NovelToon NovelToon
Miss Rania, I Love You

Miss Rania, I Love You

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cinta Terlarang / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Slice of Life
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lalalati

Pecinta K-POP merapaaaaat! Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya kalau mampir!

Rania adalah seorang wanita muda yang berprofesi sebagai guru. Ia multitalenta, baik hati, cantik, dan mandiri. Suatu hari Rania bertemu dengan seorang pemuda tampan yang lebih muda darinya, Logan namanya.

Awal pertemuannya dengan Logan, diwarnai dengan banyak kesalahpahaman. Namun apa daya cinta terlanjur tumbuh di hati keduanya.

Walaupun banyak perbedaan dan rintangan yang hadir di antara keduanya, termasuk kenyataan bahwa ternyata Logan adalah siswa di tempat Rania mengajar, tak cukup kuat untuk menghapus rasa yang sudah tumbuh di antara mereka.

Kisah ini bukan hanya tentang mereka berdua, tapi juga tentang kisah masa lalu orang tua mereka yang begitu rumit.

Mampukah Rania dan Logan bersatu di tengah banyaknya perbedaan yang menjadi penghalang bagi keduanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5: Kisah Mama dan Papa

"Iya Pap, Satya itu isinya murid-murid dari kalangan elit dan banyak juga anak-anak asing nya. Sekolahnya pakai kurikulum internasional. Fasilitasnya bagus dan kesejahteraan guru bener-bener jadi prioritas mereka. Gaji gurunya juga lebih gede dibanding sama guru-guru di sekolah negeri atau swasta biasa. Waktu ngelamar ke sana juga prosesnya panjang banget. Tes kemampuan bidang, tes kepribadian, wawancara, micro teaching. Pokoknya melelahkan proses keterima jadi guru disana, Pap."

"Papa seneng kamu udah bisa mandiri dalam masalah uang. Sebenernya gaji bukan masalah besar buat Papa. Papa cuma pengen kamu bener-bener kerja dengan sepenuh hati, karena tanggung jawab seorang guru itu besar banget, Ran. Bisa dibilang pondasi suatu negara itu adalah pendidikannya, itu berarti guru adalah ujung tombaknya."

"Iya sih Pap berat banget jadi guru itu. Tapi tekad Rania udah bulet pengen jadi guru. Walaupun gaji Rania misalnya kecil, Rania sih gak apa-apa. Ngajar udah jadi passion Rania. Dan makasih juga loh Papa udah transfer uang terus buat Rania. Jadi Rania bisa nabung beli hal-hal yang Rania pengen beli."

"Sama-sama, Sayang. Iya deh Papa dukung kamu seratus persen jadi guru. Papa mau beliin kamu mobil ya bulan depan. Kamu pakai buat ke sekolah," Rendra menawarkan.

"Jangan, Pap. Aku belum butuh itu kok. Lagian nanti pas udah mulai ngajar Rania tinggal di rumah kontrakan bareng sama temen Rania. Jaraknya deket banget sama sekolah pap. Jalan kaki lima menit nyampe."

"Susah ya kalau mau bikin kamu seneng. Papa heran," Rendra menyerah. Tidak ada gunanya berdebat dengan putrinya yang keras kepala. Rania hanya tersenyum melihat wajah sang ayah yang sedikit kecewa.

"Makasih banget, Pap. Tapi beneran deh Rania belum butuh itu. Lagian Rania baru beli motor, itu dari uang yang suka papa transfer loh. Rania kumpulin sampai Rania bisa beli motor sendiri." Rania mencoba untuk mengurangi rasa kecewa sang ayah.

"Syukur deh kalau gitu. Akhirnya apa yang papa usahakan buat kamu, kamu pake. Papa seneng banget. Kalo masalah gak mau ngerepotin orang, kamu tuh mirip banget mama kamu."

"Semirip itu ya aku sama mama?" tanya Rania, sambil membungkus daging yang telah dipanggangnya dengan selembar daun selada dan dimasukkannya ke dalam mulutnya.

"Mirip banget. Kamu tuh kayak copy-pastenya mama kamu. Mulai dari sifat, wajah, rambut, semua mirip mama kamu. Papa cuma kebagian tinggi sama mata kamu aja."

Mata Rania memang agak kecoklatan seperti Rendra. Tinggi badan Rania juga mengikuti sang ayah. Untuk ukuran perempuan Indonesia, Rania termasuk tinggi yaitu 172 cm, hanya 10 cm lebih pendek dari sang ayah.

"Berarti bener mama lebih sayang ke Papa, dibanding papa sayang ke mama pas mama lagi hamil."

"Mana ada yang kayak gitu Ran. Ada-ada aja kamu." Rendra mulai menunjukkan ekspresi yang tidak mudah ditebak.

"Papa tuh ya dari dulu gak pinter bohong."

Rania mematikan kompor yang ada di hadapannya, meletakkan sumpit dan sendoknya, kemudian menatap lurus ke arah sang ayah yang ada di depannya dengan serius.

"Pap, aku pengen nanya bener-bener masalah perceraian Papa sama mama dulu." Sudah lama Rania penasaran dengan perceraian kedua orang tuanya.

"Apalagi yang mau kamu tahu, Sayang. Papa dan mama udah jelasin semua waktu itu," ucap Rendra sambil dengan santainya melahap suki yang ada di hadapannya.

"Penjelasan yang mana? Yang Papa sama mama bilang alasan perceraian itu karena udah gak ada kecocokan lagi diantara papa sama mama?" Rania teringat ucapan kedua orang tuanya empat tahun silam saat Rania baru lulus SMA.

"Pap, Rania udah tahu kok dulu papa sama mama nikah karena terpaksa. Eyang cerita semuanya sama Rania. Eyang cerita kalau selama mama dan papa nikah, papa sangat menjaga mama, dan papa jadi suami yang siaga dan perhatian. Papa kuliah sambil kerja dan menafkahi mama dan Rania. Papa selalu ngajak kita jalan-jalan, quality time bertiga. Papa kalau di rumah selalu luangin semua waktu papa buat Rania dan juga mama. Papa adalah best dad ever. Tapi tiba-tiba dengan keharmonisan itu akhirnya saat Rania lulus SMA, mama dan papa malah cerai. Rania bertanya-tanya pasti ada sesuatu."

Rania sangat penasaran dengan semua yang terjadi di balik hari-hari indahnya dulu. Papa dan mamanya terlihat sangat harmonis, tidak pernah sama sekali terpikirkan kalau mereka akan bercerai.

Saat perceraian itu Rania benar-benar merasa sangat sedih. Dia selalu membayangkan kedua orang tuanya akan saling menjaga hingga mereka tua. Saat Rania kuliah sudah tidak ada lagi hari-hari indah keluarga kecil mereka. Rania menghabiskan waktu secara bergantian, kadang dengan sang mama, kadang dengan sang papa seperti sekarang. Tidak pernah ada lagi waktu mereka bertiga menghabiskan waktu bertiga bersama-sama.

Rendra menghela nafasnya. "Okay, Papa rasa eyang kamu bener. Udah waktunya kamu untuk mengerti semua masalah Papa dan mama," ucap Rendra akhirnya. Ia meletakkan sendok dan meneguk air putih sebelum melanjutkan.

"Seperti yang kamu tahu, mama dan papa bukan menikah karena kami saling mencintai, tapi karena suatu kecelakaan. Jujur, Papa merasa sangat berat saat itu apalagi kami masih sangat muda. Papa masih tujuh belas tahun dan mama kamu lebih muda lagi, lima belas tahun. Untuk papa yang saat itu baru lulus SMA, kejadian itu seakan gak terlalu berdampak pada pendidikan papa. Papa masih bisa lanjut kuliah. Tapi mama kamu? Dia harus drop out dari sekolah dan menjadi ibu di usia yang sangat muda. Mama kamu sempat terpuruk, namun sedikit demi sedikit bangkit. Dan saat kami berdua melihat kamu lahir, perasaan sedih, kalut, menyesal, bersalah itu pergi entah kemana. Akhirnya papa dan mama sepakat untuk menjadi partner yang baik untuk membesarkan kamu. Menjadikan kamu anak yang bahagia dan bangga pada kami agar kamu gak merasa berbeda dengan anak-anak lain yang orang tuanya menikah berdasarkan cinta."

Rania menyimak penjelasan sang ayah dengan seksama. Rasanya ia mulai memahamiapa yang terjadi sebenarnya.

Kemudian Rendra memegang tangan sang putri dan melanjutkan. "Hanya itu tujuan pernikahan kami, Ran. Hanya ingin melihat kamu tumbuh jadi anak yang bahagia dan kami juga memastikan supaya kamu gak mengalami apa yang kami alami. Kami juga membuat perjanjian untuk berpisah saat kamu berusia tujuh belas tahun, saat kami rasa kamu sudah cukup dewasa menerima keadaan ini."

Seketika pandangan Rania menjadi kabur, rupanya air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Entah dia harus senang atau sedih, tapi yang jelas dia merasa dibohongi selama ini.

Rendra merasa bersalah melihat sang putri kini berubah muram. Ia pun berpindah tempat duduk dan merangkul sang putri.

"Emang selama mama dan papa bareng-bareng bertahun-tahun lamanya, gak ada gitu rasa yang tumbuh, Pap? Sama sekali?"

Entah mengapa Rania merasa sakit saat mengetahui bahwa cinta yang selama ini selalu ia lihat dari kedua orang tuanya, tak lebih dari sebuah sandiwara belaka demi dirinya saja.

"Maafin Papa dan mama ya. Papa juga pernah berpikir seperti itu Ran. Walaupun papa sudah buat perjanjian itu, dalam pikiran papa pernah berpikir bahwa mungkin papa juga bisa perlahan mencintai mama kamu. Tapi ternyata gak bisa, Sayang. Hati papa gak bisa bohong. Papa hanya menganggap mama kamu sebagai adik papa. Begitu juga mama kamu, menganggap papa hanya sebagai kakaknya," terang Rendra jujur. Ia tak ingin menyembunyikan apapun lagi dari sang putri.

1
Anastasia Arita
semangat Logan kejar Rania mu
Anastasia Arita
lanjut thor, seru ceritanya /Good/
lalalati: thanks kak udah baca sampai sini 🥰
total 1 replies
aca
kasih jodoh buat nindi donk kasian masak g dpet cinta dr suami pdhl dia di sini korban loh
lalalati: ikutin terus aja ya kak 😁
total 1 replies
aca
jngan ampe Rendra ma Carla kasian rania donk nindi jg korban tp Rendra egois malah g kasih kesempatan nindi
aca
bagus ne cerita Q kasih bunga
lalalati: makasih kakk ikutin terus 🥰
total 1 replies
Anastasia Arita
semangat.. lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!