Kehidupan Elizah baik-baik saja sampai dia dipertemukan dengan sosok pria bernama Natta. Sebagai seorang gadis lajang pada umumnya Elizah mengidam-idamkan pernikahan mewah megah dan dihadiri banyak orang, tapi takdir berkata lain. Dia harus menikah dengan laki-laki yang tak dia sukai, bahkan hanya pernikahan siri dan juga Elizah harus menerima kenyataan ketika keluarganya membuangnya begitu saja. Menjalani pernikahan atas dasar cinta pun banyak rintangannya apalagi pernikahan tanpa disadari rasa cinta, apakah Elizah akan sanggup bertahan dengan pria yang tak dia suka? sementara di hatinya selama ini sudah terukir nama pria lain yang bahkan sudah berjanji untuk melamarnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melaheyko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KONFIRMASI PEMBATALAN
Brughhhhhh.....
Natta yang terlalu fokus melihat Elizah tak sengaja menabrakan motornya ke sebuah mobil yang terparkir.
Mendengar suara itu, Hasan menoleh dan dia yang menyadari bahwa itu adalah Natta pun langsung meminta Elizah masuk. Elizah duduk dan Natta masih bisa melihatnya.
“Natta, kamu kenapa?” Pria yang dibonceng mengomel, dia turun dan pemilik mobil dengan wajah memerah murka mendekati mereka berdua.
“Maaf ——” Temannya Natta yang bernama Rafan itu berusaha menjelaskan tapi si pemilik mobil terus marah-marah. Meminta pertanggungjawaban. Sementara Natta hanya fokus pada Elizah saja.
“Maaf, maaf, ini mobil saya lecet. Gimana sih! Mobil lagi diparkir main tabrak aja,” seru pemilik mobil itu dan barulah Natta menoleh setelah Rafan menarik lengannya kasar.
“Kamu melihat apa? Lihat ini mobil orang kamu tabrak!” kesal Rafan dan Natta hanya meringis.
Dari jauh Hasan memerhatikan, kemudian Mirza keluar dengan semburat kekecewaan di wajahnya.
“Kamu saja yang menyetir,” titah Mirza seraya memberikan kunci. Hasan menerima, saling menatap dengan Anita. Keduanya yakin bahwa ada situasi yang tidak baik.
Natta membuang napas berat ketika Elizah dan keluarganya pergi. Setelah itu, barulah Natta berurusan dengan pemilik mobil.
“Pinjem duit dulu,” bisik Natta dan Rafan menatap jengkel.
🍃🍃🍃🍃🍃
Sesampainya di rumah, Anita dan Hasan melihat Mirza yang sudah termenung selama tiga puluh menit. Entah apa yang dikatakan Jafar sampai Mirza terlihat terguncang.
“Abi, sebenarnya ada apa?” tanya Anita pelan.
Mirza menoleh, menatap sedih.
“Mereka membatalkan perjodohan,” ucap Mirza serak.
Hasan dan Anita bertatapan keheranan.
“Kenapa bisa?” Hasan ingin tahu.
Mirza melepas kacamatanya, ia menggeleng tak semangat.
“Kabar Elizah memiliki hubungan dengan pria pendatang itu sampai ke keluarga mereka. Keluarga mereka begitu mudah menerima gosip tanpa mengkonfirmasi terlebih dahulu dengan kita.”
Mereka bertiga sangat kecewa sementara Elizah yang menguping merasa lega. Elizah beranjak dari tempatnya, ia berlari penuh sukacita menuju kamarnya.
🍃🍃🍃🍃
“Kemana temanmu si Elizah itu?” Husna bertanya dengan ketus, mendatangi Susan yang mengajar sendirian dan sudah selesai.
“Ada urusan apa kamu sama Elizah? Yang sopan kalau sama orang yang lebih tua,” balas Susan sambil menegur.
Husna mendelik.
“Bilang sama dia jangan kegatelan deketin mas Natta.”
Mata Susan memicing kepada gadis itu.
“Natta siapa? Kamu kira Elizah pecicilan kayak kamu.” Susan melotot dan Husna mendengus.
“Laki-laki pendatang itu,” katanya dengan ketus.
Susan menggelengkan kepala.
“Mending kamu hati-hati. Kita nggak tahu dia orang mana, apa urusannya datang kesini. Bukannya sudah aku peringatkan juga untuk berhenti mendekati laki-laki itu,” tutur Susan yang duduk di pinggiran meja.
Husna hanya diam saja, karena tidak mendapatkan jawaban yang puas dan Elizah juga tak ada. Husna memutuskan untuk pergi dan Susan mengomel sebatas hati setelah kepergian Husna.
Di perjalanan, Husna bertemu dengan Faruq. Faruq ingin bertanya sesuatu karena melihat Husna keluar dari tempat Elizah mengajar.
“Apa Elizah ada di sana?” tanyanya dan Husna mendelik, tak mau menjawab, melengos tapi Faruq menarik tangannya.
“Lepas!” Husna kesal.
“Jawab dulu!” balas Faruq lebih kesal.
Husna mendelik lalu melipat kedua tangannya di depan dada.
“Dia enggak ada. Ngebet banget sih.”
Faruq kecewa mendengarnya, setelah gosip yang tersebar, Elizah belum dia lihat lagi.
“Urus cewek kamu yang ganjen itu. Keganjenan gangguin Mas Natta, kalau dia nggak macam-macam, mungkin gosip itu nggak bakal ada.” Husna mengomel dan Faruq tidak terima.
“Elizah enggak kayak begitu. Justru pria pendatang itu yang berusaha mendekati Elizah,” katanya dan membuat Husna terdiam. “Dia berusaha melindungi Elizah, apalagi kalau bukan karena dia menginginkan Elizah.”
“Bohong,” ucap Husna serak. Dia meyakini bahwa Natta juga membalas perasaannya, terbukti bahwa laki-laki itu selalu menerima apa pun yang dia berikan.
“Tanya saja langsung sama laki-laki incaranmu itu!” Tutup Faruq dengan tegas lalu dia pergi.
Wajah Husna memerah, kesal dan tak percaya. Dia bahkan bertekad untuk menemui Natta sekarang juga.
🍃🍃🍃🍃
Sementara di tempatnya, Elizah sedang berkirim pesan dengan Ali. Ali meluangkan waktu untuk membahas hubungan mereka.
(Saya nggak bisa pulang dalam waktu dekat ini, Zah. Paling cepat tiga Minggu lagi) isi pesan Ali yang membuat Elizah terdiam.
(Apa bisa kamu memberitahu ayahmu untuk menunggu?)
Elizah menggigit kuku ibu jarinya, ia kemudian mengetik balasan dengan ragu-ragu.
(Elizah nggak berani, Mas. Biar Elizah tunggu sampai Mas Ali pulang, baru nanti Elizah akan mencoba bilang sama Abi) balas Elizah dan Ali membacanya, sesaat kemudian Elizah menunggu balasan tapi Ali tak kunjung membalasnya.....
Sementara di tempatnya Natta, Dia baru turun dari sepeda motor, membuka helm dan tersentak ketika Husna sudah berdiri di hadapannya.
“Aku mau ngomong, Mas.”
Natta meletakkan helm, tidak terlalu memperdulikan keberadaan Husna.
“Mas sama Elizah ada hubungan?” seru Husna bertanya karena pria itu sudah memasukkan kunci ke lubangnya, dan berhenti ketika Elizah disebut.
“Kamu kenapa, sih?” sinis Natta.
Bibir Husna gemetaran.
“Mas Natta suka sama Elizah?”
Natta membuang muka sekilas.
“Kita nggak sedekat itu sampai kamu perlu menanyakan hal yang menyangkut ranah pribadi kehidupan saya,” tegasnya dan Husna dibuat terdiam dengan dada yang terasa sesak.
“Saya sibuk, dan berhenti ke sini. Kamu tidak bisa sebebas ini menemui laki-laki, saya nggak mau terlihat gosip ciptaan manusia konyol itu!” Usir Natta dan Husna menghalangi pria yang ingin masuk ke rumahnya itu.
Natta masih berusaha menahan amarahnya.
“Semua yang Husna kasih Mas Natta terima tanpa menolak sekalipun!” Husna bersikeras bahwa Natta juga memiliki perasaan yang sama padanya.
Natta mengeram kesal.
“Saya hanya mempersingkat waktu supaya kamu cepat pergi, itu sebabnya semua yang kamu kasih saya terima tanpa perdebatan dan penolakan. Tapi bukan berarti saya juga suka,” tegas Natta dan membuat air mata gadis itu berlinang. Natta tidak peduli, air mata Husna tidak membuatnya iba sedikitpun.
“Aku beneran sayang sama Mas Natta,” pekik Husna dan Natta memicingkan matanya.
“Pulang! Dan jangan pernah ke sini lagi,” tegas Natta kemudian masuk meninggalkan gadis itu yang meratapi hatinya yang ngilu.
Penolakan Natta benar-benar membuat Husna sakit hati, apalagi Natta tidak menjawab perihal pertanyaannya tentang Elizah. Husna meyakini bahwa Elizah merebut perhatian Natta darinya.
🍃🍃🍃🍃
Hasan memerhatikan Elizah yang sedang membaca buku di ruang keluarga. Hasan melihat kedamaian di wajah adiknya, sementara ayahnya dirundung rasa kecewa dan sakit hati atas penolakan keluarga Jafar.
Hasan pun mendekat, membuat perhatian Elizah teralihkan.
“Kenapa, Mas?” tanya Elizah, melipat buku yang sedang dia baca.
Hasan mendengus kecil.
“Kamu senang karena perjodohan kamu dibatalkan tapi apa kamu berpikir apa yang sedang dirasakan Abi saat ini?” Dengan nadanya yang kesal, dia juga melotot kepada adiknya itu.
Elizah menunduk takut.
“Abi merasa malu dan kecewa tapi kamu tidak sedikit pun merasa bersalah,” kecam Hasan dan Elizah membantah dengan menggeleng kepala.
“Elizah nggak begitu, Mas.”
“nggak begitu gimana maksudnya? Kamu senang, kan, karena tidak jadi dijodohkan atau kamu semakin senang karena hubungan kamu sama laki-laki pendatang itu bisa terus terjalin!” bentaknya menyinggung sosok Natta.
Kedua mata Elizah membola.
“Mas kenapa, sih? Kenapa orang lain harus dibawa-bawa? Aku nggak punya hubungan sama laki-laki itu!” bantahnya emosi.
“Alaaaaah! Jangan sok membantah kamu, Zah. Mas melihat sendiri waktu itu dia melihat kamu sampai sebegitunya,” katanya sinis.
Elizah hanya menggeleng-gelengkan kepala sampai Anita datang melerai keduanya.
“Kalian ini kenapa? Bertengkar karena suara kalian terdengar ke luar.” Anita menatap keduanya bergantian.
Elizah dan Hasan membuang muka.
“Ibu nggak suka melihat kalian begini,” lirih Anita sedih.
“Ibu terlalu memanjakan Elizah,” tutup Hasan lalu meninggalkan ruangan.
Elizah mengatupkan bibirnya rapat-rapat sambil menahan air matanya.
Semangat
Tulisanmu sdh semakin terasah
Mirza emang ya keras kepala takut banget turun martabat nya