NovelToon NovelToon
CEO Cantik Milik Mafia Kejam

CEO Cantik Milik Mafia Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mafia / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: Evi Mardiani

Menceritakan seorang gadis CEO yang terkenal dengan kecantikan dan kekayaan yang dimiliki oleh nya, harus terjerat dengan mafia kejam yang sedang menjalankan misi untuk menjatuhkan lawan nya.

Pria itu tidak menyangka jika dihari pertama dirinya berada di negara M untuk menjalani misinya di salah satu perusahaan besar yang ada di negara tersebut harus bertemu dengan seorang wanita cantik yang menjadi target dari misi nya sendiri. Sampai akhirnya pria itu menyatakan kepemilikan atas wanita itu.

"You are mine and will forever be mine" ucap pria itu dengan tatapan tajamnya menatap CEO cantik yang berada di hadapan nya itu.

"Kita lihat saja sampai mana kau bisa menaklukkan aku tuan Mafia" balas gadis itu dengan senyum manis nya yang terlihat begitu menawan di pandangan sang mafia kejam.

apakah sang mafia kejam itu bisa menaklukkan hati sang CEO cantik itu dan menyelesaikan misi nya?

apakah sang CEO cantik bisa jatuh ke dalam pesona tuan mafia kejam dan menerima perasaan dari mafia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evi Mardiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 rencana yang sesuai harapan

Keesokan harinya, dalam balutan baju kerja yang rapi, Laura menapaki pagi dengan tekad yang berapi-api. Meski para pemegang saham melarangnya menginjakkan kaki di kantor, ia bertekad untuk tetap pergi.

"Aku tak tahu apa yang akan terjadi di masa depan," gumam Laura dengan suara yang hampir tak terdengar.

Sesaat kemudian, Sintya memasuki ruangan dengan wajah yang pucat pasi dan mata yang sayu.

"Ada apa denganmu, Tuan Putri? Mengapa wajahmu terlihat begitu lesu dan lemas?" tanya Laura, mengamati Sintya yang berdiri di hadapannya.

"Semalam aku marathon drama Korea, jadi aku tidur terlalu malam..." keluh Sintya dengan suara yang serak, matanya berat tertutup oleh kantuk.

"Yuk, kita berangkat ke kantor sekarang," ajak Laura, mengulurkan tangan untuk memberi semangat pada sahabatnya itu. Mereka berdua lalu melangkah bersama, menentang larangan yang menggantung di udara, siap menghadapi tantangan yang akan datang.

Kedua gadis langsung berangkat ke kantor untuk menyelesaikan tugas nya, sekaligus untuk melanjutkan pembahasan nya dengan Albert, karena mereka sudah tau jika pria itu pasti akan datang ke kantor hari ini untuk menagih janji dengan dirinya.

"cepatlah kita harus segera datang sebelum Albert dan asistennya itu datang, sungguh aku tidak suka dengan pria itu yang memanfaatkan jabatan nya untuk menindas kita" ucap Sintya yang begitu dendam dengan Jeremy yang selalu mencari perkara dengan dirinya.

"sudahlah kau sebaiknya jangan terlalu membenci dia, nanti jika kalian berjodoh gimana itu" ucap Laura yang tertawa melihat sahabatnya yang kesal kekada dirinya.

"tidak ada dan tidak akan terjadi ya, aku tuh mau jodohku itu macam Kim Seokjin atau sama Kim Soohyun... Itu baru aku terima, kalau sama si Jeremy itu setiap hari aku naik darah loh" ucap Sintya kesal.

"terserah kau saja lah, berkhayal lah dengan pria haku mu itu wahai sobat" ucap Laura yang langsung pergi dari hadapan Sintya.

****************

Begitu memasuki area kantor, aura ketegangan sudah terasa. Albert dan Jeremy, dengan gaya yang tak kalah khas, sudah menantikan kedatangan Laura dan Sintya yang baru saja turun dari mobil. Sintya, dengan pandangan tajam dan hati yang mengeluh, menatap Jeremy.

"Mengapa aku harus bertemu dengan Jeremy yang selalu bisa mengacaukan hari-hariku?" pikirnya dalam hati, seraya melihat Jeremy yang tersenyum sinis kepadanya. Jeremy, sementara itu, tertarik dengan kemarahan Sintya, senyumnya semakin lebar saat melihat ekspresi gadis itu yang selalu berhasil memicu adrenalinnya.

Mereka berempat bertemu di depan pintu kantor. “Selamat pagi, Nona Laura dan Nona Sintya,” sapa Albert dengan senyum yang manis dan penuh arti.

Laura membalas dengan senyum hangatnya, "Selamat pagi, Tuan Albert dan Tuan Jeremy."

Ada sesuatu di udara, sebuah teka-teki yang hanya mereka yang terlibat yang tahu. Albert menangkap Jeremy yang mencuri pandang ke arah Laura, matanya menunjukkan tanda-tanda kekaguman yang tak bisa disembunyikan. Segera, Jeremy menyadari tatapan investigatif dari Albert dan membalas dengan pandangan yang mengatakan, 'Aku tahu apa yang kamu pikirkan.' Tegang, namun penuh intrik, pagi itu terasa lebih dari sekedar pertemuan biasa.

"ada apa dengan kalian berdua" tanya Sintya heran menatap kedua pria itu yang saling menatap.

"tidak usah kepo nona Sintya" balas Jeremy tersenyum miring.

"suk hati kau lah pak" ucap Sintya pasrah dengan keadaan.

"ekhemmmmm..... Jadi gimana keputusan mu nona, bukannya kau bilang ingin memberikan jawaban atas pertanyaan saya kemarin nona" tanya Albert menatap dalam kedua mata Laura.

"bisakah kita bicarakan soal ini di tempat lain saja tuan, sungguh aku tidak nyaman jika pembahasan seperti ini kita bicarakan di tempat seperti ini kan, aku takut ada orang lain yang akan mendengarkan pembicaraan kita nanti" jawab Laura menatap pria yang ada di depannya itu.

"baiklah aku akan ikut anda Nona Laura, anda mau kita membahas ini dimana" tanya Albert lagi.

"aku punya tempat bagus dan juga privasi yang cocok untuk kita membahas semua ini tuan, mati ikut saya" jawab Laura.

"baiklah, sebaiknya kita menggunakan mobil ku saja" ucap Albert yang disetujui oleh Laura.

Mereka langsung pergi dari kantor untuk membahas tentang ajakan nikah dari Albert.

****************

Sesampainya di tempat yang teduh dan penuh rahasia itu, keempat sosok tersebut segera mencari sudut yang paling nyaman untuk bersantai.

"Mari kita duduk di sini, Tuan," ucap Lara sambil menunjuk sebuah kursi menghadap Albert.

Dirinya pun duduk bersisian dengan Sintya, sembari melontarkan pandangan penuh arti. Albert, dengan mata yang tidak berkedip, menatap Laura yang duduk di hadapannya.

"Nah, bagaimana keputusanmu, Nona Laura?" tanyanya dengan suara yang mengandung berbagai harapan. Dengan napas yang tertahan, Laura menatap Albert tepat di matanya.

"Tuan Albert, aku telah mempertimbangkan ini semua dengan sangat matang...," ujarnya, suaranya pelan namun pasti. "Aku menerima lamaran pernikahanmu, dengan syarat kau harus membantuku mengambil kembali perusahaan ayahku."

Jantung Albert berdegup kencang, sukacita yang tak terbendung mengalir dalam dirinya. Inilah saat yang selama ini dia nantikan; dia berhasrat untuk segera menikahi Laura, untuk menguasai segala yang seharusnya menjadi miliknya, yang telah dirampas oleh ayah gadis itu. Dengan senyum yang tersungging penuh arti, Albert berkata,

"Tenang saja, Nona, aku akan membantumu merebut kembali perusahaan ayahmu, dan kau akan kembali menempati posisimu di sana." Namun di balik senyumnya, tersembunyi niat yang lebih gelap dan licik yang mungkin tidak Laura sadari.

"baiklah.... Dan terimakasih" balas Laura.

"tidak masalah nona, oh iya.... kita harus menikah secepat mungkin nona karena aku mendapatkan laporan dari anak buah ku jika para pemegang saham sudah mengadakan rapat rahasia untuk menjatuhkan posisi anda dan juga menyingkirkan anda dari jabatan itu" ucap Albert.

"kenapa harus seperti itu tuan" tanya Laura panik.

"Semua ini untuk kebaikanmu, Nona," suara Albert terdengar tegas dan pasti. Kejutan menyelimuti wajah Sintya saat mendengar kalimat dari pria di depannya itu. Laura mencoba untuk tetap tenang, namun nafasnya tersengal, seolah-olah setiap kata yang keluar dari mulut Albert tadi seakan menjerat lehernya.

"Baiklah, jika itu yang terbaik untuk saya, Tuan," Laura menggumam dengan nada berat, penuh rasa pasrah. "Beritahukan saja padaku kapan pernikahan ini akan dilangsungkan, namun aku ingin ini tetap menjadi rahasia," tukasnya dengan nada memohon. Albert menggeleng dengan tegas,

"Tidak, Nona. Pernikahan ini harus diumumkan kepada dunia. Tujuanmu menikah denganku adalah agar semua tahu bahwa kau adalah istriku. Dengan itu, kamu dapat menduduki posisimu dengan membawa namaku."

Setiap kata Albert seperti pukulan berat yang menimpa Laura, menyadarkannya bahwa tidak ada ruang untuk negosiasi. Laura terdiam, kecewa dan pasrah, menatap dalam ke pria yang akan segera menjadi suaminya, tanpa keberanian untuk membantah apa pun lagi..

1
Princes Family
Semangat, Kak..
EM💜💜: terimakasih kak
total 1 replies
ZonZon
cerita ini bikin saya ingin terus membacanya sampai selesai! Keren banget, thor!
EM💜💜: terimakasih kak, jadi semangat ini
total 1 replies
menhera Chan
Membuncah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!