NovelToon NovelToon
Aku Ingin Jatuh Cinta{Lagi}

Aku Ingin Jatuh Cinta{Lagi}

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Romansa / Slice of Life
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Rara_07

Elara, seorang gadis periang. Hidupnya penuh dengan kebahagiaan, dia hidup dengan penuh cinta dan kasih sayang yang melimpah. Baginya tidak ada kesedihan yang akan berkepanjangan, namun semua menjadi sirna ketika dia beranjak remaja. Ayah dan Ibu yang selalu perhatian terhadapnya, kini telah acuh. Bahkan Ayah yang dulu ia anggap sebagai seorang pangeran, kini berubah menjadi seorang iblis. Cinta merupakan hal yang paling ia hindari, tapi seorang pria bernama Estele malah tertarik pada Elara, wanita yang jarang tersenyum, selalu jutek dan keras kepala. Akankah Elara jatuh cinta kepada Estele? atau Estele akan menyerah pada Elara yang cukup sulit di buat luluh?



Please follow dan like postingan IG Author :
@Zahra_Arara07
Please follow dan like postingan Tiktok Author :
@rara_01075

Dukungan anda, teramat berarti untuk saya❤️🌹

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara_07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Membantu Nikita{29}

Malam sudah menunjukkan pukul 19.00, Elara dan para panitia lain belum kunjung pulang. Masih ada beberapa hal yang harus mereka selesaikan. Elara duduk sambil menyadarkan punggungnya di kursi, sungguh ia merasa pinggangnya akan copot.

"Gila, capek banget!"gumam Elara.

"Capek ya?"

Kepala Elara mendongak, ia terkejut melihat pria tinggi yang sedang berdiri sambil sedikit membungkuk untuk menatap dirinya. Dengan cepat Elara memalingkan wajah, mendatarkan kembali raut wajahnya. Pria itu tersenyum tipis, lalu duduk di kursi sebelah Elara.

"Ehem! Kakak lupa ya sama janji Kakak ha!?"ujar Elara dengan ketus.

"Aku tidak lupa Ela, hanya saja malam ini aku ingin terus berdekatan dengan mu."jawab Estele sambil tersenyum menatap Elara.

Deg!

Tiba-tiba saja kedua pipi Elara bersemu. Dia tersipu dengan ucapan manis Estele, tapi dengan cepat dia menggeleng untuk menyadarkan dirinya kembali. Melihat tingkah Elara yang aneh, Estele memicingkan mata lalu meletakkan telapak tangan kanannya di dahi Elara. Memeriksa apakah perempuan disebelahnya tidak sakit.

"Gak panas kok."ujar Estele.

Degup jantung Elara semakin menjadi-jadi, sepertinya ada yang salah dengan hatinya. Elara menatap Estele, begitupun sebaliknya. Menatap wajah Elara dari dekat, entah mengapa membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Estele merasa tidak bisa mengendalikan degup jantungnya yang semakin mempercepat temponya. Tanpa sadar Estele melepaskan telapak tangannya dari dahi Elara dan langsung memegang dadanya. Elara yang melihat hal itu tentunya merasa bingung.

"Kenapa? Apa yang terjadi Kak?"tanya Elara.

"Tidak-tidak, aku baik-baik saja Ela. Sepertinya dadaku terasa sedikit aneh."jawab Estele sambil tersenyum tipis.

Sontak saja kedua bola mata Elara membola, entah mengapa mendadak ia merasa khawatir. Dia langsung berdiri, bahkan Estele di buat terkejut karena tingkah Elara tersebut. Elara melihat kesana dan kemari seperti orang yang linglung.

"Ela? Kamu kenapa?"tanya Estele yang masih memegang dadanya.

Elara menatap Estele, "aku akan segera kembali. Aku rasa Kakak sedang sakit!"ujar Elara dengan panik.

Saat hendak melangkah pergi, dengan cepat Estele memegang pergelangan tangan kiri Elara. Tak membiarkan gadis itu pergi kemana-mana. Dia ingin Elara saat ini hanya berada di sampingnya, walupun itu cuma untuk seperempat hari saja.

"Jangan pergi Ela, duduk saja kembali. Aku yakin kamu adalah obatnya."ujar Estele dengan lembut.

Elara yang tadi panik, bahkan nafasnya juga tidak beraturan. Mulai menarik dan membuang nafas, dia berusaha kembali menormalkan perasaan kalutnya saat ini. Di rasa sudah tenang, Elara kembali duduk di sebelah Estele. Pria di sebelahnya itu hanya tersenyum sambil memandangi dirinya.

"Ehem! Tangannya tolong di jaga ya!"tegas Elara sambil melotot ke arah Estele.

"Eh? Hehe, oh ya maaf."jawab Estele sambil terkekeh gemas.

Mereka hanya duduk bersebelahan, tidak ada suara. Suasana terasa hening, Elara hanya diam-diam melirik Estele. Pria itu terlihat begitu tenang, hanya menatap lurus ke depan. Elara menghembuskan nafas, dia merasa sedikit bosan dengan keheningan yang terjadi. Diam-diam ternyata Estele juga melirik Elara, dia tersenyum dikala bisa melihat wajah perempuan di sampingnya dengan jarak yang cukup dekat. Sudah lama sekali dia tidak sedekat ini dengan Elara. Dia tahu bahwa ia telah berjanji kepada Elara, kalau dirinya akan menjauh dari kehidupan perempuan itu. Tapi, entah mengapa hati Estele menolak untuk melakukannya. Dia ingin selalu bisa melihat Elara, walupun dari kejauhan saja.

"Sialan! Bagaimana caranya aku menyuruh Elara keluar?"ujar Nikita sambil mengigit kuku jari telunjuknya.

Nikita yang sejak tadi mencari Elara, merasa senang ketika menemukan gadis itu yang tengah duduk sendirian. Tapi, baru saja hendak melangkah mendekat. Tiba-tiba Estele datang entah darimana. Membuat Nikita menjadi geram, dia tidak mungkin mendekati Elara ketika ada Estele. Nikita bisa menjamin jika rencananya tidak akan berhasil jika ada Estele di dekat Elara.

"Aku harus mencari cara agar Estele menjauh sesaat dari Elara!"gumam Nikita.

Estele hendak membuka pembicaraan, tapi mendadak saja CO acara memanggil dirinya. Terpaksa Estele berpamitan kepada Elara, dan dengan berat hati meninggalkan gadis itu duduk sendiri.

"Tetap disini, jangan kemana-mana!"tegas Estele.

"Apa?"balas Elara sambil memicingkan mata.

"Pokoknya tetap disini! Jangan pergi kemanapun. Paham Ela?"ujar Estele.

"Huf, iya-iya!"balas Elara sambil memutar bola mata malas.

Estele tersenyum puas, tak lupa ia mengacak gemas puncak kepala Elara. Membuat Elara melotot garang. Estele bukannya takut, ia malah tersenyum sumringah melihat wajah kesal Elara. Kemudian dia pergi begitu saja meninggalkan Elara yang kini tengah kesal.

"Ck, dasar pria aneh! Waktu itu dia bersikap dingin seolah-olah tidak kenal. Tapi, sekarang malah bersikap seperti dulu, aneh!"gerutu Elara.

Nikita tersenyum puas, ternyata Estele mau meninggal Elara sendirian. Diapun berjalan mendekati Elara dan memulai aksinya. Elara yang tadi sedang santai, tiba-tiba di buat kaget karena Nikita yang jatuh di hadapannya.

"Eh? Kakak gak apa-apa?"ujar Elara yang langsung membantu.

"Ha? Eh Elara, aduh. Gak apa-apa kok, beneran."jawab Nikita sambil tersenyum sayu.

Elara melihat wajah Nikita yang terlihat sayu dan pucat, sepertinya seniornya itu sedang tidak baik-baik saja. Elara dengan sigap dan perlahan membantu Nikita untuk duduk di kursi sebelahnya.

"Kakak benar-benar tidak apa-apa? Tapi, kenapa wajah Kakak terlihat pucat?"tanya Elara.

Nikita mengangguk lemah, "iya tidak apa-apa, cuma sedikit pusing saja."balas Nikita sambil tersenyum tipis.

"Aku rasa Kakak lebih baik pulang duluan saja."saran Elara yang merasa kasihan.

Nikita menggeleng, "tidak-tidak, aku masih harus membantu disini. Kalau sudah minum obat, aku yakin pasti bisa sembuh."

"Lalu, apakah Kakak sudah minum obatnya?"tanya Elara.

"Belum, aku tidak punya obat pereda pusingnya."balas Nikita.

Elara diam, dia terlihat memikirkan sesuatu. Sementara Nikita tersenyum jahat, dia yakin bahwa rencananya pasti akan berhasil. Dia sudah tidak sabar merasakan hari dimana Elara tidak akan pernah ada lagi untuk mengganggunya dan juga Estele.

"Kalau begitu aku akan panggil tim medis saja. Kan kita juga punya panitia medis, aku tadi lihat mereka masih ada di sini. Jadi, aku yakin pasti ada obat di mereka."ujar Elara.

"Apa!? Tunggu dulu, emm ... itu..."

"Tidak apa-apa Kak, aku akan memanggil mereka ya. Tenang saja."jawab Elara.

Nikita melotot, bukan itu rencananya. Dia ingin Elara berbaik hati membelikan dirinya obat di apotek sebrang kampus. Namun, perempuan ini ternyata sangat pintar. Dia memiliki ingatan yang kuat bahwa panitia medis masih berada di sana. Saat Elara hendak pergi, Nikita kembali menahan Elara. Dia tidak mau rencananya menjadi sia-sia.

"Tunggu Elara, aku rasa tidak ada obat yang aku perlu dengan mereka. Sebelum kesini, aku sudah menemui mereka. Katanya tidak ada, awalnya mereka ingin membeli obat untuk ku. Tapi, aku menolak karena aku merasa masih sanggup. Namun, sekarang aku rasa sudah tak sanggup lagi."ungkap Nikita sambil memegang kepalanya.

Elara menatap Nikita, sepertinya wanita itu benar-benar merasa sakit. Wajahnya terlihat begitu sayu, apalagi sejak tadi wanita itu terus saja memegang kepalanya. Elara sangat yakin bahwa wanita itu benar-benar merasakan pusing yang sangat hebat.

"Hem, kalau begitu biar aku saja yang membeli obatnya."ujar Elara.

Nikita menyembunyikan senyuman bahagianya, akhirnya keinginannya terwujud. Elara sangat mudah masuk ke dalam permainannya. Wanita baik seperti Elara sangat gampang luluh dengan rasa sakit orang lain. Nikita merasa penuh dengan kemenangan saat ini.

Nikita menatap Elara sambil tersenyum, "terimakasih Elara, kamu memang sangat baik."

Elara tersenyum tulus, baginya itu adalah hal biasa. Selagi bisa membantu, maka dia akan berusaha membantu. Elara yang begitu ikhlas membantu Nikita, sama sekali tidak menyadari bahwa orang yang ia bantu adalah seekor ular yang akan mematuknya dan menyalurkan bisa tehadap dirinya.

1
Arina Arina
kak tolong donggg
Arina Arina
kak tebal buku nya berapa kak
Arina Arina: ayo dongg plissss🙏🙏
Arina Arina: kak tolong bantu jawab ya
judul buku
penulis
penerbit
tahun terbit
tebal buku
media
total 3 replies
·Laius Wytte🔮·
cerita ini layak dijadikan best-seller, semangat terus!
Zahra Putri: Hallo reader, terimakasih atas dukungannya ❤️🌹
total 1 replies
Haris Saputra
ceritanya keren abis! Thor, kamu hebat!
Zahra Putri: Hallo Reader, Terimakasih atas komentarnya🌹❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!