Sebuah kenyataan pahit harus diterima oleh Liliana.
Suami yang dia cintai tiba – tiba mengatakan akan menceraikannya setelah dia melahirkan anak yang sedang dikandungnya.
Meskipun mereka menikah karena keterpaksaan ,Liliana sangat mencintai suaminya.
Namun badai besar itu datang dan memporak – porandakan rumah tangga mereka setelah Harrold menemukan kembali kekasih yang telah meninggalkannya tepat dihari pernikahan mereka dan membawanya pulang kerumah, tinggal satu atap dengannya.
Hati Liliana yang hancur semakin bertambah hancur ketika dia mengetahui fakta jika drama pernikahan ini sengaja dibuat oleh keluarga Harold untuk menjebaknya dalam skema licik yang telah mereka buat.
Mampukah Liliana bangkit dan keluar dari skema keji yang menjeratnya ?
Ikuti perjuangan Liliana dalam novel disetiap episodenya....
HAPPY READING.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Waktu berjalan dengan cepat dan semua hal berjalan dengan lancar tanpa kendala apapun.
Karir Liliana terus meroket tanpa bisa dihentikan, begitu juga dengan sidang gugatan yang dilayangkan kepada sang suami atas meninggalnya mbok Sumi beserta KDRT yang dialaminya sehingga menyebabkan bayinya meninggal dalam kandungan juga tak terasa menyisakan satu sidang putusan saja.
Namun semua itu tak membuat Liliana merasa tenang karena biasanya semakin tinggi pohon maka semakin kencang angin yang akan menerpanya.
Viralnya video KDRT yang dilakukan Harold terhadap Liliana membuat wajah wanita itu sangat familiar dimata masyarakat.
Apalagi sejak traumannya sembuh total, Liliana memutuskan untuk menerima beberapa tawaran produk yang ingin menjadikannya brand ambassador.
Alhasil wajah Liliana kini mulai bersliweran di papan iklan yang ada disepanjang jalan dengan aneka produk yang mulai dibintanginya.
Bukan hanya membintangi sejumlah iklan saja, resep masakan yang diciptakan oleh Liliana sudah mulai dibukukan dan kini siapa saja bisa membaca dan menerapkannya dirumah.
Liliana juga sering diundang dalam acara memasak baik itu diselenggarakan oleh komunitas ataupun acara yang ada ditelevisi.
Tak jarang juga bloger dan konten creator yang memiliki segmen kuliner mengajaknya untuk kolaborasi.
“ Lihat ma, wanita sialan ini semakin sukses dan popular ”
“ Sementara kita, hidup menderita seperti ini ”, ucap Sisil mengeluh.
Magie hanya bisa menghela nafas berat mendengar keluhan yang kesekian kalinya hari ini keluar dari mulut putri bungsunya itu.
Sejak sang suami meninggal dunia dan perusahaan telah dijual, Magie dan Sisil yang sudah terbiasa hidup mewah masih saja menghambur – hamburkan sisa uang yang mereka miliki untuk memberi barang bermerk dan kumpul dengan komunitas sosialitanya tanpa memikirkan masa depan mereka yang tanpa pemasukan itu.
Akibatnya sekarang mereka harus gigit jari ketika rumah mewah hasil rampasan dari Liliana terpaksa dijual agar bisa menopang gaya hidup hedon yang mereka miliki.
Bukan hanya rumah saja yang telah raib tapi mobil, motor, perhiasan serta beberapa tas mewah mereka terpaksa dijual untuk bisa menyambung hidup.
Sekarang keduanya hanya bisa tinggal dirumah yang sangat kecil yang mampu mereka beli dari hasil menjual semua barang yang mereka miliki.
Setidaknya, meski kecil tapi mereka tak perlu pusing memikirkan biaya kontrak rumah setiap tahun yang harus mereka keluarkan.
Sisil terus saja mengomel tanpa henti sementara Magie segera beranjak dari tempat duduknya ketika mendengar suara pembeli yang ingin membeli gorengan miliknya dan melayaninya dengan ramah.
Karena tak memiliki kemampuan apapun, Magie terpaksa berjualan gorengan didepan rumahnya yang telah diberi etalase kecil karena hanya ini yang bisa dilakukannya.
Berbekal bahan fresh setiap hari serta tepung bumbu bermerk yang digunakannya, meski sedikit mahal dari gorengan yang biasa dijual digerobak pinggir jalan namun pembeli yang datang tak kalah banyaknya.
Apalagi jika dalam kondisi hujan seperti ini, pasti sebelum ashar gorengan miliknya telah ludes terjual.
Biasanya Magie akan mulai jualan gorengan jam sepuluh pagi dan akan menutup warungnya begitu semua bahan yang dia pakai habis.
Meski tergolong remeh tapi setidaknya dari hasil dia menjual gorengan setidaknya bisa dia pakai untuk biaya hidup sehari – hari.
Apalagi Sisil yang masih tak mau menerima kondisi yang ada selalu marah – marah jika diatas meja makan tidak ada daging atau ayam sehingga Magiepun bekerja keras untuk memenuhi permintaan putri bungsunya itu.
Nasib buruk tampaknya bukan hanya dialami oleh Sisil dan Magie saja, Imelda yang merasa telah menemukan sugar dady kaya tak mengira jika dirinya akan diperlakukan layaknya barang yang akan digilir tiap kali teman – teman lelaki tua itu datang ke vilanya.
Seperti malam ini, Tio lagi – lagi menyelenggarakan pesta bersama teman – temannya di vila membuat Imelda yang berada dalam kamar menggigil ketakutan.
“ Kuharap kali ini aku tak lagi melayani mereka secara beramai – ramai ”, gumannya pelan.
Imelda sempat trauma ketika Tio dan dua orang rekannya mengaulinya secara bersama – sama.
Bahkan lubang anusnya sampai sekarang masih sakit akibat insiden tersebut dimana semua l****g yang ada didalam tubuhnya dimasuki secara bersamaan.
Belum apa – apa Imelda sudah merasa mulutnya ngilu akibat membayangkan jika seminggu kemarin mulut munggilnya itu tak dibiarkan tertutup akibat terus saja disodori benda keras dan panjang dengan paksa.
Jika dia menolak maka tak segan – segan mereka akan menjambak rambutnya dan menampar wajahnya berkali – kali hingga dia terpaksa kembali membuka mulut meski terasa sakit.
Ceklekkk....
Begitu pintu dibuka dan tampak lima orang termasuk Tio masuk kedalam kamar membuat tubuh Imelda langsung menyusut kebelakang.
“ Tidak....tidak....jangan lakukan bersama – sama ”, ucapnya sambil menggeleng – gelengkan kepalanya beberapa kali.
Namun, kelima orang lelaki tua yang berada dibawah pengaruh alkohol itu tak menghiraukan teriakan Imelda yang ketakutan.
Justru mereka semakin bernafsu melihat mangsanya berontak seperti itu hingga kelimanya pun langsung menyerang Imelda seperti hewan buas yang sedang kelaparan.
Krekkk....krekkkk...krekkkk.
Satu persatu pakaian yang Imelda kenakan dirobek dengan paksa dan dibuang begitu saja kelantai dalam bentuk yang tak utuh lagi.
Teriakan dan tangisan Imelda justru semakin memancing gairah mereka yang langsung menerkamnya dengan ganas.
Imelda yang tak bisa melawan pada akhirnya hanya bisa pasrah menahan semua rasa sakit yang ada saat ini.
Rasanya semua bagian tubuhnya akan hancur ketika semuanya menghentakkan secara bersama – sama disemua l****g yang ada ditubuhnya.
Permainan malam ini lebih kasar dari pada satu minggu kemarin. Apalagi jumlah orang yang menggagahinya lebih banyak sehingga penyakit jantung Imelda kambuh dan dia pada akhirnya pingsan ditengah – tengah permainan.
Melihat Imelda pingsan\, para lelaki hidung belang tersebut tak melepaskannya dan terus saja m*********a dengan kasar hingga mereka mendapatkan pelepasan dan tertidur akibat kelelahan.
Sementara itu, didalam jeruji besi Harold yang mendapatkan sebuah pesan tanpa nama sedikit mengerutkan keningnya, mencoba mengingat siapa gerangan orang yang ingin membantunya keluar dari dalam jeruji besi itu.
Padahal tinggal satu kali persidangan dan sudah bisa dipastikan dia akan mendekam didalam penjara seumur hidup sesuai dengan tuntutan yang diberikan kepadanya.
“ Jika hasilnya sudah ada, bagaimana bisa orang itu membebaskanku dari penjara ? ”, batinnya penuh tanda tanya.
Tiba – tiba dari arah belakang ada yang memukul tekuknya hingga membuat Harol langsung tak sadarkan diri.
“ Kebakaran....kebakaran.....”, teriak petugas seiring dengan alarm yang berbunyi sangat nyaring.
Para petugas kesulitan untuk memadamkan api yang tiba – tiba saja berkobar dan melahap habis seperempat lapas dalam sekejap hingga rata menjadi tanah.
Para petugas pemadam kebakaran merasa kesulitan karena kobaran api sangat besar dan juga menyebabkan konsleting listrik dibeberapa tempat sehingga banyak narapidana yang ada didalamnya tak bisa terselamatkan, termasuk Harold dan seluruh teman satu selnya.
Liliana yang melihat berita tersebut hanya menatap tajam layar ponsel yang ada dihadapannya hingga membuat suhu dalam ruangan menurun secara drastis.
Lola yang menyadari akan perubahan wajah sahabatnyapun mulai bersuara “ Bagaimana menurutmu ? ”.
“ Mereka telah muncul dan kita harus bersiap diri dari sekarang ”, ucap Liliana menyeringai tajam.