Nasib malang dialami oleh gadis muda bernama Viona Rosalina. Karena terlilit hutang yang lumayan besar, Viona dijadikan jaminan hutang oleh orang tuanya. Dia terpaksa merelakan dirinya untuk menikah dengan Dirgantara, seorang pengusaha muda yang terkenal sombong dan juga kejam.
Mampukah Viona menjalani hari-harinya berdampingan dengan pria kejam nan sombong yang selalu menindasnya?
Atau mungkin Viona memilih untuk pergi dan mencari kebahagiaannya sendiri?
Nantikan kisahnya hanya ada di Noveltoon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Kecewa
Hari itu Dirgantara begitu sibuk, tak ada waktu buat menemui Viona, atau bahkan dia tak ada niatan untuk bercengkerama dengan istri yang baru dinikahinya.
Setelah mendapatkan telepon, Dirgantara bersiap untuk pergi ke luar kota. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Hari itu juga dia pergi bersama dengan bodyguardnya.
"Sania! Kakak mau pergi. Tolong kamu jangan pergi kemana-mana."
Sebelum berangkat, Dirgantara menyempatkan diri untuk menemui adik perempuannya. Dia tak ada niatan untuk berpamitan dengan istrinya.
"Loh, Abang mau pergi lagi? Kenapa buru-buru? Memangnya Abang mau pergi ke mana?" tanya Sania yang baru keluar dari dalam kamarnya.
Di situ Sania tak mendapati keberadaan Viona, ia yakin Dirgantara belum berpamitan pada Viona.
"Kakak ada pekerjaan di Lombok. Mungkin besok atau lusa baru pulang. Kamu jaga diri baik-baik di rumah, jangan kelayapan."
Sania hanya mengangguk, dia cukup kecewa dengan sikap Kakaknya yang lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan dengan pernikahannya.
Harusnya Dirgantara lebih memikirkan istrinya, apalagi malam itu seharusnya menjadi malam pertama buat mereka, di situ Dirgantara malah ingin pergi meninggalkan istrinya.
"Abang yakin akan pergi hari ini juga? Apa nggak bisa ditunda sampai besok? Maksudnya kan, Abang baru saja menikah, tidakkah Abang memikirkan kak Viona? Ini malam pertama kalian, bukan?"
Dengan keberaniannya Sania mengingatkan Dirgantara untuk mengasihi Viona. Di situ Viona datang sebagai istri bukan pembantu yang tak harus dipedulikan.
Ia yakin Viona pasti bakalan kecewa berat dengan sikap Dirgantara yang terlalu cuek dan dingin. Sebagai suami, Dirgantara tak menunjukkan respect nya terhadap Viona.
"Apakah itu penting? Pikirkan saja sekolahmu, sebentar lagi bukannya kamu lulus dan melanjutkan kuliah. Jangan terlalu ikut campur urusan pribadiku, aku tak suka!"
Dirgantara melangkahkan kakinya keluar tanpa berpamitan pada Viona. Andai saja Viona tau Dirgantara pergi tanpa berpamitan padanya, pasti dia bakalan sedih, karena kehadirannya tak diinginkan.
"Gimana sih, Bang Dirga! Jadi cowok kok nggak peka gitu! Gimana kalau sampai kak Viona tau dia pergi. Aku yakin bang Dirga tidak berpamitan padanya."
Buru-buru Sania menutup pintu setelah melihat kakaknya mengendarai mobilnya keluar halaman.
Dia langsung bergegas untuk menemui Viona yang berada di dalam kamarnya.
"Kak Vi ..! Sedang apa kau di dalam? Apakah aku boleh masuk?"
Sania mengetuk pintu kamar Viona, dan meminta izin untuk masuk.
Dia ingin tanya apakah Dirga sudah berpamitan sebelum pergi meninggalkannya.
"Iya, aku ada di dalam. Masuklah!"
Sania memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Viona dan Dirga. Dia melihat Viona yang tengah merapikan barang-barang Dirga dan mengemas pakaiannya ke dalam lemari pakaian.
"Kak Viona belum selesai bersih-bersihnya? Aku bantu ya?"
Melihat kamar kakaknya yang sudah tertata dengan rapi, membuat Sania kagum. Ia pikir Viona seorang gadis manja dan pemalas, tapi nyatanya Viona sangat rajin.
Sesama perempuan, Ia merasa malu karena tidak bisa melakukan apa yang dilakukan oleh Viona.
"Kakak, ini rapi banget kamarnya? Kalau gini aku juga nyaman berlama-lama di dalam kamar. Kakak ternyata rajin juga ya? Aku pikir kakak nggak bisa bersih-bersih, ternyata dugaanku salah."
Sania jujur, ia berpikir Viona seorang gadis manja yang semua kebutuhannya disiapkan oleh pembantu, tapi melihat Viona bekerja membersihkan kamar tanpa bantuan siapapun, ia jadi yakin bahwa Viona seseorang yang suka bekerja keras.
Viona mengulas senyumnya sembari memasukkan baju-baju Dirga yang sudah dirapikan ke dalam lemari.
"Jadi kamu berpikir kalau aku ini seorang gadis pemalas gitu?"
Sania mendadak malu karena sudah berpikir buruk mengenai iparnya. Tapi Viona tak mempermasalahkannya, toh semua orang punya pemikiran masing-masing, selagi tak bermain fisik, tidak masalah orang mau bilang apa.
"Maaf ya kak, aku berpikir begitu karena aku sendiri juga tak pandai bersih-bersih. Semua kebutuhanku disiapkan oleh bibi, tapi kalau bang Dirga memang melarang siapun memasuki kamarnya, apalagi menjamah barang-barangnya. Aku harap keberadaan kakak di sini bisa merubah kebiasaan buruk bang Dirga. Selama ini dia tak pernah mempedulikan dirinya sendiri. Waktunya hanya digunakan untuk bekerja."
Sania suka sedih melihat kakaknya yang lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan mementingkan kesehatannya.
Tak jarang Dirga jatuh sakit, namun dia masih bersemangat untuk beraktivitas. Jarang sekali pria itu berada di rumah menghabiskan waktu bersama dengannya.
"Emm, kalau boleh tahu memangnya abangmu belum punya pacar sebelumnya? Terus hal apa yang membuatnya bersikap dingin seperti itu? Apa sejak kecil dia memang sudah bersikap jutek pada semua orang?"
Viona ingin tahu banyak mengetahui kehidupan pria yang sudah menikahinya. Setahunya Dirga memang pria arogan yang tak berperasaan. Dulu saat pria itu menabraknya, dia langsung kabur tanpa mengucapkan kata maaf padanya.
Viona yakin, sangat sulit untuk bisa menaklukkan hati pria berkepala batu itu, tapi ia juga tak harus menyerah, selama ia kuat menjalani bahtera rumah tangga bersamanya, ia akan belajar untuk menjadi istri yang baik.
Sejak kecil ia kurang mendapatkan kasih sayang dari Ibunya, ia tak ingin mengikuti langkah yang diambil oleh ibunya, ketika melihat pria lain langsung meninggalkan anaknya sendiri bersama suaminya hanya karena ingin mengejar nafsu.
"Semenjak orang tua kami pergi, dia menggantikan posisi Papa sebagai pemimpin perusahaan, sekaligus menjadi Ayah pengganti buat aku. Dia selalu bersikap tegas dan cukup keras, tapi sebenarnya dia baik kok."
Sania memberikan keterangan mengenai kakaknya. Dirgantara cukup keras mendidiknya, bahkan pria itu tak memberinya ruang gerak. Kegiatannya setiap hari tak luput dari pantauannya, termasuk ia tak boleh memiliki banyak teman bermain.
Peran Dirgantara bukan hanya sebagai pemimpin perusahaan, tapi kakak sekaligus Ayah yang bertanggung jawab penuh terhadap adik perempuannya. Bahkan ia mendapatkan wasiat mendiang orang tuanya untuk menikahkannya dengan pria yang benar-benar mapan dan mampu untuk mencukupi kebutuhannya kelak.
Walaupun demikian, Sania suka sebal dengan sikap kakaknya yang cukup menjengkelkan. Dia sering pergi tanpa permisi. Waktunya hanya digunakan untuk bekerja, tak pernah sekalipun ada waktu untuk menemaninya atau membebaskannya untuk bisa bermain bersama teman-temannya.
"Aku harap, Abangmu itu memang benar-benar orang yang baik dan bijaksana seperti yang kamu katakan tadi. Aku belum begitu mengenalinya, Bahkan dia meninggalkanku setelah kami melakukan proses ijab qobul. Aku dan dia belum sempat bicara sepatah kata pun."
Sania melebarkan bola matanya, Ia tidak percaya Dirgantara setega itu pada Viona. Akan di hari pernikahannya saja, Dirgantara mengabaikan Viona. Entah apa rahasia kakaknya hingga tega melakukan semua itu pada wanita sebaik Viona.
Viona sendiri sadar, pernikahannya dengan Dirgantara tidak dilandasi oleh cinta, tapi dia dijadikan jaminan untuk penebusan hutang orang tuanya. Pantas saja Dirgantara tidak mau memberikan banyak waktu untuk saling mengenal.
"Jadi kakak sama abang Dirga belum saling berkomunikasi semenjak menikah? Dan sekarang bang Dirga pergi ke luar kota tanpa bicara sepatah kata pun pada kakak?"
"Ap-apa?! Abangmu pergi ke luar kota? Tapi dia~~
Dia begitu kecewa, bahkan saat Dirga pergi, sepatah katapun tak diucapkan.
Benar-benar sih Dirga. Itu manusia atau monster. Pria nggak punya perasaan. Author pingin benturin kepalanya😎😎
Halo ... Halo ... Gimana kalau kalian ada di posisi Viona? Masih sabar nggak, sakit tuh ..., diabaikan. Yuk? Ikuti terus kisahnya Viona, jangan lupa tinggalkan jejak, vote, like komen buat penyemangat author 🥰 thanks you 😍 😍