NovelToon NovelToon
Lonceng Cinta

Lonceng Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Angst / Romansa / Slice of Life
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Alya harus menjalani kehidupan yang penuh dengan luka . Jatuh Bangun menjalani kehidupan rumah tangga, dengan Zain sang suami yang sangat berbeda dengan dirinya. Mampukah Alya untuk berdiri tegak di dalam pernikahan yang rumit dan penuh luka itu? Atau apakah ia bisa membuat Zain jatuh hati padanya?

Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....

yuk ramaikan....

Update setiap hari....

Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, subscribe, like, gife, vote and komen ya...

Buat yang sudah baca lanjut terus , jangan nunggu tamat dulu baru lanjut. Dan buat yang belum ayo buruan segera merapat dan langsung aja ke cerita nya, bacanya yang beruntun ya, jangan loncat atau skip bab....

Selamat membaca....

Semoga suka dengan cerita nya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

hp dan dompet Alya ada pada Farah, entah apa yang ada di otak gadis remaja satu ini. Sampai memperlakukan Alya seperti itu, Zain menatap tajam ke arah Farah.

"Di mana Alya kau tinggalkan?" tanya Zain terdengar penuh penekanan pada nada suaranya.

"Mama," gumam Farah merengek.

"Aduh! Jangan melotot begitu ke adikmu, Zain. Siapa tahu si Alya emang pergi dan lupa jalan balik ke tokonya," belas Soraya.

"Diam! Jangan ikut menyela Soraya. Ini sudah sangat larut malam, dan Alya malah ditinggal di luar sendirian," sela Usman.

"Di toko mana kau tinggalkan Kakak iparmu, Farah? Jangan diam saja. Kalau tidak mau bisu beneran," lanjut Usman marah.

Air mata meleleh begitu deras dari pipi Farah, ini semuanya karena Alya. Kenapa orang-orang di rumah sebegitu sayangnya sama gadis sialan itu, yang baru beberapa bulan bergabung dengan keluarganya.

"Jangan menangis! Ngomong!" hardik Zain kehabisan kesabaran.

Membuat Soraya sang ibu tersentak mendengar kerasnya suara sang putra, Farah semakin menangis keras saja.

"Di toko baju langganan biasa, Mas," jawab Farah pada akhirnya.

Tanpa banyak omong, Zain melangkah menuju lantai atas. Meninggalkan ketiganya di ruangan keluarga, Usman menatap gemas ke arah sang putri.

"Kau benar-benar bikin Papa kecewa, Farah. Kau ini manusia, tetapi kok bisa kayak gini. Melakukan kejahilan di luar nalar, gak manusiawi sekali." Usman mengeleng-geleng kecil.

"Mulai besok semua kartu ATM milikmu, Papa blokir."

"PAPA!" teriak Farah keras dengan intonasi nada suara merengek.

Usman beberapa kali berdecak kesal melihatnya, melangkah terus menuju kamarnya. Dari arah anak tangga, Zain turun dengan jaket tebal dan kunci mobil di tangannya. Farah semakin menangis tersedu-sedu, Soraya hanya mendesah resah melihat putrinya.

Sedangkan di tempat lain, Alya duduk di anak tangga. Tidak tahu harus bagaimana, ia memasukan hp dan dompetnya di tas Farah. Siapa yang menyangka kalau Farah meninggalkan dirinya di toko baju, mahal itu. Hingga sang pegawai mengusirnya untuk segera keluar, Alya tertegun saat itu.

Gadis ini berpikir kalau Farah masih berada di area toko yang sangat besar itu, untuk mencari baju apa yang ia inginkan. Nyatanya gadis remaja itu malah meninggalkan Alya di sana, tidak bisa pulang.

"Ya Allah!" gumamnya terdengar lirih.

Ingin melangkah ke arah badan jalan, mencari kendaraan. Jalan sudah sangat sepi, kendaraan yang berlalu-lalang hanyalah mobil pribadi. Alya pun tidak tahu ia harus jalan ke mana, pada akhir harapan Alya hanya satu. Farah sadar kalau sudah meninggalkan dirinya di dalam toko, dan datang menjemputnya.

Kedua matanya tampak basah, ia takut. Sendirian di sana, toko-toko mahal yang berjejer sudah tutup sedari 2 jam yang lalu.

"Jangan menangis." Alya mengusap perlahan air mata yang jatuh di pipinya.

Deru mesin mobil yang masuk ke dalam pekaranggan emperan toko, lampu mobil menyilaukan. Alya menghalang pecahan lampu mobil yang membuat matanya perih dengan kedua telapak tangannya, pintu mobil terbuka.

Derap langkah kaki setengah berlarian mendekat Alya, gadis itu tersentak. Kepalanya menengadah menatap siapa yang kini berdiri di depannya dengan guratan wajah khawatir, Alya bangkit.

"Mas Zain!" Alya berseru lega.

Ia memeluk Zain dengan erat, membenamkan wajahnya. Ia sangat-sangat bersyukur karena kedatangan Zain, Allah mengabulkan doanya.

"Astaga, Alya! Kenapa kau hanya duduk di sini. Tidak mencari taksi atau apapun itu, orang di rumah sudah khawatir karena kau tidak pulang dengan Farah," ucap Zain terdengar antara lega dan kesal menjadi satu.

"Maaf, Mas. Aku pikir Farah akan kembali menjemputku di sini. Dan aku tidak berani men-stop taksi karena tidak ada uang untuk bayar," ucap Alya terdengar lemah.

"Emangnya ada berapa manusia di rumah itu, Alya? Saat kau sampai di gerbang. Kau bisa pinjam uang satpam untuk membayar taksi," tukas Zain.

Ingin sekali Zain marah pada gadis ini karena dinilai begitu bodoh, merasa tubuh sang istri menggigil. Ia mengurungkan niatnya, Zain melepaskan pelukan sang istri. Membuka jaket yang ia pakai, menyematkan pada tubuh sang istri.

Entah sedari jam berapa Alya dibiarkan duduk di anak tangga, ia benar-benar merasa sangat marah pada Farah. Kenapa Farah bisa seperti itunya, adiknya itu harus Zain berikan hukuman. Karena bisa membahayakan Alya, meskipun seberapa tak sukanya sang adik pada sang istri. Tetap saja, Zain tak habis pikir.

.

.

.

Genggaman tangan yang erat, membawa senyum lebar dari Alya. bagaimana pun, Ayu adalah atasan yang sangat perhatian, tegas, dan sangat tulus pada orang berkerja di bawah asuhannya.

Hari ini ia mendatangi kafe tak jauh dari kantor milik sang suami, lantaran ingin bertemu dan makan siang dengan Ayu. Sekaligus berterima kasih pada Ayu, atas bantuannya. Membela Alya tanpa gentar, di hadapan para pria berkuasa.

"Yang terpenting saat ini kau baik-baik saja, Alya." Ayu berucap lembut.

"Jujur saja aku sedikit syok, karena Pak Presdir datang. Katanya kau itu perempuan yang spesial untuk Pak Presdir. Orang-orang gempar bergosip setelah kau dibawa pergi," sambung Ayu.

Alya mengulum senyum, dan berkata, "Ah, tidak begitu juga, Mbak. Saya dan Pak Zain saling mengenal," dusta Alya.

Sepertinya Zain masih tidak ingin orang-orang mengetahui siapa dan apa hubungan antara mereka berdua, dan memilih menyembunyikannya. Alya mendesah kecil, setidaknya perubahan sikap Zain padanya sudah sangat patut Alya syukuri.

"Oh, begitu. Tapi kayanya hari itu Pak Presdir marah banget, sampai semua orang yang terlibat dipanggil dan di interogasi," ujar Ayu.

Kepala Alya mengangguk kecil, membalas genggaman tangan Ayu dengan lembut.

"Makasih banyak, Mbak. Kalau saja saat itu Mbak tidak datang dan menolong, aku gak tahu bagaimana jadinya. Mbak bahkan dengan beraninya melawan mereka," ujar Alya dengan lembut.

" Padahal bisa saja pekerjaan Mbak Ayu menjadi taruhannya," lanjut Alya.

Ayu terkekeh kecil, ia pun sebenarnya tak tahu kenapa dia bisa seperti itu. Berlari begitu saja saat tahu Alya membersihkan ruang rapat bekas anggota marketing rapat, ia merasa seakan ada yang mendorong dirinya untuk pergi.

Benar saja saat itu ia melihat adegan yang membuat bulu kuduknya berdiri, entah keberanian dari mana saat itu. Tangannya bergerak menyelamatkan Alya, sampai membelanya saat lelaki itu menyudutkannya.

"Aku rasa, Allah membantumu melalui, aku. Aku pun gak tahu bisa seperti itu, Alya."

"Alya!" seruan dari arah belakang tubuh Ayu membuat keduanya menoleh ke arah suara.

Ayu melepaskan genggaman tangannya, ia melongok ke belakang. Wanita cantik melangkah mendekati meja mereka, dengan ekspresi wajah tampak begitu ramah. Pupil mata Ayu membesar melihat siapa gerangan sang wanita yang menghampiri meja mereka.

.

.

.

1
Annisa Rahman
Mari mari yuk mampir kesini ditinggu kedatangannya
bolu
selama baca dari chapter 1-22 jalan ceritanya sangat bagus dan fresh, tolong secepatnya update chapter ya kak ✨🌼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!