Demi kebahagiaan sang kakak dan masa depan anaknya, Andrea rela melepaskan suami serta buah hatinya dan pergi sejauh mungkin tanpa sepengetahuan mereka. Berharap dengan kepergiannya Gerard dan Lucy akan kembali rujuk, namun rupanya itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya karena bayi lelaki yang ia tinggalkan itu kini tumbuh menjadi anak pembangkang yang merepotkan semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~04
Gerard yang melihat putranya sedang melintasi sirkuit dengan sebuah motor kecil langsung meminta kepada para petugas untuk menghentikannya jika tidak ia mengancam akan meratakan tempat tersebut dengan tanah. Kini Jiro yang telah kembali nampak tersenyum menatap ayah serta keluarganya yang lain tanpa perasaan bersalah sama sekali karena telah membuat mereka khawatir setengah mati.
"Apa aku hebat?" Ucapnya menatap mereka satu persatu, semua orang tadi bertepuk tangan untuknya dan pasti ayah dan keluarganya juga akan bangga dengannya.
"Tentu saja he..." Tuan Adrian yang memang sangat menyukai balapan langsung menjeda ucapannya ketika menyadari Gerard sedang menatapnya dengan kesal.
"Tidak ada hal hebat ketika membahayakan nyawa dan kamu akan papa hukum atas kesalahan mu itu, kamu benar-benar seperti ib..." Gerard sontak menjeda ucapannya ketika menyadarinya.
"Tapi pa...." Jiro pun tak terima jika akan di hukum.
"Jangan membantah papa, katakan dari mana kamu belajar mengendarai motor itu !!" Tegas Gerard tanpa kompromi, ia masih tak menyangka putranya bisa mengendarai motor tersebut dengan sangat lincah. Apa selama ini ia telah lalai menjaganya, lalu pandangan pria itu pun beralih ke arah pengasuhnya yang nampak masih pucat ketakutan karena bayang-bayang di pecat sudah di depan mata.
"Apa kamu yang telah mengajarinya?" Tudingnya menatap geram pria tersebut.
"Tidak tuan, saya tidak pernah mengajari tuan muda mengendarai motor." Tegas pria itu jujur lagipula di rumah majikannya itu tidak ada kendaraan roda dua tersebut.
Lalu pandangannya pun kembali ke arah sang putra. "Jadi katakan kamu belajar darimana dan sebelumnya apa tanpa sepengetahuan papa kamu juga pernah balapan?" Ucapnya tegas menatap bocah tersebut.
Jiro nampak me re mas jari-jarinya dengan pandangan ke tanah, bocah itu merasa kesal karena bukannya mendapatkan apresiasi justru kecaman dari ayahnya itu.
Gerard nampak menghela napasnya pelan kemudian duduk berjongkok di hadapan putranya tersebut hingga kini tinggi mereka pun sama.
"Papa marah karena papa sangat khawatir padamu sayang, bagaimana jika terjadi sesuatu denganmu di jalanan? Kamu sangat penting dalam hidup papa dan papa bisa hancur jika terjadi hal buruk padamu," ucapnya seraya menyentuh kedua bahu bocah kecil tersebut.
Jiro nampak berkaca-kaca, bocah kecil itu memang selalu luluh jika ayahnya sudah merendah seperti ini. Bagaimana pun ia hanya seorang anak-anak yang membutuhkan perhatian lebih dari orang tuanya.
"Jadi beritahu papa siapa yang mengajarimu !!" Tanya Gerard lagi dengan suara rendahnya.
Jiro yang masih me re mas jari-jari tangannya itu pun nampak membuka suaranya setelah sejak tadi hanya menutup mulut dengan rapat.
"Dari internet," sahutnya dengan polos dan tentu saja itu membuat semua orang di sana nampak terkejut.
Gerard pun langsung menatap ke arah pengasuhnya. "Apa itu benar? Bukankah aku memerintahkan mu untuk membatasinya bermain internet dan hanya dua jam saja perhari?" Ucapnya kembali tegas.
"Saya sudah mencoba membujuknya untuk mencari tontonan lain tuan tapi tuan muda selalu menonton balapan motor itu selama dua jam," terang sang pengasuh jujur. Ia juga heran padahal anak asuhnya itu hanya menonton tapi kenapa sudah bisa langsung mempraktekannya.
Mendengar itu pun Jiro nampak tersenyum. "Apa aku hebat? Tadi saat melihat motor itu aku langsung saja menaikinya dan apa yang ku lihat di internet ternyata tak sesulit yang ku duga," ucapnya menambahi namun ketika menatap sang ayah dan keluarganya yang lain senyum yang mengembang di bibirnya tersebut pun kembali menyurut.
"Kita pulang dan terima hukuman mu di rumah," tegas Gerard lantas segera berlalu pergi.
"Tapi pa...." Jiro nampak kecewa.
"Mama Lucy, oma, opa," imbuhnya menatap Lucy dan kakek neneknya yang nampak tak bisa berbuat apapun untuk membelanya.
"Kita pulang ya sayang, bukankah pria sejati akan menerima apapun konsekuensi dari perbuatannya?" Ajak Lucy kemudian.
Dengan langkah malas Jiro pun mengikuti mereka meninggalkan tempat tersebut, seandainya ibunya tak pergi pasti akan mendukungnya. Ngomong-ngomong ia sering mendengar gerutuan sang ayah jika ia mirip seseorang, apa seseorang itu adalah ibunya? Apa karena ibunya suka balapan maka memutuskan pergi mengingat ayahnya tidak suka itu?
Keesokan harinya....
"Carikan pengasuh lagi untuk Jiro, Hen !!" Perintah Gerard pagi itu saat baru tiba di kantornya.
"Apa anda yakin tuan?" Ucap asistennya tersebut, hampir seratus pengasuh sudah di pecat oleh pria itu dan rata-rata mereka bekerja tidak sampai satu bulan.
"Tentu saja, aku tidak mungkin mempekerjakan pengasuh yang membahayakan nyawa anakku." Tegas Gerard lagi.
Henry nampak berpikir keras, entah ada apa dengan putra bosnya itu hingga memiliki perilaku di luar nalar anak seumurannya, setiap hari ada saja tingkah bocah tersebut yang membuat jantung hampir lepas. Pernah suatu ketika bocah itu menyusup ke rumah tetangga melalui lantai dua rumahnya dengan melewati kabel listrik hanya untuk mengambil kucingnya yang kabur.
"Hebatkan aku, aku benar-benar seperti spiderman." Ucap bocah tersebut kala itu setelah membuat heboh satu kompleks perumahan dan sejak saat itu bosnya mulai mempekerjakan pengasuh pria namun tetap saja belum sampai sebulan mereka di pecat atau mengundurkan diri dengan suka rela.
"Tuan saya mohon maaf sebelumnya, apa tidak lebih baik kita bawa tuan muda ke psikiater anak-anak barang kali dokter bisa melakukan sesuatu?" Henry pun memberikan sarannya namun Gerard yang baru duduk di kursi kerjanya langsung menatapnya tajam.
"Kamu pikir putraku gangguan jiwa? Apa kamu tidak melihat jika dia sangat sehat dan waras? Ya meskipun sedikit hiperaktif," tegas pria itu tak terima. Putranya sangat normal hanya saja memang sedikit lincah apalagi juga memiliki kecerdasan yang sangat tinggi.
"Maaf tuan,"
Henry tak lagi menanggapi, ia hanya memberikan saran dan yang berhak memutuskan adalah pria itu sebagai orang tuanya meskipun ia yakin hanya psikiater yang tahu penyebabnya.
"Aku ingin sendiri, keluarlah !!" Perintah Gerard kemudian dan Henry pun segera pamit meninggalkan ruangannya tersebut.
Kini Gerard nampak melangkah ke arah jendela menatap langit yang terlihat mendung pagi itu.
"Di mana kamu berada? Aku benar-benar kewalahan mengurus anak kita, tidak adakah sedikit perasaan di hatimu merindukan kami? Aku sangat merindukanmu."
Sementara itu di tempat lain Jiro yang tak lagi sekolah karena di keluarkan dari tempatnya bersekolah kini nampak berada di kamarnya, duduk di depan jendela favoritnya dan menatap langit mendung pagi itu.
"Aku merindukanmu ibu,"
Meskipun selama ini hidupnya tak kekurangan kasih sayang dari ayahnya, para kakek neneknya dan Lucy yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri tapi tetap saja hatinya merasa sepi. Ia merindukan hangatnya pelukan seorang ibu yang mendekapnya di kala merasa kesepian.
Ge langsung peluk
Biarkan seperti ini dulu Re aku kangen
bikin penasaran