Dua putaran matahari ia lewati bersama laki laki yang sama dengan rasa yang berbeda
Cinta yang menggebu penuh dengan dambaan yang berakhir dengan kekecewaan kemudian mundur untuk memberikan ruang.
Cinta kedua yang dibelit oleh takdir karena kesalahpahaman namun berakhir untuk saling mengistimewakan menutup semua luka yang pernah ada.
Rembulan, berapa putaran bumi kau butuhkan untuk meyakinkan bahwa dia adalah laki-laki pilihan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShanTi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TMT bukan TTM
Mengenal Anjar itu seperti melihat buku yang terbuka, ia jarang menyembunyikan perasaan dan pikirannya, terkadang terlalu terbuka sampai akhirnya memusingkan yang membuka buku karena susah ditutup lagi.
Seperti siang ini saat mereka tengah istirahat makan siang, Anjar mengajak Bulan untuk makan keluar, sesuatu hal yang jarang dilakukan oleh Bulan karena malas merasakan panasnya Jakarta dan Afi juga suka malas makan diluar.
“Ayolah kita makan diluar… dukun beranak yang suka sama kamu kan lagi ngeaudit di luar jadi kamu bisa bebas” Anjar mencoba membujuk Bulan, Marissa dan Kevin juga sedang rapat di luar kantor dengan klien.
“Enaknya aja nyebut si Afi dukun beranak, ngambek ntar dia” Bulan melengos, Afi memang suka tampil apa adanya, kacamata besar dan jarang memakai makeup. Dulu saat Bulan belum di make over oleh Marissa tampilan mereka 11 12, tapi karena tuntutan tempat kerja akhirnya Bulan menyesuaikan diri. Memakai blus dengan warna pastel dipadukan dengan rok klok atau span membuatnya terlihat feminim.
Rambutnya diberikan warna pada beberapa bagian, istilah anak sekarang di ombre tapi masih dalam warna yang aman, ia tidak mau diprotes oleh Bapak kalau rambutnya berwarna warni seperti Sule. Itupun sebetulnya tidak ketara karena ia sering mengikat dengan sedikit untaian kepang kiri dan kanan dan menyatukan dengan bagian rambutnya yang lain. Lebih rapi dan terasa lebih profesional pikirnya, rambut kalau diurai-urai lebih cocok kalau untuk main. Beda dengan Marissa yang senang tampil dengan tampilan rambut blow dryer yang berombak membuatnya terlihat seperti selebritas.
“Ayolah plis temenin aku, pengen makan soto kudus nih… pakai motor gak akan lama kok Bin”Anjar masih suka memanggilnya dengan panggilan Bintang. Bulan menarik nafas, laki-laki ini kalau sudah ada maunya suka merengek dan mengejarnya terus terkadang mengesalkan.
“Ya udah ayok… berisik kamu tuh… pake helm tapinya yang full face nutupin muka” protes Bulan, sia-sia nanti pake anti aging kalau kena sinar matahari. Walaupun pakai sunblock tetap aja polusi dan matahari Jakarta vanasnya gak ketulungan sekarang.
“Okeh dijamin kamu bakalan ketagihan say…” Anjar memang sangat mengobral ungkapan sayang pada siapa orang, kecuali Pak Kevin, takut kena tatapan laser katanya.
“Pegangan dong say… nanti jatuh lagi, lagian gw kan bukan ojeg online” Anjar memprotes saat Bulan memegang bagian belakang motor.
“Bukan muhrim…” jawab Bulan pendek. Anjar langsung nyengir usil, di gasnya motor dengan cepat.
“Anjaaay… kamu iseng pisan” Bulan memukul Anjar di helm, ia kemudian memegang jaket Anjar. Posisi duduknya yang miring karena memakai rok menyulitkannya untuk duduk dengan nyaman.
“Lain kali kalau mau ngajak makan diluar liat kostum aku” gerutu Bulan…
“Hahhhhh….” Anjar memundurkan kepalanya, langsung ia terantuk pada helm Bulan.
“Aduuh sakit Anjay… kamu kalau ngajak aku keluar musti lagi pake celana panjang” teriak Bulan. Anjar tertawa…
“Bagus lagi ngadem banyak angin” jawabnya tidak jelas. Bulan menggelengkan kepala, ah ini sih gak akan beres kaya ngobrol sama Bapak pikirnya.
Ternyata warung soto Kudus memang terlihat laris manis, banyak pengunjung. Bertempat di garasi yang luas, kebanyakan yang beli adalah pegawai kantoran.
“Bin… sebelah sini” Anjar menarik Bulan kearah pojokan ada dia tempat duduk tersisa.
“Sabar atuh… kamu tuh main tarik-tarik aja, sana pesan.. Aku ngamanin tempat” Bulan mendorong Anjar untuk memesan makanan.
“Pake nasi gak?” tanyanya, Bulan langsung melotot
“Udah ngajak jauh-jauh aku gak dikasih nasi… ntar masuk angin pas naik motornya” Bulan langsung nyemprot.
“Ahahahahah… kali aja mau diet biar ga tambah bohay” jawab Anjar sambil nyengir. Bulan langsung mengerutkan dahi… bohay.. Dia memangnya keliatan gemuk. Susah juga gak ada kaca disini, akh peduli amat… mulut ember didengerin pikir Bulan sambil berjalan ke arah bangku yang berjejer yang ditunjuk oleh Anjar, tapi ternyata bangku itu dipenuhi laki-laki semua dan sebagian sedang merokok. Bulan berhenti, kalau ia duduk disana walaupun di pinggir rasanya tidak nyaman.
“Kosong mbak sini…” terdengar suara laki-laki yang melihatnya ragu. Ia melirik ke arah mereka lagi dan langsung menclos…. Tadi ia tidak melihatnya, disamping laki-laki yang memanggilnya ada sepasang mata yang menatapnya tajam … Juno.
Sudah tiga hari semenjak pertengkaran mereka, tidak pernah ada komunikasi apa pun. Ia tidak ingin memulai, dan Juno pun tidak mengirimkan pesan. Bulan sudah merasakan kalau hubungannya sudah diujung tanduk, dan sekarang ia seperti terpergok pergi keluar dengan laki-laki lain.
Bingung harus bagaimana ia hanya berdiri termenung.
“Katanya mau ngamanin tempat malah fashion show disini” Anjar mendorongnya maju untuk duduk di tempat dekat Juno dan temannya. Bulan bingung dia harus bagaimana, mau menyapa masih gengsi tapi kalau tidak menyapa aneh jadinya.
Sialnya Anjar duduk di sebelah temannya Juno sehingga Bulan harus duduk diseberangnya dan itu berarti ada dibawah tatapan Juno. Ah… peduli amat, kalau dia gak nanya aku juga gak akan nanya.
“Kamu tuh jangan kebanyakan diem di kantor Bin.. nanti kurang bisa bernafas, lama-lama membosankan” dengan sok iyeh Anjar menasehati. Bulan hanya mengangkat dahinya dan mengambil kerupuk yang ada di meja. Ia baru tahu kalau Juno suka merokok, ternyata laki-laki itu mengajaknya adu kekuatan, tidak ada tanda-tanda akan menyapa pikir Bulan. Its OK … kita buktikan siapa yang kuat.
“Kamu kebanyakan keluar jadi susah dipegang” balas Bulan, daripada menunggu di sapa mendingan ngobrol sama yang jelas-jelas ngajak ngomong.
“Aku itu tipe Senguin, orangnya senang keluar bergaul bertemu dengan orang lain… memberikan energi positif..bagi alam semesta” Anjar mengambil kerupuk di tangan Bulan.
“Ambil sendiri napa?” Bulan mengambil kembali kerupuknya.
“Jangan kebanyakan makan kerupuk ntar pas dikasih soto jadi ngembang di perut” diambilnya kembali kerupuk di tangan Bulan, untunglah perselisihan kerupuk diakhiri dengan kedatangan soto.
Bulan tidak pernah melirik sedikitpun ke arah Juno, ia khawatir kalau Juno sedang menatapnya, bingung harus bersikap apa. Anjar menuangkan nasi ke mangkuk sotonya, Bulan langsung terbelalak.
“Dikuah lu…” melihat soto jadi menggunung karena ditambah nasi.
“Tim nasi dipisah atau nasi diaduk” tanya Anjar sambil menuang kecap dan sambal. Bulan menggelengkan kepala aneh-aneh saja pikirnya ada tim nasi dipisah atau diaduk segala.
“Dipisah lah biar masih berbentuk” jawabnya cepat, ternyata memang kuah sotonya enak.
“Beneran enak Njay…” ia langsung nyengir bahagia. Ternyata memilih bahagia itu sederhana cukup dengan tidak memperdulikan mata yang menatap tajam dan menikmati soto yang mengepul panas.
“Naah kamu tuh tipe Plegmatis dan Melankolis.... Gak suka cari ribut, senang membantu sana sini, pengen semua bahagia…” Anjar tidak pernah bisa berhenti bicara walaupun sedang makan.
“Hmmm… trus” soto ini benar-benar enak pikir Bulan.
“Makanya sejak ada kamu di kantor, semua kerjaan langsung lancar jaya, apalagi kalau kamu bisa bikin kopi tiap pagi… beuh dijamin happy ending till the end of the time” Anjar terus saja bercuap-cuap tanpa menyadari kalau Bulan sudah mulai jengah, khawatir kalau Anjar membicarakan Kevin dan Marissa.
"Itu sih indikator jadi pembantu umum .. bantu sana sini ... enak di lu gak enak di gw" tungkas Bulan
“Dah ah jangan ngomongin kantor ntar keselek” lanjutnya.
“Jangan khawatir Aak sudah siapkan air bersaliva” Anjar menyodorkan air minumnya, Bulan langsung menungkas
“Apaan sih… eeehhh itu nasi gw kok diembat” mata Bulan langsung melotot melihat sisa nasi dipiringnya di ambil Anjar.
“Kamu jangan kebanyakan nasi… nanti makin bohay… bahaya nanti bikin gagal fokus Pak Kevin” dengan tenang Anjar menuangkan nasi milik Bulan ke mangkuk sotonya, kuah sotonya memang banyak.
Bulan melihat pergerakan orang yang duduk diseberang sisi Anjar, mereka rupanya sudah selesai. Hufft syukurlah pikir Bulan ia bisa menghabiskan makan dengan tenang. Sampai pulangpun Juno tetap tidak menyapanya. Gaaaak peduliii pikir Bulan, ia menarik nafas panjang.
“Napa sih lu… dari tadi ngeliatin soto kaya yang takut abis aja” Anjar merasa heran, karena Bulan sangat fokus makannya.
“Tadi yang duduk sebelah kamu itu tunangan gw…” Bulan langsung nyengir… kalau dipikir-pikir sekarang lucu juga.
“Uhuuuukk…..uhuuukk….” sekarang giliran biawak yang keselek. Langsung mengambil air mineral milik Bulan ….
“Ehhhhh…. “ percuma sudah keburu mendarat ditegak oleh Anjar.
“Hadehhhh.... Kaya kena kutukan.. Gw keselek pas barengan sama kamu” Anjar menegak habis minuman Bulan yang hanya bisa pasrah.
“Kenapa gak dikenalin tadi…. Aduuuh gw tadi ngomong lu bohay lagi… adasdakdjajkdaklsdj bisa-bisa ntar dihajar” Anjar menepuk kepalanya.
“Bagus… biarin aja, manusia purba kaya dia emang musti dibikin msdaljdakjsdjalkdja… gak bisa ngomong jelasin masalah… bisanya cuma ngegambar”
“Udah yuk… ntar kelamaan lagi, musti nyiapin bahan paparan rapat besok Pak Kevin” Bulan beranjak dari bangku.
“Bayarnya disana?” ia melihat ada perempuan yang duduk dekat pintu gerbang luar di meja, yang ditata seperti kasir darurat, Anjar mengangguk.
“Cieee gw ditraktir… hihihihi” Anjar langsung nyengir senang.
“Iyaa… itung-itung bayar gojek…” ejeknya sambil berjalan mendekati kasir.
“Mba nasi soto 2, sama kerupuk 1 dan air mineral 2” jelas Bulan.
“Owh sudah dibayar mbak sama Masnya tadi” kasir tersenyum manis. Bulan terhenyak, rupanya Juno membayarkan makan siangnya.
“Ayoo… Kenapa kemahalan?” Anjar tertawa lebar melihat Bulan yang termenung.
“Gak tau ...udah dibayarin sama laki gw” Bulan cemberut antara senang, kesal dan malu bercampur menjadi satu.
“Haaah….. Hahahahha tau dibayarin tadi gw minta ekstra ayam” dasar manusia gak tau malu pikir Bulan melihat Anjar yang tertawa-tawa.
Bulan mengikuti dengan pikiran bingung, musti gimana nanti. Bilang makasih, tapi males rasanya mengirim pesan lebih dulu. Gak bilang makasih takut nanti perutnya kena kutukan diare lagi kan lebih parah pikirnya.
Berjalan mengikuti Anjar sambil berpikir, tidak sadar ada orang menghampirinya di belakang.
“Pulang ke kantor sama aku… suruh teman kamu pulang sendiri” suara Juno di belakang mengagetkan Bulan.
“Astagfirullah….” Bulan melonjak hampir saja menabrak Anjar di depannya.
Anjar yang mendengar Bulan berteriak melihat kebelakang, dan melihat Juno dengan muka yang dingin mendekat dan menatap mereka berdua tajam.
“Beuuuuh kaget…. Bener aja gw di hadang… Sorry Mas… gak ada apa-apa kok… cuma TMT bukan TTM” teriak Anjar pada Juno berjalan pergi lebih dahulu tidak mempedulikan dirinya.
“Apaan TMT?” Bulan melongo
“Teman Makan Teman” jelas Anjar nyengir… Bulan langsung cemberut
“Selamat disidang yah Say… kalau lu dipecat sama dia jangan khawatir masih ada Aak Anjar setia menantimu di belokan” teriaknya pada Bulan yang hanya bisa melengos dan berjalan mengikuti Juno jauh di belakangnya.
Ini sih alamat kalah set … ketauan makan bareng sama laki-laki, boncengan berdua dan gak lapor dulu, pikir Bulan. Padahal kalau mengingat posisi terakhir berpisah, ia sebetulnya memiliki nilai tawar yang lebih. Hufftt…. nasib-nasib.
walaupun udah baca berulang ,tetap saja masih ngakak
astaganaga wkwkwkwkwkwkwkwk
Tetap terus berkarya ya Kak... ditunggu karya berikutnya..../Kiss/