NovelToon NovelToon
Klub Film Ini Bermasalah!

Klub Film Ini Bermasalah!

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Slice of Life
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Agus S

Namaku Dika Ananto. Seorang murid SMA yang ingin sekali menciptakan film. Sebagai murid pindahan, aku berharap banyak dengan Klub Film di sekolah baru. Namun, aku tidak pernah menduganya—Klub Film ini bermasalah!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rapat Pertama Pembuatan Film

Hari kedua di sekolah barunya. Dika menghembuskan napas panjang untuk membuka pintu ruang klub saat berada di jam istirahat pertama.

Kedua mata Dika menemukan Mona yang baru saja ingin membuka laptopnya. Berduaan bersama seorang gadis di dalam ruang klub membuat suasana di sekitar Dika agak canggung. Apalagi Mona tipe gadis yang sulit didekati dalam pembicaraan.

Langkah Dika perlahan melirik ke rak berisi banyak bingkisan blu-ray film yang terpampang rapih. Sebagian besar judul dalam rak tersebut dapat dikenali oleh Dika. Tapi, ada beberapa judul yang terdengar asing di telinga Dika.

Tanpa memikirkan banyak, Dika mengambil satu bingkisan blu-ray film dari rak. Judul dari yang diambil oleh Dika adalah Noroi. Film horor found footage asal Jepang yang dirilis pada tahun 2005.

Secara mendadak pintu ruang klub terbuka dari arah luar. Dika melihat kedatangan Tio dan Nuri. Kemudian mereka berdua mendekat ke arah Dika sambil berterima kasih. Sebab tanpa dirinya, klub film pasti akan dibubarkan.

"Sebagai Ketua dari klub film. Gue ingin tahu sudut pandang sutradara untuk membuat filmnya nanti," ucap Tio yang berharap banyak.

Dika menghembuskan napas kecil, "Kalian yakin menyerahkan ini kepadaku?"

"Cuma kamu disini yang dapat pengambilan gambar sebagus itu, Dika," keluh Nuri, "Karena itu, kita akan membantumu sebisanya agar pembuatan filmnya berhasil."

"Tapi, aku akan serius, loh?" tanya Dika sambil memiringkan alisnya, "Sebab teman-temanku dulu menganggap pengambilan gambar yang akan kulakukan pasti merepotkan."

"Tenang saja. Kami sudah percaya kalau lu bisa melakukannya," jawab Tio.

"Aku bisa saja melakukannya. Tapi, aku cukup penasaran dengan hal ini," kata Dika sambil menunjukkan beberapa bingkisan blu-ray film pada Tio, "Bukannya ini cukup mahal, ya? Bagaimana kalian mendapatkan semua ini?"

"Dari anggaran klub," jawab singkat Nuri.

"Bagaimana cara kalian mendapatkannya?"

"Kami mengirimkan proposal ke OSIS untuk pengajuan dana," sela Tio, "Terus OSIS akan mengirimkan dana dalam beberapa hari."

"Semudah itukah?" tanya Dika karena penasaran.

Tio mengangkat kedua bahunya. Dia menjawab kalau beberapa kali pengajuan dana klub film tidak diterima oleh OSIS. Jadi, klub film sudah terbiasa dengan hal itu.

Dika mengangguk pelan dan menaruh bingkisan blu-ray film itu ke dalam rak. Kemudian dia duduk di kursi untuk melakukan perundingan yang serius.

Mona berjalan ke sudut ruangan dan membuka sebuah kardus yang sudah berdebu. Dia mengeluarkan beberapa papan nama dan menaruhnya di atas meja.

Papan nama 'Sutradara' diberikan di depan Dika. Papan nama 'Editing' diberikan di depan Tio. Sisa dari papan nama yang Mona ambil di taruh di atas meja.

Melihat itu membuat Dika tertawa pelan dan mengatakan papan nama yang berada di depannya terlihat lebih serius. Tio menimpali kalau itu adalah tradisi klub film. Dika mau tidak mau menerima identitas tersebut.

Dika menoleh ke arah Mona yang berada di sisi kiri. Dia menanyakan berkas pengajuan dana ke OSIS yang pernah dilakukan oleh klub film. Mendengar itu Mona langsung memberikan contoh berkas pengajuan dana dalam laptopnya. Diketahui Mona yang memegang kendali dalam penulisan pengajuan dana.

Untuk sesaat Dika berpikir mencari orang yang ahli dalam melakukan tata rias. Namun, seolah-olah pikirannya terbaca oleh Nuri. Dengan cepat Nuri mengambil papan nama 'Tata Rias' di depannya.

"Aku tidak begitu ahli dalam tata rias. Walau begitu, aku suka bereksperimen dan ingin mengambil bagian ini," ungkap Nuri.

Setelah mendapatkan hal yang Dika inginkan. Dika langsung berdiri dari kursinya. Dia mengambil papan nama 'Penulis Skenario' dan menaruhnya di depan Mona.

"Tunggu, jangan aku..." pinta Mona.

"Tidak apa. Nanti ada orang yang membantumu," kata Dika, "Kebetulan aku bertemu seseorang yang pernah menulis skenario film. Dia pasti akan membantumu."

"Bagaimana untuk para pemain filmnya?" tanya Tio penasaran.

"Aku belum bisa menjawabnya sekarang. Apalagi kita juga belum tahu garis besar cerita yang ingin kita filmkan seperti apa," jawab Dika sambil bersandar pada kursi, "Untuk pengajuan dananya juga tidak dalam waktu dekat. Tapi, aku ingin Mona membuatnya dasarnya saja dulu."

"Apa kamu ingin membuat cerita original atau adaptasi?" tanya Nuri.

Dika terdiam mendengar pertanyaan Nuri. Jadi, dia menanyakan cerita favorit semua orang. Hasilnya Dika berniat untuk memeriksa cerita yang disarankan oleh semua anggota klub film.

Tanpa mereka semua sadari. Jam istirahat pertama berakhir begitu cepat.

...***...

Dika menaruh wajahnya di atas meja karena kelelahan akibat pembelajaran matematika yang menjenuhkan. Secara mengejutkan ada suara seorang laki-laki yang menyemangatinya.

"Oh, kau Juan," sapa Dika dengan lemas.

Dika mendongak dan melihat Juan yang mengenakan earphonenya. Entah musik apa yang dia dengarkan. Dika ingin sekali menanyakannya.

"Bagaimana hari kedua lu?" tanya Juan, "Gue lihat hari ini pundak lu begitu turun seolah-olah ada beban berat disana."

"Boleh aku mendengarnya?"

Juan menunjuk ke arah earphone yang sedang dia kenakan, "Ini? Boleh saja. Tapi, ini bukan musik loh."

Saat Dika memasangkan earphone milik Juan ke telinganya. Dika mendengar desiran air laut yang menghantam pantai. Disusul suara angin yang terasa memiliki melodi. Dika merasa seperti sedang bersantai di tepi pantai.

"Bagaimana rasanya? Rekaman suara laut yang jernih ini sangat menenangkan pikiran, bukan?" lanjut Juan, "Gue bisa memilihkan beberapa rekaman tentang alam jika lu tertarik "

Dengan cepat Dika mengeluarkan kameranya dari dalam tas dan menunjukkannya pada Juan. Ada beberapa rekaman serta film pendek yang pernah dibuat oleh Dika sebelumnya.

"Kalau aku mengajakmu untuk membuat film pendek. Apakah kau mau?" usul Dika dengan semangat, "Rekaman suara yang kamu ambil ini sangat menghipnotisku."

"Woah...." celetuk Juan kepada Dika, "Bagaimana caranya lu merekam bagian ini? Bukannya pengambilan gambar ini terlihat seperti film yang mahal?"

"Kau terlalu memujiku. Lalu gimana permintaanku tadi?"

Beberapa orang di kelas langsung mendekati Juan setelah beberapa kali dirinya mengeluarkan suara karena terpukau oleh pengambilan gambar yang dilakukan Dika. Disela kebisingan, Juan berkata kalau dia bisa saja. Sebab waktu dia juga tidak begitu padat.

Dika mengangguk kecil. Untuk saat ini, dia sudah mendapatkan bantuan dari beberapa orang hebat yang bisa menjadi bagian dalam penyelamatan klub film.

Diluar dugaan, seorang guru masuk dan membubarkan kerumunan. Dika langsung meminta izin ke kamar mandi. Padahal sebenarnya dia hanya ingin mencari angin segar sambil memikirkan langkah selanjutnya.

Juan yang sejak tadi memegangi kamera Dika. Kedua matanya langsung melongo melihat ada foto masa lalunya Dika. Perkiraan Juan kalau itu foto saat Dika masih SMP. Dalam foto itu, Dika foto bersama dengan sosok pria yang paling terkenal di industri film.

Dengan rambut putih dan kacamata hitam bulat. Pria itu berpose sambil merangkul pelukan ke arah Dika layaknya sebuah keluarga.

Tepat ketika Juan mencari informasi tentang foto itu dalam kamera Dika. Nama dari foto itu adalah....

Dika dan Kakek dalam syuting film Ready Three.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!