Seorang Nona Muda tiba-tiba terbangun dalam tubuh anak seorang pembantu dan sopir. Langsung menghabiskan satu malam dengan seorang tuan muda yang membuatnya dikejar-kejar oleh pria itu.
Dari anak pembantu yang biasanya tidak tahu apa-apa dan hanya menurut saja jika disuruh, tiba-tiba berubah menjadi sangat arogan dan sulit dikendalikan.
Kepintaran dan kecerdikannya membuat para majikannya harus memutar otak untuk menghadapi perempuan yang tiba-tiba mengancam posisi dan bisnis mereka.
"Kita harus melakukan sesuatu Bu, atau perempuan itu akan melindas kita semua!"
Semua orang panik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Acak acak aku
Mobil yang dikendarai oleh Arden dengan cepat tiba di hotel tempat dia dan Vanessa menginap, pria itu menghentikan mobilnya tepat di depan lobby hotel dan melirik perempuan di sampingnya yang tampak gelisah dalam tidurnya.
'Sebentar lagi obatnya bereaksi,' ucap Arden dalam hati sambil tersenyum membuka mobil dan melemparkan kunci mobilnya ke salah seorang penjaga di hotel tersebut.
Arden lalu mengitari mobil dan membukakan pintu untuk Vanessa, dia melepaskan sabuk pengaman Vanessa lalu menepuk-nepuk pipi Vanessa untuk memastikan keadaan perempuan itu.
"Kita sudah sampai, bangunlah," ucap Arden membuat Vanessa yang terganggu akhirnya membuka matanya, tetapi perasaan aneh padanya tiba-tiba saja memenuhi dirinya.
"Uhh," Vanessa mengeluh, perempuan itu dengan berat menurunkan kakinya dari mobil dan berdiri di samping Arden dengan nafas terengah-engah seperti baru saja berlari belasan kilometer.
Dia jelas mengetahui perasaan Apa itu, karena di kehidupan sebelumnya dia yang terus ditekan oleh perempuan tua yang ia benci seringkali memberinya obat seperti itu dan mengirimkan para lelaki ke kamarnya untuk menghamilinya.
Jadi Vanessa tersenyum, ia mengangkat wajahnya menatap Arden, "berikan obat peredah mabuk yang satunya, aku tidak cukup dengan satu botol saja," kata Vanessa membuat Arden tersenyum.
Pria itu pun kembali membuka pintu mobil dan mengambil sisa obat pereda mabuk yang berada di sana.
Arden langsung membukanya untuk Vanessa dan Vanessa menghabiskan 1 botol tersebut tepat dihadapan Arden hingga membuat Arden semakin tersenyum.
Setelah selesai menghabiskan obat pereda mabuk, Vanessa melangkahkan kakinya menuju hotel meninggalkan Arden yang berdiri dengan kedua tangan di saku celana.
'Bagaimana bisa dia sangat bertahan?' Arden merasa bingung, tetapi sesaat kemudian dia mengikuti Vanessa memasuki lobby hotel.
Tatapan Vanessa berhenti pada seorang pria yang sibuk membaca majalah di lobi hotel, itu adalah Iwan.
'Tepat sekali dia berada di sini,' ucap Vanessa sambil tersenyum menahan gejolak rasa yang semakin kuat dalam dirinya hingga perempuan itu dengan cepat berlari menghampiri Iwan dan duduk di samping Iwan.
Iwan terkejut, ia menutup majalahnya dan mencium bau alkohol yang kuat dari perempuan di sampingnya, dia kesal, namun ketika dia berbalik untuk marah, dia terkejut melihat Vanessa berada di sampingnya dan tanpa aba-aba perempuan yang mabuk itu langsung mengulurkan kedua tangannya ke leher Iwan.
Tak hanya itu, sebuah ciuman di daratkan di bibir Iwan dan dengan suara yang parau berbisik, "Ayo ke kamarmu."
Iwan terkejut, dia tidak menyangka Vanessa akan mengatakan hal seperti itu, dan meski Dia sangat senang, namun tampaknya perempuan di hadapannya ini begitu mabuk sehingga tidak menyadari apa yang dia katakan.
Arden yang melihat itu juga terkejut, Bagaimana bisa Vanessa yang telah terpengaruh obat dengan acak memilih pria untuk dicium?
Dia tidak bisa membiarkan kesempatan itu, dia dengan cepat menghampiri dua orang itu dan segera menarik tubuh Vanessa dari pelukan Iwan.
"Ughhh,,," Vanessa mengeluh, Saat ini kesadarannya benar-benar buruk, Tetapi dia masih bisa mengenali pria yang menariknya itu hingga membuatnya tidak senang.
"Dia gadisku," ucap Arden yang jelas mengenali pria di hadapannya, pria konglomerat dari Indonesia yang dekat dengan Theresia.
"Gadismu katamu?" Iwan berdiri dengan kesal, dia mengulurkan tangannya untuk menarik Vanessa ke sisinya ketika Arden dengan cekatan menjauhkan Vanessa dengan mengangkat perempuan itu menjauh dari Iwan.
Namun dia terkejut saat tiba-tiba saja tangan Vanessa menampar pipinya dengan lemah.
"Lepaskan aku bajingan sialan!" Kata Vanessa sambil menggerakkan giginya meski suara perempuan itu terdengar lemah karena pengaruh obat yang semakin kuat.
Melihat hal itu, maka Iwan dengan cepat menghampiri keduanya dan menarik Vanessa kembali ke pelukannya.
Vanessa yang kembali mencium aroma wangi tubuh Iwan langsung melingkarkan kedua tangannya di leher Iwan dan dengan membiarkan dirinya terbuai di bawah sensasi obat yang mempengaruhinya, dia mencium leher Iwan dengan basah.
Arden sangat terkejut, "beraninya kau mengakui kekasihku sebagai gadismu?" Ucap Iwan dengan suara yang begitu dingin membuat Arden terkejut.
Kekasih?
Jadi mereka sepasang kekasih?
Saat inilah Arden baru menyadari apa yang terjadi, ternyata sumber permasalahannya ialah pria dihadapannya ini.
Maka sambil menelan salivanya, Arden berkata, "Sepertinya aku sudah salah."
Setelah berbicara, Arden berbalik pergi dari tempat itu dia menggerutu dalam hati, 'dasar Perempuan sialan, Theresia sialan! Kenapa dia tidak mengatakannya?' ucap Arden dalam hati yang kini jelas tahu bahwa ke depannya dia akan menjadi target Iwan.
Sementara Iwan yang tinggal bersama Theresia, dia tidak bisa tidak bernafsu merasakan perempuan yang terus menciumi lehernya dengan basah dan sesekali menggigit lehernya.
Rasa geli di lehernya yang diakibatkan dari lidah Vanessa membuat pria itu dengan cepat menggendong Vanessa meninggalkan lobby hotel.
Mereka menuju kamar hotel yang sebelumnya telah dipesan oleh Iwan dan langsung membaringkan tubuh perempuan yang ia gendong di atas tempat tidur.
"Uhhh,,, kali ini kau yang melayaniku," Ucap Vanessa sambil menatap pria di atasnya yang tampan.
"Apa yang terjadi? Apa yang dilakukan pria sialan itu padamu?" Tanya Arden Seraya mengangkat kedua paha Vanessa agar melingkar di pinggangnya.
Tentu saja dia tidak sabar untuk kembali tidur dengan perempuan yang dia sukai, namun dia masih marah mengingat kedatangan Vanessa bersama seorang pria dalam keadaan mabuk.
Tetapi Vanessa tidak menjawab pertanyaan Iwan, perempuan itu memilih menekan kepala Iwan ke arahnya hingga dia bisa meraih bibir Iwan dengan bibirnya.
Cup!
Sebuah ciuman singkat diikuti bisikan sensual, "cepat acak-acak aku, pria bejat itu memberiku obat!" Ucap Vanessa membuat wajah Iwan seketika menjadi gelap.
Kemarahan memenuhi seluruh tubuh pria itu namun tingkah Vanessa yang begitu genit padanya menggodanya dengan menggerakkan kedua kaki serta kembali mencium bibir Iwan membuat Iwan akhirnya luluh.
Dia mengesampingkan masalah tentang pria yang membawa Vanessa ke hotel dan dia dengan cepat melayani Vanessa sesuai permintaan perempuan itu.
Ahhhh.....
Vanessa merasa begitu segar saat merasakan Iwan berada di dalamnya, malam itu berlalu dengan panjang dan erotis.
.........
Keesokan paginya, Vanessa mengerjapkan matanya di bawah selimut putih.
Dia merasa kesal dengan cahaya dari jendela kamar hotel sehingga dia berbalik dan langsung mendapati seorang pria yang duduk di samping mengamatinya.
"Kau sudah bangun?" Tanya Iwan.
Vanessa tersenyum, wajah yang tampan yang menyambutnya itu langsung menyejukkan hatinya, dia pun memindahkan kepalanya ke pangkuan Iwan dan memeluk pinggang Iwan Seraya berkata, "Jangan salah paham, aku begini bukan karena menyukaimu. Seleraku sangat tinggi."
"Ha ha ha..." Iwan tertawa keras mendengar ucapan Vanessa, pria itu mengulurkan tangannya menyibak selimut yang menutupi tubuh polos Vanessa sehingga tubuh yang indah tanpa tertutupi sehelai benang pun langsung terpampang di depannya.
Vanessa sama sekali tidak merasa risih dengan hal tersebut, lagi pula di kehidupan sebelumnya Dia sudah terbiasa dengan hal seperti itu.
Iwan mengulurkan tangannya menyapu punggung Vanessa yang sangat mulus dan cantik, "kau mau menambahnya lagi? Mungkin satu kali lagi bisa membuatmu mengakui perasaanmu," ucap Iwan mencubit pelan pinggang Vanessa hingga membuat Vanessa bergidik geli.
"Ayo melanjutkannya di kamar mandi," kata Vanessa sambil tersenyum tipis membuat Iwan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
Dia langsung mengangkat tubuh Vanessa menuju kamar mandi dan memasuki bath up yang sebelumnya telah diisi dengan air hangat.
'Aku jelas ingat kalau perempuan ini masih gadis beberapa waktu yang lalu, tapi kelakuannya tidak seperti seorang gadis,' ucap Iwan dalam hati sambil membelai punggung perempuan yang duduk di pangkuannya.
Gadis ini terlalu liar di atas ranjang pria.