NovelToon NovelToon
CEO : Arav Dan Kayla

CEO : Arav Dan Kayla

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Dikelilingi wanita cantik / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Kantor
Popularitas:9.1k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Arav Hayes Callahan, seorang CEO yang selalu dikelilingi wanita berkelas, terjebak dalam situasi yang tak terduga ketika hatinya tertambat pada Kayla Pradipta, seorang wanita yang statusnya jauh di bawahnya.

Sementara banyak pria mulai menyukai Kayla, termasuk kakaknya sendiri, Arav harus menahan rasa cemburu yang terpendam dalam bayang-bayang sikap dinginnya. Bisakah Arav menyatukan perasaannya dengan Kayla di tengah intrik, cemburu, dan perbedaan status yang menghalangi mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Permainan Terselubung

Bab 7.

Arav menatapnya sekilas, mata mereka bertemu sejenak sebelum ia kembali menoleh ke orang tuanya. Tatapan matanya penuh ketegasan, seolah menyiratkan bahwa ia tidak main-main dengan ucapannya barusan.

Sementara itu, Darren tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana. “Wah, pernyataan yang sangat berani, Arav. Kayla, kau harus bersiap-siap, sepertinya adikku ini serius.”

Nyonya Chintia menghela napas panjang, mencoba menguasai diri. “Baiklah, kalau begitu, kita lihat saja bagaimana kelanjutannya. Tapi ingat, menjadi bagian dari keluarga ini bukan hal yang mudah.”

Kayla hanya bisa tersenyum canggung, masih bingung dengan segala yang terjadi. Di satu sisi, ia merasa lega karena Arav membelanya, tapi di sisi lain, ucapannya tadi membuat perasaannya bercampur aduk. Apakah Arav benar-benar serius, atau itu hanya cara lain untuk menunjukkan kekuasaannya?

Arav sendiri tetap tenang, meski dalam hatinya ia tahu bahwa ada sesuatu yang berubah. Ia tidak lagi bisa mengabaikan perasaannya terhadap Kayla. Namun, ia juga tidak akan menunjukkan itu dengan mudah. Baginya, semua masih dalam kendali—setidaknya untuk saat ini.

Di balik percakapan yang masih berlangsung di ruang tamu, ada ketegangan yang terus menggantung di udara, menyiratkan bahwa hubungan antara mereka semua baru saja berubah ke arah yang lebih kompleks.

###

Ketika Arav memutuskan bahwa pembicaraan soal pekerjaan cukup sampai di situ, ia mengalihkan perhatian ke makan malam. “Sudah cukup,” ucapnya singkat dengan nada yang tetap tegas. “Kita makan malam saja. Tidak perlu membahas hal-hal lain untuk sekarang.”

Meskipun tatapan dingin masih terpancar dari kedua orang tua Arav, mereka tidak menolak. Nyonya Chintia hanya mengangguk pelan, sementara Tuan Hayes menutup buku yang sejak tadi ia pegang.

“Ayo, aku tunjukkan di mana ruang makannya,” ujar Darren dengan senyum ramah yang menghangatkan suasana. Tanpa ragu, ia meraih tangan Kayla dan menuntunnya keluar dari ruang tamu.

Arav yang memperhatikan semua itu dari sudut matanya, merasa ada sesuatu yang bergejolak di dalam dirinya. Cemburu. Meski ia berusaha menahannya, rasa itu semakin menyiksa. Darren yang selalu santai dan mudah akrab dengan siapa saja, termasuk Kayla, jelas membuat Arav merasa tidak nyaman. Namun, ia tetap menjaga ekspresi dinginnya, tidak ingin menunjukkan bahwa sebenarnya ia tidak menyukai kedekatan itu.

“Darren,” panggil Arav tiba-tiba dengan nada datar namun penuh penekanan. “Kau tidak perlu membawa Kayla seperti itu. Dia bukan anak kecil yang harus dituntun.”

Darren tertawa kecil, tidak merasa tersindir. “Oh, santai saja, Arav. Aku hanya ingin memastikan Kayla tidak tersesat di rumah besar ini. Lagipula, dia kelihatan sedikit gugup, kan?”

Sebelum Darren bisa melangkah lebih jauh, Arav dengan cepat berjalan mendekati mereka. Dengan tatapan tajamnya, dia meraih tangan Kayla yang semula berada di genggaman Darren. “Aku sendiri yang akan menuntunnya. Ikut aku,” katanya dingin tanpa menunggu respons.

Kayla yang sejak tadi hanya bisa mengikuti, merasa kebingungan dengan sikap Arav. Namun, genggaman tangannya yang kuat dan sedikit kasar tidak memberikan ruang baginya untuk protes. Ia hanya bisa pasrah saat Arav menariknya, meninggalkan Darren yang hanya tersenyum penuh arti di belakang mereka.

“Kenapa tiba-tiba kau seperti ini?” gumam Kayla pelan, namun Arav tidak memberikan jawaban. Ia hanya terus berjalan dengan langkah panjang yang mantap, seolah tidak ingin mempedulikan hal lain selain membawanya ke ruang makan.

Saat mereka tiba, ruang makan sudah tertata rapi dengan piring-piring porselen berwarna putih dan peralatan makan perak yang berkilauan di bawah lampu gantung kristal. Dekorasinya elegan, dengan sentuhan klasik yang mengesankan kemewahan tanpa berlebihan.

Ketika mereka duduk, suasana mulai sedikit mencair. Nyonya Chintia memimpin dengan memberikan instruksi kepada pelayan untuk menyajikan makanan. Namun, sebelum makanan sempat disajikan, pintu ruang makan terbuka dan masuklah seorang wanita anggun dengan gaun elegan. Wajahnya cantik, dengan senyum manis yang terkesan ramah, namun matanya menyiratkan sesuatu yang sulit diartikan.

Kayla langsung merasa canggung saat melihat wanita itu. Aura yang dibawanya langsung menarik perhatian semua orang di ruangan. Arav terlihat mengerutkan kening sesaat, namun tidak mengatakan apapun. Sementara Darren hanya bersikap tenang, seolah sudah terbiasa dengan kehadiran Maya.

“Oh, Maya, kebetulan sekali kau datang,” ujar Nyonya Chintia dengan senyum puas. “Kami sedang bersiap makan malam. Silakan bergabung.”

Maya berjalan dengan anggun menuju meja makan, namun sebelum duduk, ia melirik Kayla sekilas, seolah mengukur lawannya. “Senang bisa bergabung,” katanya dengan nada halus. Ia kemudian duduk di kursi yang tidak jauh dari Arav, namun cukup dekat dengan Kayla.

Sejak awal, Maya sudah tahu tentang perjodohan ini. Ia sadar bahwa Arav tidak tertarik padanya, namun itu tidak mengurangi niatnya untuk menjadi bagian dari keluarga Callahan. Melihat ada seorang wanita yang duduk bersama mereka, yang tampaknya lebih mendapat perhatian dari Arav, membuat Maya merasa harus segera mengambil tindakan.

Ketika makanan mulai disajikan, Maya terlihat tenang, namun sesekali ia melontarkan pertanyaan kepada Kayla dengan nada yang tampaknya ramah, namun penuh dengan jebakan.

“Kayla, bagaimana rasanya bekerja di Callahan Corp? Pasti tidak mudah, kan? Terutama mengingat perusahaan sebesar ini memiliki standar yang tinggi,” tanyanya dengan senyum manis namun penuh maksud tersembunyi.

Kayla berusaha menjawab dengan tenang. “Memang menantang, tapi saya belajar banyak dari setiap tantangan yang ada.”

“Wah, pasti begitu,” sahut Maya sambil menyentuh gelas anggur di depannya. “Kalau begitu, kau pasti sudah terbiasa dengan tekanan dan tuntutan kerja yang tinggi, ya? Menarik. Tapi, bagaimana kau menyeimbangkan pekerjaan dengan kehidupan pribadi? Tentu saja, seorang wanita juga harus memikirkan masa depan, seperti menikah dan berkeluarga. Itu bukan hal yang bisa diabaikan, kan?”

Kayla tersenyum canggung, merasa terpojok. “Saya masih fokus pada karir saat ini. Soal itu, saya pikir nanti akan ada waktunya sendiri.”

Melihat Kayla mulai goyah, Maya merasa lebih percaya diri. Saat makanan utama tiba, ia secara tidak sengaja—atau lebih tepatnya sengaja—menumpahkan saus di atas pakaian Kayla saat sedang memotong daging. “Oh, maafkan aku!” seru Maya dengan nada yang terkesan tulus. “Aku tidak sengaja. Kau baik-baik saja, kan?”

Saus berwarna merah itu menodai bagian depan pakaian Kayla, membuatnya terlihat berantakan. Kayla hanya bisa menahan napas, mencoba menenangkan dirinya meskipun dalam hati ia merasa sangat malu. Semua mata tertuju padanya, dan meski Maya berpura-pura menyesal, Kayla tahu bahwa ini bukan kecelakaan biasa.

Arav yang sejak tadi memperhatikan semua itu, langsung merasa tidak senang. Ia menatap Maya dengan dingin. “Kau harus lebih hati-hati lain kali, Maya. Jangan membuat keadaan menjadi tidak nyaman,” ucapnya dengan nada yang tegas namun tetap dingin.

Maya hanya tersenyum, tidak merasa tersinggung sedikit pun. “Tentu saja, Arav. Aku hanya ingin memastikan Kayla baik-baik saja.”

Arav kemudian menoleh ke Kayla. Tanpa banyak bicara, ia mengambil serbet dan menyodorkannya dengan tatapan yang dingin namun penuh perhatian. “Bersihkan diri dan jangan pedulikan hal kecil seperti ini. Fokus saja pada makan malammu.”

Bersambung...

1
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️
Biasanya CEO maksa nikah karena keluarga cewek punya hutang. Atau ceweknya punya salah.

Ini enggak loh. Kayla tidak ada sangkut paut tanggung jawab apa pun pada CEO/Arav atau pun keluarga. Namun, dia tetap harus nikah dengan Arav.

Kira-kira alasannya apa ya? Yang gak baca novelnya, pasti gak bakal tahu alasannya.
Aruna
Boleh jadi koleksi bacaan
Aruna
Teh early grey kaya apa sih
Neneng Aisyah
seru cerita lanjut kak,aku tunggu 😅😅😅👍🏻
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: Terima kasih udah mampir. 🥰
total 1 replies
Daniel
tbiyuuyiiy gu
Sunrise🌞: Hallo kak mampir juga ya diceritKu

STUCK WITH MR BRYAN
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!