Menikah dulu... Cinta belakangan...
Apakah ini cinta? Atau hanya kebutuhan?
Rasa sakit dan kecewa yang Rea Ravena rasakan terhadap kekasihnya justru membuat ia memilih untuk menerima lamaran dari seorang pria buta yang memiliki usia jauh lebih tua darinya.
Kai Rylan. Pria buta yang menjadi target dari keserakahan Alec Maverick, pria yang menjadi kekasih Rea.
Kebenaran tanpa sengaja yang Rea dengar bahwa Kai adalah paman dari Alec, serta rencana yang Alec susun untuk Kai, membuat Rea menerima lamaran itu untuk membalik keadaan.
Disaat Rea menganggap pernikahan itu hanyalah sebuah kebutuhan hatinya untuk menyembuhkan luka, Kai justru mengikis luka itu dengan cinta yang Kai miliki, hingga rahasia di balik pernikahan itu terungkap.
Bisakah Rea mencintai Kai? Akankah pernikahan itu bertahan ketika rahasia itu terungkap? Apa yang akan terjadi jika Alec tidak melepaskan Rea begitu saja, dan ingin menarik Rea kembali?
Ikuti kisah mereka....!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25.
"Kakek..."
Rea tersenyum manis, menyapa pria lanjut usia di depannya saat langkahnya sudah berhenti.
"Ahh... Cucu manisku... Kemarilah," sambut Tuan Chester sembari merentangkan kedua tangannya.
"Kakek...? Bagaimana mungkin?" celetuk Jim tanpa sadar.
Jim segera membekap mulutnya sendiri saat menyadari beberapa pria berjas hitam yang berada di sekitar Tuan Chester menoleh ke arahnya. Tetapi, netranya tak lepas dari Rea yang kini tengah dipeluk hangat oleh orang terpenting dalam kalangan bisnis.
"Akhirnya Kakek datang," ucap Rea melerai pelukan. "Aku sempat berpikir, Kakek membatalkan janji malam ini," lanjutnya kemudian.
"Aku tidak akan berada di sini jika bukan untuk menemuimu," sahut Tuan Chester.
Glen Chester, pria berusia enam puluhan yang menjadi pemilik Harvey Corp, perusahaan dengan pemilik saham tertinggi. Pria yang semua orang tahu tidak memiliki keluarga lagi sejak seluruh keluarganya tewas dalam kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Dan panggilan 'Cucuku' yang Tuan Chester sematkan untuk Rea cukup untuk membuat semua orang yang mendengar memiliki kesimpulan yang sama.
Rea dan Tuan Chester memiliki hubungan baik.
Pemikiran itu jugalah yang kini di pikirkan Alec. Pria itu tersenyum tipis. Yakin Rea akan memperkenalkan dirinya dengan Tuan Chester yang akan memberikan dampak baik bagi perusahaannya jika ia bisa menjalin kerjasama. Akan tetapi, saat melihat Rea tak kunjung menoleh padanya, bahkan secara terang-terangan membawa Kai ke hadapan Tuan Chester, saat itu jugalah harapannya pupus sektika.
Yang semua orang tidak ketahui termasuk keluarga Rea sendiri adalah, Rea mengenal Tuan Glen Chester berawal dari ketidaksengajaan Rea menolong Tuan Chester ketika pria lanjut usia itu mengalami kesulitan bernapas dengan mendapatkan nebulizer tepat waktu. Dan sejak saat itulah Tuan Chester memperlakukan Rea layaknya cucu sendiri.
"Jadi... Diakah yang ingin kamu perkenalkan padaku?" Tuan Chester bertanya sembari mengarahkan pandangan pada Kai.
"Uhmm..." Rea mengangguk.
"Dia suamiku," ungkap Rea tanpa ragu sembari melingkarkan satu tangannya pada lengan Kai.
Kai mengangguk hormat, lalu mengulurkan tangannya yang segera Rea alihkan saat tangan suaminya terulur ke arah yang tidak seharusnya.
"Senang bertemu Anda, Tuan Chester," ucap Kai tenang, sebisa mungkin menutupi kegugupan yang ia rasakan.
"Senang bertemu dengan Anda, Tuan Rylan," sambut Tuan Chester tersenyum ramah, menjabat hangat tangan lawan bicaranya. "Rea banyak sekali bercerita tentang Anda,"
Jim turut menyapa sembari mengangguk hormat. Sekilas, ia melirik ke arah Rea, mendapati wanita itu tidak melepaskan tangannya dari lengan atasannya. Yang membuat satu pertanyaan muncul dalam benaknya. Benarkah Rea sudah berubah?
"Aku ingin Kakek mempertimbangkan permintaanku tempo hari," ucap Rea.
Suara Rea menarik Jim kembali pada kenyataan yang tengah ia hadapi. Menangkap kata permintaan yang Rea ucapkan membuat benaknya bertanya-tanya tentang apakah itu.
"Baiklah... Tapi, sepertinya kamu perlu menyelesaikan sesuatu dengan keluargamu," jawab Tuan Chester sembari menunjuk belakang Rea menggunakan dagunya.
"Permisi..."
Tepat setelah Tuan Chester menyelesaikan kalimatnya, suara seseorang yang Rea kenali menarik perhatian Rea untuk menoleh.
"Maaf mengganggu waktu Anda," dia menyapa Tuan Chester sopan sekaligus meminta ijin, lalu mendapatkan anggukan, dan segera beralih pandang pada Rea.
"Bisa ikut aku sebentar, Re?" ujarnya.
Rea memaksakan senyum, mengangguk singkat dan berpamitan pada suaminya untuk mengikuti langkah kakaknya setelah menolak halus tawaran Kai untuk menemaninya. Tetapi, Rea tidak tahu, Kai meminta Jim untuk mengikuti Rea tanpa sepengetahuan siapapun.
Langkah Ryan terhenti saat mereka berada di sudut ruangan yang jauh dari pandangan orang-orang, memungkinkan mereka berbicara tanpa ada yang mendengar.
"Apa-apaan sikapmu malam ini, Re?" sentak Ryan dengan suara tertahan, satu tangannya yang masih menggenggam pergelangan tangan Rea menguat.
"Kak, sakit! Lepaskan tanganku!" pinta Rea.
"Apakah orang penting yang selalu kau sebut adalah Tuan Glen Chester?" tanya Ryan tanpa melepaskan tangan adiknya.
"Ya," jawab Rea.
"Sejak kapan kau mengenalnya? Kenapa kami tidak tahu apapun? Lalu, kenapa kau justru memperkenalkan Tuan Glen Chester dengan si buta itu, bodoh?" Ryan kembali membentak, mengeratkan cengkraman tangannya.
"Lepaskan tanganku! Kakak menyakitiku!" Rea meringis seraya menepis tangan kakaknya.
"Mau sejauh apa kau bertingkah, Re? Setelah membuat si buta itu menghentikan suntikan dana pada perusahaan kita, sekarang kamu kembali bertingkah dengan memperkenalkan orang penting pada si buta itu? Apakah kamu berencana untuk menghancurkan keluargamu sendiri?" hardik Ryan kesal.
"Kakak-lah yang akan menghancurkan keluarga kita selama kakak percaya pada si breng*sek itu," jawab Rea menekan suaranya.
"Siapa yang kamu maksud?" Ryan mengerutkan kening, terutama melihat sikap adiknya tidak lagi selembut biasanya.
"Alec. Dia pembohong. Semua yang dia katakan dusta, apapun yang dia lakukan hanya ntuk kepentingannya sendiri," jawab Rea.
"Apakah si buta itu yang mengatakannya?" tanya Ryan dengan sorot tajam. "Sepertinya dia mempengaruhimu terlalu jauh,"
"Berhenti menyebutnya begitu! Dia suamiku!" sahut Rea tanpa sadar meninggikan suaranya. Tidak terima. Kedua tangannya bahkan terkepal, berusaha untuk meredam emosi yang bergejolak di hatinya
Ryan tersenyum remeh.
"Bisa-bisanya kamu menyebut dia suami. Usianya bahkan terpaut jauh denganmu, dan dia memang buta bukan? Dia bahkan tidak mencintaimu sama sekali,"
"Dan kakak sendiri juga sudah setuju jika aku menikah dengannya, kakak bahkan menikmati hasilnya, apakah kakak lupa?" balas Rea.
"Aku setuju karena dia menjanjikan akan memberikan suntikan dana lebih besar ke perusahaan kita, tak lebih dari itu," jawab Ryan tanpa beban.
Rea memejamkan kedua matanya sejenak, berusaha untuk menahan air matanya. Ada rasa sesak menyeruak ke dalam hatinya, kecewa pada sikap sang kakak yang lebih memilih mendengarkan orang lain dibandingkan adiknya sendiri. Sesaat kemudian, ia menatap sang kakak dalam waktu lama.
"Apakah aku hanya Kakak jadikan sebagai transaksi bisnis saja? Sebegitu tidak berarti kah aku sebagai seorang adik? Jika kakak, Mommy dan Daddy lebih memilih mendengarkan dia yang ingin menghancurkan keluaga kita, silakan saja. Aku mundur,"
Selesai dengan ucapannya, Rea melangkah mundur, lalu pergi menjauh meninggalkan kakaknya yang terdiam di tempatnya. Akan tetapi, langkah Rea terhenti ketika Alec tiba-tiba sudah berdiri di depannya, menghadang langkah Rea.
"Tidakkah kamu merindukanku, Sayang?" Alec tersenyum menawan, menawarkan segelas minuman di tangannya pada Rea.
"Mocktail favoritmu," ujarnya.
"Tidak. Terima kasih," tolak Rea.
Rea melanjutkan langkah melewati pria di depannya, tetapi kembali terhenti saat Alec mencekal lengannya.
"Mau sampai kapan kau mengabaikanku seperti ini?" tanya Alec.
"Dan mau sampai kapan kau menganggu istri orang? Atau kau sangat ingin menjadi seorang perebut?" balas Rea tajam.
Cekalan tangan Alec pada Rea seketika terlepas. Sorot tajam yang diberikan Rea bukanlah main-main.
"Jika kau ingin aku menendangmu lagi, katakan saja! Dengan senang hati aku akan memberikannya untukmu. Kau tahu? Gaun bukan penghalang bagiku untuk menghajar pria breng*sek sepertimu,"
Selesai dengan ucapannya, Rea berbalik pergi, meninggalkan Alec yang masih terpaku di tempatnya berdiri.
Tumpukan emosi yang Rea rasakan, serta begitu banyak pertanyaan yang belum ia dapatkan jawabannya, perlahan membuat pandangannya mengabur. Kepalanya mulai berdenyut dengan kegelapan yang perlahan mulai datang seiring dengan suara seseorang yang tengah bernyanyi di atas panggung. Membawa kilasan yang tidak Rea pahami ketika suara seseorang masuk ke dalam pikirannya.
"Aku suka saat mendengarmu bernyanyi."
. . . .
. . . .
To be continued...
NOTE :
-Nebulizer
Adalah alat medis yang mengubah obat cair menjadi kabut (aerosol) yang dapat dihirup sehingga obat lebih mudah masuk ke saluran pernapasan dan paru-paru.