Hasrat Cewek Introvert

***

Tampan!

Itu adalah satu kata yang langsung terlintas dipikiran gelsi, saat menatap teman sebangku nya.

cowo itu sudah pasti tampan, dan yang paling menonjol adalah tinggi badan cowo itu yang membuat gelsi selalu iri.

Dia juga ingin tumbuh lebih tinggi lagi, tapi sepertinya pertumbuhan tinggi badan gelsi sudah berhenti.

dan itu artinya gelsi harus merasakan iri hati lagi, sebab adiknya gio mahesa sudah melebihi tinggi badannya.

padahal anak itu masih smp tapi sudah setinggi itu, apalagi jika gio mencapai seusia nya!

maka dipastikan bahwa anak itu akan sangat tinggi nantinya.

Hari mulai beranjak sore, mereka masih dalam perjalanan pulang saat ini.

setelah sampai, langsung saja gio memasukkan motornya kedalam garasi sepertinya anak itu tidak akan pergi lagi.

Sedangkan gelsi langsung masuk dan menuju dapur, ia menata beberapa bahan-bahan dan makanan yang sempat mereka beli tadi.

"Kak, gio langsung ngamar aja ya. mau tidur dulu bentar! " Adiknya berkata dengan raut wajah lelah.

"Ya udah, langsung tidur jangan main game lagi! Tidur nya juga jangan kelamaan, nanti jam tidur kamu jadi kacau! " Gelsi berceramah singkat pada adiknya yang bebal itu.

"Baik kanjeng ratu! " Setelahnya remaja tanggung itu langsung menuju kamarnya.

Gelsi yang ditinggalkan hanya tersenyum mendengar gurauan adiknya itu, tidak terasa sudah satu tahun mereka hanya hidup berdua.

gelsi sempat melirik isi ponselnya, memeriksa kapan terakhir kali sang ibu menghubungi.

Dan ternyata itu sudah sangat lama.

Rindu?

Tentu saja gelsi merindukan ibunya, tapi gelsi tidak mau menjadi penghalang kebahagiaan ibunya.

maka dari itu sebisa mungkin gelsi tidak pernah mengusik kehidupan ibunya!

jika bukan sang ibu yang menghubungi mereka, gelsi dan gio hanya bisa menunggu kapan sang ibu menghubungi mereka lagi.

Jangan tanyakan ayahnya, terakhir berbicara dan bersua dengan ayahnya adalah waktu dipengadilan.

dari situ sampai hari ini, gelsi tidak pernah mendengar kabar tentang ayahnya lagi.

sepertinya sang ayah terlalu bahagia dengan kehidupan barunya.

Selesai dengan semua urusannya, gelsi langsung menuju ke kamarnya dan membersihkan diri.

Setelah selesai dengan kegiatan mandinya, gelsi keluar dari kamar mandi dan berdiri didepan meja rias nya.

melihat pantulan dirinya dicermin, gelsi menatap dirinya sendiri seakan menilai seperti apa dia sebenarnya.

Gelsi cantik tentu saja, bukan karna kepedean tapi memang benar bahwa gelsi itu cantik.

dari gelsi smp sampai sma, pasti ada beberapa siswa yang menyatakan perasaannya padanya.

dan meminta dirinya untuk menjadi kekasih mereka, tapi gelsi selalu menolak!

dia tidak percaya yang namanya komitmen, apalagi menjalin hubungan itu mustahil!

Gelsi terlalu merasakan kecewa, sehingga dia sulit untuk mempercayai apapun. termasuk laki-laki!

Gelsi hanya memfokuskan diri untuk menjadi lebih kuat, dan membuat usaha yang ditinggalkan orang tuanya menjadi lebih besar lagi.

adiknya harus kuliah! Gio harus sukses, gio tidak boleh putus sekolah hanya itulah visi misi gelsi.

Tersadar dari lamunan nya, gelsi segera mengenakan pakaiannya dan meraih tasnya.

Ia mengobrak-abrik isinya, dan mengeluarkan buku.

sepertinya gadis itu memiliki pekerjaan rumah yang harus segera diisi.

Tidak sengaja gelsi menemukan buku lain diantara buku-bukunya, heran akan buku itu gelsi segera membukanya.

dan nama 'alkean Rajendra'

Tertulis di sana dengan manisnya..

Seketika gelsi mengingat cowo itu lagi, entah kenapa gelsi merasakan bahwa cowo itu sengaja mendekatinya.

tapi apa mungkin? Apa gelsi hanya kepedean saja?

Tidak mau ambil pusing, gelsi segera memasukkan buku kean kedalam tasnya besok gelsi akan mengembalikannya.

Banyak cowo yang mendekati gelsi, tapi dia hanya merasa biasa saja.

dia tidak merasakan apa yang dikatakan teman sekelasnya, tentang jantung yang berdebar kencang saat dekat dengan orang yang disukai.

Tapi entah kenapa seminggu ini gelsi merasakan perasaan aneh, dan itu muncul saat anak baru itu masuk ke kelasnya dan duduk disebelahnya.

Cowo itu tampan, tampan yang menggoda bibir penuh nya selalu menjadi pusat perhatian gelsi.

setiap kali gelsi menatap cowo itu, maka yang menjadi pusat perhatian gelsi tentu bibirnya.

oohh dan jangan lupakan rahang tegasnya yang begitu indah.

Gelsi sering melirik kean saat cowo itu tidak menyadari nya, lirikan gelsi akan selalu tertuju pada jakun cowo itu yang terlihat naik turun.

menurut gelsi itu adalah pemandangan paling indah, jangan heran!

Gelsi itu seorang gadis yang sedang berada di fase masa-masa puber nya.

Tentu saja Gelsi menyukai laki-laki, dirinya masih normal.

namun untuk membangun sebuah hubungan, sepertinya akan sulit.

trust issue gadis itu adalah penghalang utamanya!

atau mungkin belum bertemu laki-laki yang cocok saja.

Setelah menyelesaikan PR nya, gelsi segera mempersiapkan segala kebutuhan nya untuk pergi kesekolah besok.

Melangkahkan kakinya menuju dapur, yang sudah terdapat sang adik yang sedang menata makanan di atas meja.

mereka memang se pengertian itu, bekerja sama tanpa adanya perdebatan.

contohnya seperti sekarang, gio tidak akan menunggu sang kakak untuk mengurus semuanya sendiri.

apalagi hanya memanaskan dan menata makanan, bagi gio itu adalah hal kecil.

"Makasih!" Gelsi tersenyum setelah duduk di kursi nya.

"Sama sama kak! " Gio balas tersenyum saat melihat kakaknya.

Mereka makan dan sesekali berbincang bincang ringan.

"Gimana sekolah kamu? Aman?" Itu adalah pertanyaan pembuka khas kakaknya sekali, Gio bahkan hapal diluar kepala apa yang akan dikatakan kakaknya lagi..

"Kamu harus sekolah yang bener, belajar yang rajin! Paham? " Kan kan kan apa gio bilang, pertanyaan kakaknya itu hanya akan berputar di pembahasan sekolah saja..

"Oke kak, kakak sendiri gimana sekolahnya" Bukan tanpa alasan gio penasaran tentang pergaulan kakaknya di sekolah, gio khawatir kakaknya itu tidak punya teman. mengingat sang kakak begitu Kaku terhadap orang lain.

"Baik" Hanya itu saja jawaban gelsi saat adiknya bertanya tentang sekolah nya.

"Baik gimana? Giornata gak pernah liat kakak punya temen" Itu juga lah yang menjadi kekhawatiran gio, dia takut kakaknya itu Korban bully..

"Gak penting" Saat ditanya tentang pertemanannya maka gelsi akan menyahut agak ketus..

Mendengar nada bicara kakaknya yang sedikit ketus, membuat gio merasa bersalah.

kakaknya itu memang tidak akan nyaman, jika ditanya tentang pertemanannya entah karena apa gio tidak pernah tau.

"Ya udah, tapi laki-laki yang tadi siapa kak? Pacar kakak ya? " Gio hanya bermaksud untuk mencairkan suasana, lagipun dia penasaran siapa laki-laki yang berbicara dengan kakaknya tadi.

Kejadian itu sungguh langka..l

"Bukan, gak usah ngomong yang aneh-aneh, siap makan langsung masuk kamar kerjakan pr dan belajar jangan main game sampai tengah malam lagi, paham? " Jika kakaknya sudah cerewet seperti itu maka gio hanya bisa mengiyakan, jika di jawab bisa jadi cerocosan kakaknya akan semakin panjang.

"Iya kak, motor kakak udah bagus loh!" Gio memberitahu dengan antusias..

Gelsi memang mempunyai motor sendiri, motor jenis matic itu adalah pemberian sang ibu pada gelsi.

tapi minggu kemarin, motornya rusak dan terpaksa menginap di bengkel selama seminggu. dan terpaksalah dia naik angkot kesekolah kadang-kadang diantar gio jika adiknya itu sempat.

Gio memang sudah bisa mengendarai motor saat dia baru masuk smp, tubuh tinggi nya benar-benar membantu dalam hal apapun.

awalnya gelsi tidak mengijinkan adiknya itu mengendarai motor, alhasil gelsi akan mengantar jemput gio setiap hari.

Tapi setelah kenaikan kelas, gio berhasil meyakinkan sang Kakak bahwa dia mampu menggunakan kendaraan roda dua itu dengan fasih.

barulah saat itu gelsi mengijinkan, dengan syarat adiknya itu harus ekstra berhati-hati.

sikap protektif gelsi, benar-benar membuat gio tidak bisa berbuat apa-apa pada saudara satu-satunya itu.

(ngomong-ngomong motor gio juga jenis motor matic loh)

"Oohh, antar kakak besok langsung ke bengkel nya" Gelsi mulai merapikan peralatan makan mereka.

"Oke kak, Gio kekamar dulu" Setelah mengatakan itu gio langsung pergi..

"Maafin kakak gio" Gelsi berkata dengan lirih, entah kenapa gelsi selalu merasa bersalah pada adiknya, dia sungguh tidak bisa berbuat apa-apa..

***

"Siapa cowo itu? Kenapa dengan mudahnya dia bisa mengajak si kaku untuk pulang bareng? " Kean masih heran akan identitas laki-laki tadi.

"Ngapain juga gue pikiran, dia bukan siapa-siapa gue, jadi kenapa gue harus peduli" Seketika kean kembali mendapatkan kesadarannya, dia sungguh heran kenapa harus repot-repot memikirkan cewe yang dicap nya sebagai lesbi itu.

Saat ini kean sedang terduduk disofa dalam kamarnya, sedari tadi dia sungguh bosan tidak tau ingin mengerjakan apa..

"Club aja kali ya? " Tiba-tiba ide itu terlintas begitu saja dalam Kepalanya..

"Lumayan, sijoni udah lama jugak puasanya" Kean menyeringai saat memikirkan apa yang akan dilakukan nya ditempat hiburan malam itu.

Beranjak dan segera bersiap-siap untuk pergi ke club, siapa tau disana dia mendapat teman