My Husband And Ex-lover Are Idols

Pagi hari, kediaman Dami dan Seokjin, terlihat Seokjin telah selesai bersiap untuk berangkat ke tempat latihan.

“Oppa? Kamu tidak sarapan dulu?” Tanya Dami, yang melihat Seokjin di depan pintu sedang memaki sepatunya.

“Tidak, Sayang. Aku akan makan di jalan, soalnya aku sudah ada jadwal latihan bersama para member.”

“Dan ini, pakailah ini untuk membeli semua kebutuhan mu, rumah dan juga anak kita.” Ucap Seokjin sambil memberikan black card yang dia miliki.

“Oppa, apa tidak ada kartu lain? Ini terlalu banyak.”

“Tidak ada, Sayang. Apa kamu lupa bahwa suami mu ini lelaki yang kaya raya? Jadi pakailah semau mu, beli apa yang ingin kamu beli.” Ujar Seokjin.

“Sudah, aku berangkat dulu. Apa kamu tidak ingin menemaniku latihan?” Ujar Seokjin berbalik menghadap Dami.

“Tidak untuk kali ini Oppa, aku masih belum siap bertemu dengan...”

“Baiklah, Sayang ku, kalau gitu aku berangkat sekarang, telfon aku kalau butuh sesuatu.” Ujar Seokjin yang langsung mencium kening Dami dan pergi.

“Aku benar-benar beruntung bertemu dengan lelaki sepertinya.” Gumam Dami sambil melihat punggung suaminya yang semakin menghilang.

Belum ada hitungan jam kamu pun sudah merasa bosan dan juga lapar. Kamu pun bergegas ke dapur untuk membuat makanan.

“Eh! Nyonya, Ada apa? Apa ada yang bisa saya bantu?” Ucap Ajumma, pelayan di sini.

“Saya lapar, ajumma. Jadi saya mau membuat makanan untuk saya makan.”

“Maaf, Nyonya, kalau gitu Nyonya bisa menunggu di meja makan, biar saya yang buatkan.”

“Tidak usah, Ajumma. Biar saya masak sendiri. Kebetulan saya juga bosan di rumah tidak melakukan apa pun.” Ucap Dami, yang tidak ingin merepotkan orang lain.

“Sekali lagi, saya minta maaf Nyonya, tapi tuan Seokjin tidak memperbolehkan Nyonya untuk melakukan pekerjaan rumah. Jika saya ketahuan, tuan Seokjin akan langsung memecat saya, maaf.” Jelas Ajumma.

“Omo! Yasudah kalau memang begitu, tolong buatkan saya makanan ringan saja ya, Ajumma. Saya akan menunggu di meja makan.” Ujar Dami.

“Baik, Nyonya. Kalau begitu mohon tunggu sebentar.” Ucap Ajumma, dan bergegas ke dapur.

Sedangkan Dami, bergegas ke meja makan. Namun sebelum duduk Dami mencoba untuk menelfon suaminya, Seokjin.

“Kenapa gak di angkat, sih. Apa Oppa masih sibuk?” Ujar Dami yang terus menelpon Seokjin.

Di ruang latihan, terlihat Seokjin baru saja selesai latihan dan bergegas membuka ponselnya yang sedari tadi terus berdering.

“Siapa sih, Hyung? Dari tadi bunyi terus tuh handphone.” Tanya Taehyung.

“Yaelah Tae, lo pake segala nanya lagi, palingan gak jauh noona yang nelpon.” Ujar Jimin.

*Noona, panggilan dari pria ke wanita yang lebih tua, namun di sini artinya kakak ipar.*

"Ya, nyonya Kim Seokjin yang nelpon.” Ujar Seokjin tersenyum.

“Aigo, memang beda deh yang sekarang punya istri mah.” Ucap Hoseok.

“Angkat aja sana, Hyung. Nanti kita yang ada di sini malah kena amuk juga, kalau Hyung kelamaan angkatnya.” Ujar Jungkook terkekeh.

“Ya udah bentar ya, Hyung angkat dulu.” Ucap Seokjin bergegas ke luar ruang latihan.

“Bangsat!! Ini bener-bener gak bisa di biarin.” Umpat Yoongi, yang kesal melihat Seokjin.

“Hyung, kamu kenapa? Kelihatannya dari kemarin Hyung marah-marah mulu.” Ujar Namjoon yang ada di sebelah Yoongi.

“Tidak apa, aku hanya sedang badmood aja.” Ujar Yoongi.

Seokjin, bersandar di dinding depan pintu ruang latihan, segera mengangkat telfon dari istri kecilnya.

“Hallo, Sayang, ada apa?”

“Yak! Oppa, apa ponselmu kamu taruh di dasar laut? Kenapa lama sekali mengangkat telfonnya.”

“Aigo, nyonya Kim Seokjin kenapa ngomel mulu sih? Kamu tidak mungkin datang bulan, kan?” Goda Seokjin.

“Yak! Oppa, aku sedang bicara serius.”

“Ya, ya, Sayang, iya. Cepat katakan, kamu ada perlu apa?” Ujar Seokjin, mengalah pada Dami.

“Kenapa Oppa, menyuruh ajumma untuk melarang ku melakukan pekerjaan rumah?”

“Aigo, kamu meneleponku hanya karena itu? Aku hanya tidak ingin kamu kecapean. Itu tidak baik untuk wanita hamil sepertimu.” Jelas Seokjin.

“Tapi tidak perlu sampai segitunya, Oppa. Aku bosan di rumah sebesar ini tidak melakukan apapun.” Keluh Dami.

“Loh, kenapa kamu tidak belanja saja? Aku kan sudah memberikan card untukmu belanja.”

“Aku tidak mau, aku takut kalau harus keluar sendiri.”

“Aigo, ternyata istriku ini benar-benar orang yang manja.”

“Ya sudah sekarang kamu bersiap-siap, sebentar lagi aku pulang dan kita pergi bersama.” Ujar Seokjin.

“Beneran, Oppa? Ya sudah aku bersiap-siap dulu.” Ujar Dami senang dan langsung menutup panggilannya.

“Sayang? Hallo? Aishh, benar-benar wanita yang sulit di tebak.” Ucap Seokjin, menaruh handphone di sakunya dan bergegas masuk ke ruang latihan kembali.

Begitu Seokjin masuk ke dalam ruangan, terlihat semua anggota penasaran dengan apa yang di bicarakan, oleh pasangan itu.

“Hyung, cepat katakan apa yang di katakan noona padamu?” Ujar Jimin, yang paling penasaran.

“Yak! Jimin-ssi! Kenapa lo kepo sekali dengan urusan rumah tangga orang.” Ujar Taehyung yang seumuran dengannya.

“Tahu nih, Jimin Hyung.” Ucap Jungkook.

“Hoseok-ah, apa latihannya sudah selesai?” Tanya Seokjin, yang mengabaikan ucapan para makne line itu.

*Makne, sebutan untuk anggota termuda dalam grup.*

“Udah kok, Hyung. Emangnya ada apa?” Tanya Hoseok balik.

“Noona mu bosan dan aku ingin mengajaknya jalan-jalan.” Ujar Seokjin.

“Yaudah, Hyung, kita udah selesai kok, kalau Hyung mau balik boleh aja kok.” Ujar Hoseok.

“Oke Hoseok-nim, kamu memang yang terbaik.” Goda Seokjin, yang memanggil adiknya dengan terhormat.

“Oh iya satu lagi, besok kita tidak ada jadwal, kan? Aku mau mengantar istriku periksa kandungan.” Ujar Seokjin yang memeriksa jadwal mereka.

Selain, Yoongi dan Seokjin, member lainnya tidak mengetahui soal kehamilan Dami. Makanya saat ini... semua member terkejut dan juga bingung, karena ucapan Seokjin.

“Hah! Periksa kandungan? Noona hamil, Hyung? Cepet banget.” Ucap Namjoon.

“Yak, Hyung jangan bercanda, kau kan baru saja menikah, masa noona udah langsung hamil.” Ucap Jungkook.

“Hustt, Jiminie pabbo, menurutmu bagaimana?” Bisik Taehyung, mendekatkan wajahnya.

“Mana aku tau bodoh! Aku kan belum menikah.” Ucap Jimin, sambil mendorong muka Taehyung yang ada di dekatnya.

“Ya, mungkin saja Seokjin Hyung menikahi wanita yang sudah hamil dengan lelaki lain.” Sindir Yoongi.

“Yoongi Hyung! Jangan sembarangan bicara begitu.” Ucap Hoseok.

“Kalau benar, memangnya..., kenapa? Aku menikahi wanita yang di hamil oleh lelaki yang tidak bertanggung jawab.” Ujar Seokjin menatap tajam Yoongi.

“Tidak bertanggung jawab, kau bilang? Apa kau sudah mencari tau kenapa laki-laki itu pergi darinya?” Ujar Yoongi, yang tidak terima dengan ucapan Seokjin.

“Heh! Apakah itu penting?”

“Yang terpenting sekarang aku akan menjaganya dan menganggap anak yang ada di dalam kandungannya sebagai anakku sendiri.”

“Dan aku tidak akan membiarkan lelaki manapun merebut dia dan juga anaknya terlebih lagi itu adalah lelaki pengecut itu sendiri.”

Ujar Seokjin yang terus saja menyindir dan sinis pada Yoongi.

“Bangsat!” Ucap Yoongi sambil mengepalkan tangannya dan bersiap untuk meninju wajah Seokjin.

“Ada apa? Kenapa kau terlihat begitu kesal Yoongi~a! Apa kau mengenali istriku?” Ujar Seokjin sambil tersenyum simrk.

“Aku tidak mungkin mengenal wanita jalang seperti dia!” Teriak Yoongi.

Semua member pun terkejut mendengar apa yang di ucapkan oleh Yoongi, namun... lain halnya dengan Seokjin yang langsung melayangkan bogem mentah pada Yoongi.

Bugh! Satu pukulan berhasil mengenai ujung bibir yoongi.

“Lebih baik jaga bicara mu! Aku bukan orang yang bisa bersikap baik, jika kau seenaknya mengatai orang terdekat ku!” Ujar Seokjin.

“Kenapa? Apa kau kesal? Aku peringatkan padamu. Yang seharusnya milik ku, akan tetap menjadi milikku! Aku tidak akan diam saja! Aku akan merebut dia kembali sebagaimana seharusnya!” Ujar Yoongi yang makin memancing amarah Seokjin.

Seokjin yang telah diliputi amarah, mencengkram kerah leher milik Yoongi, semua member yang melihat keduanya langsung menahan dan menjauhkan mereka.

“Yak! Lepaskan! Sebenarnya apa yang kalian berdua tutupi dari kami!” Seru Jungkook mencoba melepas genggaman Seokjin pada Yoongi.

“Hyung sudah! Ada apa dengan kalian!” Ujar Hoseok, menahan Yoongi.

“Yak, apa begitu cara kalian menyelesaikan masalah?!” Ucap Taehyung.

“Seokjin Hyung, lebih baik kau pulang, noona pasti sudah menunggumu.” Ucap Jimin.

“Benar kata Jimin, lebih baik kamu pulang sekarang Hyung, kasihan noona kalau menunggu lama.” Ucap Namjoon, mengiyakan ucapan jimin.

Mendengar semua ucapan adiknya membuat Seokjin langsung meninggalkan ruang latihan tanpa berbicara apapun.

“Hyung apa tidak ada yang ingin kamu jelaskan?” Tanya Namjoon setelah kepergian Seokjin.

“Nggak! Gak mood! Aku keluar sebentar!” Ucap Yoongi sambil berjalan keluar. Meninggalkan member lainnya.

Pada waktu yang bersamaan, Dami telah selesai dan menunggu Seokjin di depan pagar rumah, setelah menunggu cukup lama. Dami mulai terlihat kesal.

“Astaga, kenapa dia lama sekali, sih.” Keluh Dami.

“Omo! Dia sudah menunggu di situ dari kapan? Tamat riwayatku.” Ujar Seokjin yang melihat Dami.

“Itu dia! Ishh pengen sekali aku rauk wajahnya.” Ujar Dami, yang melihat mobil Seokjin.

“Hei, istri Kim Seokjin, masuklah. Maaf tadi ada masalah sedikit.” Ujar Seokjin, sambil menurunkan kaca mobil.

“Kenapa tidak sekalian besok saja sampai nya!” Ujar Dami kesal.

“Aigo, kamu marah?”

“Sudah cepat masuk Yaebo, atau mau aku gendong?” Ujar Seokjin yang masih sempat menggoda istrinya.

*Yaebo, panggilan sayang untuk pasangan yang telah menikah.*

“Nggak, gak perlu.” Kesal Dami sambil berjalan masuk ke mobil.

Melihat Dami sudah masuk ke mobil, walaupun terlihat kesal. Seokjin segera melajukan mobilnya..

“Kamu mau pergi kemana, Sayang?” Tanya Seokjin.

“Terserah kamu saja, aku sudah tidak mood.”

“Aigo, apa karena aku kelamaan menjemputmu? Maafkan aku Sayang. Tadi ada perdebatan kecil di ruang latihan.” Ucap Seokjin menjelaskan.

“Perdebatan dengan siapa? Apa yang kalian debat kan!”

“Debat bersama mantan kekasihmu, dan tentu saja berdebat tentang mu.” Jawab Seokjin santai.

Mendengar itu Dami langsung melupakan kekesalannya, menjadi rasa penasaran dan mendekati Seokjin.

“Ck! Wanita ini benar-benar, kalau masalah yoongi kenapa cepat sekali.” Decak Seokjin.

“Aku penasaran Oppa, cepat apa yang dia katakan.”

“Nanti aku ceritakan setelah kita sudah pulang.”

“Benar ya, Oppa.”

“Ya, Sayang.”

...........................................

...****************...

......................