Cinta Di Waktu Yang Salah

Selesai Cici dan Irwan makan,mereka kembali ke ruang tamu dan berkumpul dengan yang lain.

"sudah selesai lo makannya?" tanya Riki kepada Irwan.

"sudah. Gimana orang tadi itu Ki?" ucap Irwan.

"itu yang mau gue tanya sama lo. Siapa orang itu? Apa benar lo itu merebut pacarnya?" tanya Riki.

"kenalin dulu dong teman gue ini,namanya Cici. Orang gila tadi itu mantannya Cici. Cici pacaran sama dia sudah 2 tahun Ki. Ternyata manusia 1 itu tadi,sudah punya isteri dan anak. Makanya Cici memilih mengakhiri hubungannya. Nah,orang itu tidak mau pisah sama Cici. Begitu ceritanya Ki." jelas Irwan.

"kenapa dia bisa bilang lo itu merebut Cici dari dia?" tanya Riki.

"tadi aku bilang ke dia,bahwa bang Irwan ini pacar aku bang. Makanya dia bilang bang Irwan ini merebut aku dari dia. Aku putus dari dia sudah 6 bulan ini bang. Tetap saja dia mengejar aku. Kemarin kan aku bekerja di cafe bareng sama bang Irwan. Sekarang cafenya sudah tutup kan. Makanya aku pulang ke kampung. 1 minggu aku di rumah,dia datang ke rumah aku bang. Sudah aku jelaskan ke keluarga aku,siapa dia sebenarnya. Haaaahhh....! Makanya aku bilang ke mama aku,lebih baik aku ke kota saja bang. Supaya aku bisa jauh dari dia. Ternyata,dia ikuti aku sampai kota. Aku bingung harus bagaimana bang. Terimakasih ya buat kalian semua,sudah menolong aku dari pria brengsek seperti dia." jelas Cici.

"ooo...! Begitu ceritanya...! Terus selama kalian berdua berhubungan,isterinya tahu?" tanya Riki.

"tidak bang. Aku itu kalau pacaran sama orang,pasti percaya dengan omongannya daripada omongan orang lain. Padahal sudah sering orang bilang kepada aku,bahwa dia itu sudah punya isteri. Tetap saja aku tidak percaya,sebelum aku sendiri yang membuktikannya bang. Hahaha....! Bodoh sekali aku kan...! Sekarang aku sudah tidak ingin pacaran lagi bang. Trauma sekali aku bang." jelas Cici.

"jangan bicara seperti itu Ci. Kamu itu masih muda Ci. Cobalah buka pintu hati kamu untuk orang lain. Kubur dalam-dalam kenangan terburuk kamu bersama dia. Coba lah Ci! Jangan sampai seperti teman aku Ci. Sudah 5 tahun dia menunggu jawaban dari pacarnya,tapi apa? Sampai sekarang itu cewek tidak pernah kembali lagi. Kabarnya sih cewek itu sudah di jodohkan sama orang tuanya. Ya kan Wan,Ki...!" ucap Barry.

"benar Ci...! Cobalah buka pintu hati kamu buat yang lain. Kalau cerita itu sih gue tidak ikut campur ya. Hahahah..." ucap Riki.

"sindir saja gue terus....! Ujung-ujungnya gue juga yang kena sama kalian." ucap Irwan.

"ternyata abang yang di maksud? Kok bisa sih bang? Bagaimana ceritanya?" tanya Cici.

"nanti saja aku cerita ke kamu ya Ci. Aku mau mandi dulu. Sudah sore ini. Habis itu kamu mandi ya." jawab Irwan.

"baiklah...!" jawab Cici.

Irwan sedang mandi,dan Cici sedang asik ngobrol bersama Riki,Barry dan pacarnya Riki yang bernama Elsa.

"Ci,kamu nanti malam tidur saja di kost aku. Biar aku ada teman curhat." ucap Elsa.

"aku tanya bang Irwan dulu ya Sa. Aku mau saja sih Sa." jawab Cici.

"Ci,apa kamu tidak merasa aneh kepada Irwan?" tanya Barry.

"maksudnya bang? Aneh kenapa? Perasaan aku,bang Irwan itu biasa saja sih." jawab Cici.

"apa kamu tidak merasakan sesuatu yang beda gitu?" ucap Barry.

"tidak bang." jawab Cici.

"menurut kamu,Irwan itu bagaimana orangnya Ci?" tanya Riki.

"bang Irwan itu baik ke siapa pun. Selama aku kerja di cafe bareng dia,dia itu orangnya asik sih diajak bicara. Tapi kenapa ya bilang karyawan yang lain itu,kalau bang Irwan itu susah sekali diajak bicara. Dia itu seperti kulkas." ucap Cici.

"dia emang seperti itu Ci. Tidak semua orang yang bisa akrab sama dia. Apalagi perempuan Ci. Dia itu kalau sudah pacaran,setia sekali kepada pasangannya." jelas Riki.

"terus kemana pacarnya bang Irwan itu sekarang bang?" tanya Cici.

"kalau masalah itu,lebih baik Irwan saja yang menjelaskan ya. Kami tidak ingin cerita masalalunya Irwan Ci." jawab Riki.

Irwan selesai mandi,dan bergabung kembali dengan teman-temannya.

"asik sekali kalian ngobrol ya...! Ci,kamu mandi gih." ucap Cici.

Cici pergi mandi. Setelah mandi,Cici ganti baju di kamar Barry. Ternyata Irwan berada di kamar Barry.

"kenapa disini bang? Aku mau ganti pakaian aku." ucap Cici.

"tadi ponsel aku berdering. Nomor baru menelpon aku. Pas aku angkat,dia malah diam saja. Ganti saja baju kamu. Aku tidak melihatnya kok. Aku coba telepon ke nomor itu kembali." jelas Irwan.

"aku ganti baju di kamar mandi saja deh. Mana tahu itu telepon dari pacar abang." ucap Cici.

Irwan terus menghubungi kembali nomor yang tak di kenal itu. Sudah ada 10 kali Irwan menelpon,tetap saja tidak di angkat. Dan yang ke 11 kali,akhirnya di angkat juga.

"halo...! Ini nomor siapa ya?" ucap Irwan.

orang itu tidak mengeluarkan suara.

"ini lo yen? Kalau benar ini lo,gue selalu menunggu lo kembali ke kota ini Yen. Tapi tidak diri lo yang gue tunggu lagi Yen. melainkan alasan lo Yen. Sudah cukup 5 tahun gue menunggu lo Yen. Gue sudah menutup pintu hati gue untuk lo lagi Yen. Gue hanya ingin mendengar penjelasan lo saja Yen." ucap Irwan.

Cici merasa aneh dengan ucapan yang di sampaikan oleh Irwan.

"dasar brengsek lo Wan...!" ucap Wanita yang di telepon oleh Irwan.

"benar lo ini kan? Hahaha.... Sekarang ini gue yang brengsek,apa lo? Lo sekarang ini kan sudah menikah Yen. Jadi lo harus melupakan gue. Begitu juga dengan gue Yen. Gue sekarang sudah membuka pintu hati gue buat yang lain. Jadi lo tidak usah mencari gue lagi. Paham...!" ucap Irwan.

Riki dan Barry mendengar Irwan berteriak seperti itu,mereka berdua masuk ke dalam kamar.

"kenapa Irwan Ci?" tanya Riki.

"bang Irwan tuh sedang nelpon sesorang. Aku tidak tahu siapa yang di teleponnya." ucap Cici.

Cici dengan spontan duduk di samping Irwan,dan menghapus air mata Irwan.

"apa Yeyen yang nelpon?" tanya Riki kepada Barry.

"kalau benar Yeyen,berani sekali dia menghubungi Irwan. 5 tahun ini apa kabar dia?" ucap Barry.

"Sudah bang...! Jangan menangis lagi." ucap Cici yang sedang mengusap air mata Irwan.

"siapa wanita itu Wan? Brengsek lo ya Wan. Beraninya lo sama wanita lain." ucap Yeyen.

"dia pacar gue. Lo tidak ada hak melarang gue lagi Yen." jawab Irwan.

Barry mengambil ponsel Irwan. Dan barry bicara kepada Yeyen.

"Lo tidak berhak melarang Irwan berhubungan dengan siapa pun Yen. Ingat Yen,lo sekarang sudah menjadi isteri orang. Lo bilang Irwan brengsek? Lo lebih brengsek Yen. Lo pikir kami tidak tahu semua tentang lo disana? Yang lo bilang anak Irwan. Lucu sekali lo Yen. Anak itu tidak ada kan Yen. Lo hanya mengarang cerita saja. Lo juga Wan,kenapa lo masih menunggu penjelasan dari wanita brengsek ini. Lo sudah tahu semuanya kan. Lebih baik lo fokus saja dengan suami lo Yen. Jangan menghubungi Irwan lagi. Dia sudah bahagia dengan pacarnya sekarang Yen." jelas Barry.

Barry langsung mematikan telepon Yeyen.

"sudah puas lo kan bicara sama wanita itu? Lebih baik lo ganti nomor saja. Kenapa lo tangisi wanita itu lagi Wan?" ucap Barry.

Irwan langsung menangis di pelukan Cici. Cici bingung harus bicara dan berbuat apa kepada Irwan.

"lo itu tidak sendirian Wan. Kan masih ada kami buat lo Wan." ucap Riki.

"Sudah diam bang. Maksudnya anak?" tanya Cici.

"jadi begini Ci. Irwan dan Yeyen itu pacarannya sudah terlalu jauh lah. Yeyen juga dulunya kerja di cafe itu juga Ci. Katanya Yeyen ini hamil,dia minta izin lah kepada Irwan,untuk balik ke kampung dia Ci. Kata wanita ini, dia keguguran. Waktu itu dia di rumah sakit. Dia minta pertanggung jawaban sama Irwan. Irwannya mau Ci. Awalnya dia bilang dia keguguran. Habis itu dia bilang lagi anak itu masih ada. 3 tahun kemudian,nelpon kembali lah Yeyen. Memberi tahu kalau dia sudah menikah 1 tahun kepada pria yang di jodohkan oleh orang tuanya Ci. Kata wanita ini,anaknya Irwan itu selalu menanyakan Irwan. Terus,Irwan bilang. Kalu dia emang sudah menikah dengan orang lain dan anak itu benaran ada,Irwan akan bertanggungjawab terhadap anak itu saja. Kami tidak tinggal diam begitu saja dong Ci. Kami minta tolong kepada teman kami yang 1 kampung dengan Yeyen,untuk mencari tahu kebenarannya. Ya... Itu tadi Ci. Ternyata anak itu hanya cerita bohong dari dia saja." jelas Riki.

"oo...begitu! Kalau begitu ceritanya,ya cewek itu lah yang brengsek. Bukan bang Irwan." jawab Cici.