Hari itu Jeri tak sengaja melihat Ryuna yang sedang menari sendirian di lapangan basket. Ia yang memang dasarnya iseng malah memvideokan gadis itu. Padahal kenal dengan Ryuna saja tidak.
"Lo harus jadi babu gue sampai kita lulus SMA."
"Hah?!" Ryuna kaget.
"Pasti seru." Jeri tersenyum misterius membuat Ryuna menduga lelaki itu akan menyiapkan seribu rencana untuk membuatnya sengsara.
"Seru apanya?! Fix sih, lo yang nggak waras di sini!" gadis itu menatap Jeri dengan pandangan menghujat.
Sejak hari itu, Ryuna harus selalu berurusan dengan Jeri yang senang sekali bukan hanya mengganggu namun juga menjadikannya babu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28
Jeri masih tertawa. Ia menggeleng lalu tawanya mereda.
"Bonyok gue juga bakal marah kalau mereka tahu," kata Jeri sambil memandang jauh ke langit.
"Bonyok tuh artinya semacam memar. Siapa yang bikin itu jadi singkatan dari bokap nyokap ya?" tanya Ryuna random.
"Bokap lo kali," jawab Jeri asal.
"Nggak mungkin. Dia pasti malah marahin orang yang bikin kata bonyok jadi singkatan daripada jadi orang yang buat. Bokap gue terlalu serius."
Jeri menatap Ryuna seolah berkata, "Nggak ngaca."
"Tapi seserius apa pun bokap lo dia pasti pernah bolos atau nakal. Nggak ada yang sempurna atau sesuci itu."
"Mungkin, kayaknya dosa bokap gue terlalu serius," celetuk Ryuna.
"Bokap sama nyokap gue orangnya serius. Tapi kata nenek bokap, dulu dia sering bolos sama tawuran sampai nenek harus ke sekolah karena bokap keseringan dipanggil ke BK," cerita Jeri.
"Kayaknya kebiasaan buruk bokap lo nurun ke lo. Justru kayaknya karena mereka pernah nakal, makannya kita dilarang nakal biar nggak menyesal nantinya," ucap Ryuna tanpa saring.
"Tahu darimana mereka menyesal? Kalau mereka juga pernah nakal, seharusnya mereka bisa ngerti anak-anaknya."
"Jer, nggak ada sekolah jadi orangtua. Karena itu mereka belajar dari pengalaman, pernah jadi anak-anak, remaja, ada kalanya mereka pasti menyesal ngelakuin kesalahan. Terus kalau nggak dihukum lo mau diapain? Dasarnya orang yang bersalah kan emang dihukum. Apalagi yang susah dibilangin. Mungkin kalau udah jadi orangtua kita bakal ngerti," kata Ryuna.
Ia sebenarnya juga tidak begitu mengerti bagaimana pemikiran orangtua. Apalagi ibu dan ayahnya malah sering terlihat tak akur. Ryuna pikir dunia mereka terlalu rumit.
"Kita?"
Ryuna menoleh. "Iya, nggak mungkin lo remaja selamanya. Lo bakal menginjak usia dewasa. Terus mungkin kalau lo panjang umur, bisa jadi ayah."
"Pemikiran lo udah jauh? Habis SMA lo mau kawin?" Jeri bertanya asal.
"Sembarangan! Nggak lah, gue masih nyari tahu gue mau apa. Jodoh aja belum kelihatan batang hidungnya, gue belum mikir ke sana kali!"
"Pacar aja nggak punya kan?"
Ryuna mendelik. "Sialan."
Jeri kali ini tertawa.
"Jomblo nggak usah ngeledek jomblo," kata Ryuna membela diri.
Lelaki itu meredakan tawa. "Sekarang lo nyesel?"
Kening Ryuna mengernyit. "Nyesel kenapa?"
"Lo bolos."
Ryuna baru sadar jika ia seharusnya masuk kelas. Bukan malah meladeni Jeri.
"Ini karena lo!"
"Kenapa gue?"
"Karena tadi lo yang nyuruh gue ke sini. Terus nyuruh gue bolos."
Jeri menatap ke depan. "Kenapa lo mau?"
"Karena lo ngancam gue," jawab Ryuna.
"Kalau nggak diancam?"
"Ogah, yang bener aja gue nurut sukarela sama lo. Jer, lo bisa nggak sih hapus video itu sekarang?" Ryuna berdiri karena merasa cukup pegal dari tadi hanya duduk.
"Nggak, karena gue nggak mau." jawaban Jeri membuat Ryuna kesal sekaligus ingin menimpuk lelaki itu.
Jeri mengaduh ketika Ryuna memukul lengan atas kirinya.
"Lo bisa kan berhenti mukul gue?" kata Jeri.
"Nggak, karena gue nggak mau," jawab Ryuna menirukan ucapan Jeri.
"Lo udah mulai berani ngelawan gue."
Ryuna tak menanggapi, ia malah terpikir hal lain. "Astaga gue entar harus jawab apa kalau teman-teman gue nanya darimana sampai bolos pelajaran."
"Jawab aja sejujurnya."
"Gue maunya sih gitu. Tapi kalau gue bilang lo yang nyuruh, bolos sama lo, entar dikira kita dekat banget. Gue risi, apalagi teman-teman gue nggak suka sama lo."
"Kalau gitu entar kita ke UKS," kata Jeri.
Kening Ryuna mengernyit. "Ngapain?"
"Lo pura-pura sakit aja."