di butik Cici. Tapi Cici tidak tahu apa-apa. Cici itu kan lagi sibuk urusi perusahaannya. Dia tidak sempat ke butik." jelas Wanto.
"tanya tuh sama Jihan bang. Gue sudah bicara sama Jihan jauh-jauh hari. Iya kan Ji." ucap Hendri.
"iya bang! Ji yang salah bang,Ji lupa sampaikan ini ke kak Cici. Karena kak Cici kan sudah pusing ngurus kasus di perusahaannya itu. Jiji pun jadi lupa sampaikan ke kak Cici. Hehehe..." jawab Jihan.
"yang penting abang kan dah bilang sama kamu." ujar Hendri.
Isteri Wanto memberi tahu kepada ART untuk mempersiapkan makanan.
Sementara yang lain asik berbincang-bincang di ruang tengah.
Hendri menghampiri Cici di kamarnya.
"tok....tok...tok..."
"tunggu sebentar...! Lagi ganti baju." ujar Cici.
"Buruan....!" ucap Hendri.
Cici membuka pintu kamarnya.
"ada apa sih bang?" tanya Cici.
"sudah jadi di telepon butik kamu?" tanya Hendri.
"sudah aku telepon. Kenapa abang baru bilang sekarang sih sama aku?" tanya Cici.
"abang sudah ngomong sama Jihan. Tapi dianya saja yang lupa sampaikan ke kamu." jelas Hendri.
"mungkin karena terlalu banyak pekerjaan aku,jadi dia lupa bang. Kenapa harus 4 kodi juga abang buat baju sih?" tanya Cici.
"emang jumlah keluarga kita sedikit? Aturannya abang kan cuma buat 3 kodi saja. Kata bang Wanto,kamu pulang bawa keluarga Irwan ke rumah. Kami mana tahu jumlah keluarga Irwan. Makanya abang pesan saja jadi 4 kodi. Uangnya besok abang transfer ke kamu ya. Jangan lupa diskon." jelas Hendri.
"hhhmmmm....!" jawab Cici.
"mana kado buat abang?" tanya Hendri.
"besok lah aku kasih ke abang pas acara tunangan abang. Kenapa juga aku kasihnya sekarang. Eh bang...! Menurut abang gimana Irwan?" ujar Cici.
"yang abang lihat,dan abang dengar dari Jihan,dia sih baik orangnya ya. Tapi..." ucap Hendri.
"tapi apa?" tanya Cici.
"tapi...! Kok ada juga cowok yang mau sama kamu. Hahahaha...." ledek Hendri menutupi sesuatu dari Cici.
"yeee....! Secara adik abang ini kan cantik. Wkwkwkw..." jawab Cici.
Jihan memanggil Cici untuk makan bersama.
"kak.... Oo kakak ku sayang....!" ucap Jihan.
"oooiii.... Adik ku sayang..." jawab Cici.
"ooii... Adik-adik ku yang sama-sama bawel." ujar Hendri.
"ngapain abang rese ini di sini sih...!" ujar Jihan.
"bagus kamu ya Ji...." teriak Cici.
"kenapa lagi aku kak?" jawab Jihan.
"kenapa kamu tudak bilang sama kakak,kalau bang Hendri mau buat baju di butik kakak?" ucap Cici dengan nada sedikit keras.
Semua anggota keluarga yang berada di ruang tengah mendengar suara Cici yang sedang bertengkar.
"kenapa lagi tuh mereka bertiga di atas sih...!" ucap Mama Cici.
"maaf ya bu... Pak...! Begitu lah mereka kalau sudah pada ngumpul. Pasti heboh." ujar Papa Cici.
"hahaha.... Maafin aku yang pelupa ini kak." jawab Jihan.
"aku lihat kakak di atas ya ma..." ucap adik sepupu Cici yang bernama Gerald.
"kamu lihat deh sana. Kenapa lagi kakak kamu itu." jawab Mama Cici.
"apa aku boleh ikut?" tanya Irwan.
"ayo bang..." jawab Gerald.
Gerald dan Irwan menuju kamar Cici.
"umur baru 20 tahun sudah pelupa saja bocah ini aahhh... Lihat gara-gara kamu pelupa,aku jadinya yang rugi..." ucap Cici.
"eh...eh...! Menolong abangnya pakai hitung-hitungan segala. Mantap Ji...." sambung Hendri.
"astaga abang.... Kakak... Jihan... Suara kalian bertiga kedengaran sampai bawah. Ada apa sih?" ujar Gerald.
"bang Irwan....! Tolongi aku...! Selamatkan aku dari kakak. Wkwkwk" ujar Jihan.
"ji....ji.....!" teriak Cici.
"ada apa sayang?" tanya Irwan.
"begini nih kalau anjing dan kucing sudah kumpul. Hahaha..." ledek Hendri.
"aku kucingnya ya. Hahaha..." ledek Jihan yang bersembunyi di belakang Irwan.
"tuh kan... Makin rese aja ni bocah...! Sini kamu..." ucap Cici sambil menarik tangan Jihan.
"bang Hendri...! Tolong...! Ini juga kan salah abang." ucap Jihan.
"eehh...! Kok abang dibawa-bawa juga. Kan kamu yang salah." jawab Hendri.
Gerald berusaha menenangkan Cici dan Jihan.
"sudah....! Nanti saja di lanjut marahnya kak. Semua orang sudah menunggu kakak di bawah. Ayo kita makan dulu ah....!" ujar Gerald.
"hhhmmmm.....! Rasain kak! Singa sudah ngamuk. Hahaha..." ledek Jihan kepada Gerald.
"iya abang singa. Biar abang makan kamu." jawab Gerald.
Akhirnya Cici,Irwan,Hendri,jihan dan Gerald turun ke lantai 1. Mereka semua pun makan bersama di taman samping rumah Cici.
papa Cici aja punya istri baru!/Slight//Slight/
kamu harus kuat.
gak sabar ikut undangan /Facepalm//Facepalm/