NovelToon NovelToon
CEO Cantik Milik Mafia Kejam

CEO Cantik Milik Mafia Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mafia / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Evi Mardiani

Menceritakan seorang gadis CEO yang terkenal dengan kecantikan dan kekayaan yang dimiliki oleh nya, harus terjerat dengan mafia kejam yang sedang menjalankan misi untuk menjatuhkan lawan nya.

Pria itu tidak menyangka jika dihari pertama dirinya berada di negara M untuk menjalani misinya di salah satu perusahaan besar yang ada di negara tersebut harus bertemu dengan seorang wanita cantik yang menjadi target dari misi nya sendiri. Sampai akhirnya pria itu menyatakan kepemilikan atas wanita itu.

"You are mine and will forever be mine" ucap pria itu dengan tatapan tajamnya menatap CEO cantik yang berada di hadapan nya itu.

"Kita lihat saja sampai mana kau bisa menaklukkan aku tuan Mafia" balas gadis itu dengan senyum manis nya yang terlihat begitu menawan di pandangan sang mafia kejam.

apakah sang mafia kejam itu bisa menaklukkan hati sang CEO cantik itu dan menyelesaikan misi nya?

apakah sang CEO cantik bisa jatuh ke dalam pesona tuan mafia kejam dan menerima perasaan dari mafia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evi Mardiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 ajakan nikah dari Albert 2

Laura memandang Albert dengan mata yang berkilauan, menahan gema perasaan yang bergolak di dalam dadanya. Tatapan Albert terhadapnya sulit diartikan—seolah membawa kedalaman samudra namun penuh misteri yang tidak bisa terpecahkan.

Pria itu tersenyum manis, berdiri di sana menunggu jawaban yang telah lama tergantung di antara mereka. "Gimana, Nona? Apa kau bersedia menerima permintaanku?" tanya Albert dengan lembut, namun terdapat harapan besar yang tersirat dari suaranya.

Laura menghela napas, hatinya berdetak kencang. "Berikan aku waktu sebentar saja untuk berpikir, Albert," ucapnya seraya melirik ke samping, berusaha mengumpulkan keberanian. "Ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Aku ingin pernikahanku bertahan seumur hidup, bukan hanya karena tuntutan ingin memiliki sesuatu."

Albert mendekat, tatapannya semakin intens. "Pikirkan sebaik mungkin, Nona. Ini menyangkut kehormatan ayahmu dan juga perjuangan beliau dalam mengembangkan perusahaan ini menjadi sukses. Pertimbangkan semua yang aku tawarkan," ucapnya, suara penuh penekanan, hampir memaksa.

Laura mengangguk pelan, "Baiklah, aku akan mempertimbangkan semuanya," katanya dengan nada yang lebih pasti, meski di dalam hatinya terasa ada badai emosi yang siap membanjiri setiap sudut kesadarannya. Albert memberikan senyum kecil, tidak tahu bahwa di balik kesabaran Laura tersembunyi sebuah kegelisahan yang mendalam.

Sementara Albert berusaha keras untuk meyakinkan Laura agar menerima pinangannya, ambisi tersembunyi nya lebih kelam; dia mendambakan Laura bukan karena cinta, melainkan sebagai alat untuk menghancurkan Marcus perlahan-lahan. Laura merupakan kunci kebahagiaan Marcus, dan dengan merebutnya, Albert bisa merasakan kemenangan yang pahit.

Tiba-tiba, getaran ponsel Laura memecah kesunyian, mengumumkan kedatangan panggilan yang tak diinginkan oleh Albert. Matanya yang tajam segera menangkap nama yang terpampang di layar—Satria, yang membuat iris matanya menyempit, serasa bilah-bilah pisau yang penajam.

"Siapa dia?" suara Albert berubah menjadi dingin, memotong udara sekitar dengan ketegangan.

"Satria... Dia akan segera kesini," jawab Laura, nada suaranya tenang, tidak menyadari gejolak yang mulai membara di dalam dada Albert.

"Untuk apa dia ke sini?" tanya Albert sekali lagi, kali ini suaranya lebih tajam, seolah mampu membelah hati.

"Biasa... dia hanya ingin menjemput aku dan Sintya, mengajak jalan-jalan ke pasar malam," lanjut Laura, masih dengan nada santainya yang membuat jantung Albert semakin mendidih.

Di dalam benak Albert, pertanyaan dan keraguan berkecamuk menjadi satu. Api cemburu dan amarah yang ditahannya mulai menemukan celah, sebentar lagi mungkin akan meledak, mengancam untuk merusak semua yang dia rencanakan.

"Kurang ajar pria itu, berani sekali dirinya mengajak wanita ku pergi ke pasar malam, ku hat saja setelah aku berhasil menjadikan Laura sebagai istriku maka aku tidak akan pernah membiarkan pria itu kembalikan mendekati Laura, bahkan untuk melihatnya saja aku tidak akan pernah mengizinkan nya" batin Albert di dalam hatinya.

"Baiklah kalau begitu aku pergi dulu nona, jadi kau mohon kau untuk mempertimbangkan semua nya.... Karena aku yakin jika semakin lama kau berpikir maka mereka yang ingin mengantikan posisi papa mu akan semakin cepat mengincar harta dari keluarga mu" ucap Albert datar.

"tuan Albert, jawabannya akan kuberikan besok pagi," bisik Laura dengan suara yang bergetar, "Aku perlu waktu untuk berdiskusi dengan dua sahabatku, mereka kini adalah segalanya bagiku." Suaranya sarat dengan kesedihan yang dalam.

"Baiklah, aku akan menunggu jawabanmu, nona," balas Albert dengan nada yang mengandung harapan palsu. "Semoga jawabanmu memenuhi harapan kita semua," lanjutnya dengan senyuman yang menyembunyikan maksud tertentu.

"Baiklah, Tuan," ucap Laura dengan ragu.

Segera setelah itu, Albert beranjak pergi meninggalkan ruangan dengan langkah cepat, wajahnya menampilkan senyum licik yang mengerikan. Di dalam benaknya, dia telah siap dengan rencana cadangan yang jauh lebih gelap. Jika Laura gagal memenuhi harapannya, ia tidak akan ragu menggunakan metode lebih kasar dan ancaman untuk memaksanya menikah, semata-mata demi membalas dendam kepada Marcus yang telah menghancurkan keluarganya.

...****************...

Di tempat yang lain, Laura dan kedua sahabatnya mencoba menenangkan pikiran di sebuah kafe di pusat kota. Rencana asli mereka untuk pergi ke pasar malam terpaksa ditunda karena hujan deras yang mengguyur, menambah atmosfer suram pada perbincangan mereka tentang masa depan Laura yang kini terasa begitu suram.

"Ada kah yang membuat nona Laura galau seperti ini" tanya Sintya menatap sahabatnya itu.

"Aku sedang memikirkan tawaran dari tuan Albert" ucap Laura meminum kopinya.

"Tuan Albert, apa maksud mu dengan pria itu" tanya Satria menatap dalam mata sahabatnya itu.

"Dia bisa membantuku untuk mengambil kembali perusahaan papa ku tanpa harus orientasi dulu, tapi......." Laura diam sebentar membuat kedai sahabat nya heran.

"Tapi apa Laura" tanya Sintya dan Satria yang penasaran dengan ucapan dari sahabatnya itu.

"Dia meminta ku untuk menikah dengan nya" jawab Laura lesu.

"APA" teriak Sintia dan Satria yang terkejut dengan ucapan dari wanita yang ada di depan mereka.

"Apakah dia sudah gila, Laura? Kenapa kau harus menikah dengannya untuk mengambil kembali perusahaan mu?" Sintya menatap Laura dengan pandangan yang penuh tanda tanya, kebingungan jelas tergambar di wajahnya.

Satria menggeleng, ketidakpercayaan jelas terpancar dari matanya. "Tentu ada cara lain, Laura. Ini gila!" Laura menghela napas panjang, matanya menerawang jauh ke luar jendela.

"Tidak ada pilihan lain, Satria. Ini satu-satunya cara yang dia tawarkan untuk membantuku." Laura menundukkan kepala, suaranya lirih namun sarat akan determinasi.

"Selama ini, publik tak pernah tahu jika aku adalah putri tunggal Papa Marcus. Media hanya mengenalnya sebagai pengusaha tanpa keturunan. Bayangkan kejutan mereka saat tahu aku akan menjadi CEO, mengungkap identitasku sebagai putri Marcus. Kemarin, para pemegang saham dan investor tercengang mendengar pengumuman itu. Mereka belum siap menerima aku, belum percaya padaku untuk melanjutkan warisan Papa." Dalam diam, Laura menatap ke depan, menyembunyikan kekhawatiran yang membebani hatinya.

"Maka dari itu, aku harus menuruti syarat ini, Satria. Meski terasa menyakitkan, meski terasa tidak adil. Ini demi masa depan perusahaan dan warisan Papa."

"Laura, tawaran itu seperti menjual jiwa. Hanya demi mendapatkan kembali posisi yang seharusnya memang milikmu, kau harus rela menikahi dia dan menggunakan namamu sebagai tamengnya di mata para pemegang saham serta investor," kata Sintya dengan nada frustrasi yang terasa hingga ke tulang.

Teman-temannya, Sintya dan Satria, mendengarkan dengan nafas yang tertahan, seraya melihat wanita tersebut terperangkap dalam dilema yang menghancurkan hati. Sintya dengan lembut memberikan pilihan pada Laura,

"Semuanya terserah padamu. Hanya kau yang akan berbagi atap dengan dia. Jika ini terasa benar bagimu, lanjutkan. Tapi ingat, kami selalu memberikan dukungan sepenuhnya untukmu." Sementara Satria, dengan tatapan penuh proteksi, mendekap Laura seolah ingin mengambil seluruh beban yang dihadapinya.

"Laura, aku ada di sini. Selalu di sisimu. Dan jika dia berani menyakitimu, aku akan menjadi tembok pertahananmu. Jangan takut," ucapnya, suaranya penuh ketegasan seolah ia adalah seorang pelindung yang tak akan membiarkan adiknya terluka.

1
Princes Family
Semangat, Kak..
EM💜💜: terimakasih kak
total 1 replies
ZonZon
cerita ini bikin saya ingin terus membacanya sampai selesai! Keren banget, thor!
EM💜💜: terimakasih kak, jadi semangat ini
total 1 replies
menhera Chan
Membuncah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!