NovelToon NovelToon
Between Hate And Love

Between Hate And Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Teen School/College / Diam-Diam Cinta
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lucky One

Dira Namari, gadis manja pembuat masalah, terpaksa harus meninggalkan kehidupannya di Bandung dan pindah ke Jakarta. Ibunya menitipkan Dira di rumah sahabat lamanya, Tante Maya, agar Dira bisa melanjutkan sekolah di sebuah sekolah internasional bergengsi. Di sana, Dira bertemu Levin Kivandra, anak pertama Tante Maya yang jenius namun sangat menyebalkan. Perbedaan karakter mereka yang mencolok kerap menimbulkan konflik.

Kini, Dira harus beradaptasi di sekolah yang jauh berbeda dari yang sebelumnya, menghadapi lingkungan baru, teman-teman yang asing, bahkan musuh-musuh yang tidak pernah ia duga. Mampukah Dira bertahan dan melewati semua tantangan yang menghadang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di keluarkan

Nadira Namari, anak perempuan tunggal, tumbuh dalam bayang-bayang kesibukan ibunya, seorang wanita karir sukses yang memiliki bisnis di mana-mana. Sang ibu jarang ada di rumah, selalu tenggelam dalam pekerjaannya, sehingga hampir tidak ada waktu untuk mengurus Dira. Hari-hari Dira diwarnai oleh kesepian, jarang bertemu dengan ibunya yang selalu sibuk. Sejak kecil, Dira dibesarkan oleh Bi Mina, pembantu yang sudah setia mengabdi kepada keluarga mereka sejak Dira berusia dua tahun. Meski penuh perhatian, kehadiran Bi Mina tak pernah benar-benar mampu mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh sosok ibunya.

Namun, Dira menemukan pelarian dalam musik. Kecintaannya pada Pop Punk, terutama lagu-lagu Avril Lavigne, menjadi pelipur lara. Ia mengoleksi album-album sang idola, bahkan meniru gaya make-up dan penampilannya. Lewat musik, ia berusaha mengisi ruang-ruang kosong dalam hidupnya, sedikit demi sedikit mengusir rasa sepi yang terus menghantui. Meskipun Dira tak pernah kekurangan secara materi — uang mengalir deras dari sang ibu  kenyataan bahwa ia jarang mendapat perhatian membuat hidupnya tak seimbang. Kehilangan bimbingan orang tua membuat pergaulannya menjadi tak terkendali, dan kini, semua itu mulai berbalik menjadi bumerang yang menghantui kehidupannya.

Pagi itu, sinar matahari menyinari ruang kepala sekolah, tetapi suasana di dalam ruangan terasa suram. Dira duduk di sebelah ibunya, Ibu Maura, keduanya menanti kabar tentang nasib Dira setelah insiden kekerasan di sekolah yang melibatkan dirinya dan Andika, seorang siswa yang kini terbaring di rumah sakit. “Ssetelah diskusi panjang dengan orang tua Andika kemarin, pihak sekolah, dengan sangat berat hati, harus memutuskan untuk mengeluarkan Dira. Kami meminta agar Dira dipindahkan ke sekolah lain sebagai syarat agar masalah ini tidak dilaporkan ke polisi, demi menjaga nama baik sekolah,” ujar kepala sekolah, nadanya penuh penyesalan.

“Kok gitu, Pak?!” Dira spontan memprotes, matanya membulat tak percaya."Sstt... Dira," potong Ibu Maura dengan nada tegas, memintanya untuk diam. Ia menatap kepala sekolah dengan tatapan yang penuh beban. “Baik, Pak. Terima kasih atas informasinya. Saya akan segera memindahkan Dira ke sekolah lain. Tolong sampaikan terima kasih kami kepada keluarga Andika karena sudah berbesar hati tidak membawa masalah ini ke ranah hukum."

Ibu Maura menyetujui keputusan itu dengan berat hati, sadar bahwa tindakan Dira kali ini sudah melampaui batas yang bisa ia bela. Dira dan ibunya melangkah keluar dari ruang kepala sekolah. Di luar, suasana sudah dipenuhi siswa-siswi yang berkumpul, ingin tahu keputusan kepala sekolah terkait hukuman Dira. Bisik-bisik terdengar, dan pandangan mata mereka tertuju penuh rasa ingin tahu. Di antara kerumunan, Nadin, sahabat dekat Dira, langsung menghampiri. "Gimana, Ra? Apa keputusannya?" tanyanya penuh kekhawatiran.

Dira hanya menunduk, suaranya lemah. "Gue dikeluarin, Din."Hah, dikeluarin? Kok bisa?" Nadin terkejut, tak percaya dengan apa yang baru didengarnya. Matanya membulat, mencari penjelasan lebih dari sahabatnya. Di kejauhan, Andika berdiri bersama beberapa teman, menatap Dira sambil tersenyum sinis. Senyum itu jelas terlihat seperti ekspresi kemenangan seolah berhasil menyingkirkan Dira dari sekolah adalah puncak keberhasilannya hari itu.

Dira yang menangkap senyuman itu tak bisa menahan emosinya. Amarah yang selama ini ia tahan meledak. "Nada!" teriaknya lantang, langsung menatap Nada, pacar Andika yang berdiri di sampingnya. "Pacar lo kemarin selingkuh sama cabe-cabean di Paskal!" Suaranya menggema, membuat seisi kerumunan mendadak terdiam. Semua mata kini beralih ke Andika, yang tampak canggung dan mulai gelisah.

"Dira, ayo pulang!" Ibu Maura segera menarik tangan putrinya, mencoba menghentikan keributan yang baru saja pecah. Dira, yang masih dipenuhi  kemarahan, akhirnya menurut, meskipun tatapannya tetap penuh dendam pada Andika. "Anj*ng lo, Dira!" teriak Andika, kemarahannya meledak. Wajahnya memerah, kesal karena rahasia perselingkuhannya dengan cepat terbongkar di depan semua orang.

Sementara itu, Ibu Maura menarik Dira menjauh dari kerumunan yang mulai gaduh. Mereka berjalan cepat menuju mobil, meninggalkan sekolah yang kini tak lagi akan menjadi tempat Dira belajar. Sesampainya di parkiran, Dira tampak masih kesal. Bukan hanya pada Andika, tapi juga pada ibunya sendiri. "Ibu kenapa sih langsung setuju?! Kan bisa nego dulu!" Dira mengeluh, tatapannya penuh frustrasi.

Ibu Maura menghela napas panjang, menatap putrinya dengan pandangan lelah. "Mau nego apa lagi, Dira? Catatan pelanggaran kamu di sekolah ini udah numpuk. Ini bukan masalah yang bisa ditawar-tawar lagi. Kamu akan ibu pindahkan ke sekolah swasta di Jakarta"

"Apa? Jakarta?" Dira terperanjat, tak percaya dengan keputusan yang begitu mendadak itu. "Ya ampun, Bu! Dira mau ngapain sekolah di Jakarta? Di Bandung aja enak, adem. Lagi pula, semua teman Dira di sini. Nggak usah, deh. Repot juga kalau ibu harus pindah rumah," Dira berusaha mencari-cari alasan agar tetap bisa tinggal di Bandung. Ibu Maura tersenyum tipis, seolah sudah mengantisipasi keberatan itu. "Siapa yang bilang ibu mau pindah?"

"Lah, terus... Dira tinggal sendiri di Jakarta?" Dira bertanya, bingung."Kamu akan ibu titipkan di rumah teman ibu di Jakarta. Setiap bulan, kamu akan dapat jatah uang jajan satu juta. Uang itu ibu titipkan ke teman ibu. Kamu hanya boleh pakai buat sekolah, nggak ada untuk clubbing, beli make-up nggak penting, atau hal-hal lain. Fokus kamu sekarang cuma satu: sekolah, supaya bisa masuk universitas terbaik di Indonesia," ujar Ibu Maura tegas.

"Satu juta per bulan? Tinggal di rumah orang lain? Nggak ada make-up? Gak mau, Bu! mana cukup uang segitu buat sebulan," Dira merajuk, wajahnya cemberut penuh protes. "Lagian, kenapa sih ibu nitipin anaknya ke orang lain? Dira nggak setuju, Bu. Ibu udah nggak sayang sama Dira!" tambahnya, nadanya semakin kesal.

Ibu Maura memandang putrinya dengan ekspresi datar, lalu menarik napas panjang. "Nggak ada yang minta persetujuan kamu, Dira. Ini keputusan ibu, dan sudah final. Kamu di sini susah diatur, terus bikin masalah. Ini konsekuensi dari semua kesalahan yang kamu buat. Lagipula, ibu harus ke luar negeri beberapa bulan, jadi nggak bisa ngurusin kamu sendiri," tegas Ibu Maura, suaranya tegas namun tak meninggalkan nada sayang seorang ibu. "Besok ibu antar kamu ke Jakarta"

"Besok?" Dira terkejut, matanya membesar. "Bu, nggak bisa! Pokoknya Dira nggak mau ke Jakarta! Dira pengen di Bandung aja! Dira janji, Bu, Dira nggak bakal bolos sekolah, nggak bakal bikin masalah lagi, Dira bakal ikut les. Dira mohon!" suaranya melunak, penuh permohonan, berharap ibunya akan luluh. Namun, Ibu Maura tetap tak bergeming, menatap Dira dengan keteguhan yang tak mudah goyah.

"Baik, ibu kasih kamu dua pilihan," ujar Ibu Maura dengan nada tenang tapi tegas "pertama, kamu ibu titipkan di Jakarta, atau yang kedua, kamu ibu pindahkan ke Bali, tinggal bersama ayahmu. Dira mendengus kesal, merasa terjebak. "Ah, ibu! Itu bukan pilihan yang setara. Ibu sengaja, kan, ngasih pilihan kayak gini? Dira mana mau tinggal sama keluarga ayah!" keluhnya dengan nada jengkel, merasa ibunya memaksakan situasi di mana dia tak punya opsi yang benar-benar bisa ia pilih.

1
and_waeyo
Semangatt nulisnya kak, jan sampai kendor❤️‍🔥
Lucky One: makasih udah mampir
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!