NovelToon NovelToon
Prince Gubee (Pangeran Pengubah Takdir)

Prince Gubee (Pangeran Pengubah Takdir)

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Epik Petualangan / Dunia Lain
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: R M Affandi

Gubee, Pangeran Lebah yang ingin merubah takdirnya. Namun semua tidaklah mudah, kepolosannya tentang alam membuatnya sering terjebak, dan sampai akhirnya menghancurkan koloninya sendiri dalam pertualangan ini.

Sang pangeran kembali bangkit, mencoba membangun kembali koloninya, dengan menculik telur calon Ratu lebah koloni lain. Dan keputusannya itu membuat kemelut baru dalam cerita ini. Apa yang terjadi pada Gubee selanjutnya?

Terus ikuti ceritanya hingga Gubee terlahir kembali di dunia peri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R M Affandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Merayap Dalam Gelap

Cahaya mentari pagi telah menyinari hutan gunung Alpen. Para katak Pohon pun sudah pergi dari tempat itu, dan kembali ke persembunyian mereka. Namun katak yang suka berburu di malam hari itu, masih menyisakan kesedihan bagi koloni semut merah. Mereka masih berdiam di dalam lubang, walaupun suasana di sekitar hutan sudah mulai terang dan tenang.

“Aku akan melihat keadaan di luar.” Gubee mengambil inisiatif keluar dari lubang persembunyian.

Gubee terbang mengarungi udara pagi yang masih terasa dingin. Ia terus memperhatikan kondisi di sekelilingnya. Mengintari pepohonan sambil terus memperhatikan tanda-tanda keberadaan Katak pohon.

“Mungkin mereka sudah pergi ke tempat lain,” pikir Gubee setelah cukup lama terbang dari pohon ke pohon di sekitar tempat itu, lalu kembali menuju lubang tempat Antber dan koloninya bersembunyi.

“Sepertinya mereka sudah pergi dari tempat ini.

“Apa kau yakin Gubee?” Antber masih ragu-ragu membawa rombongannya keluar dari lubang itu. Kejadian semalam membuatnya harus lebih berhati-hati.

“Aku sudah memeriksa pohon-pohon yang ada di sekitar sini. Aku tidak melihat tanda-tanda keberadaan mereka,” balas Gubee meyakinkan temannya.

“Baiklah. Ayo kita lanjutkan perjalanan!” Seru Antber dalam lubang itu, memberi aba-aba.

“Tunggu!” Gubee menahan langkah Antber.

“Ada apa? Bukankah sudah aman?

“Sebaiknya kita tidak melanjutkan perjalanan ini. Bawalah kolonimu kembali ke sarangmu Antber. Perjalanan ini sangat berbahaya bagi kalian!” saran Gubee, prihatin dengan keadaan rombongan semut merah yang sudah banyak kehilangan nyawa.

“Apa yang kau katakan Gubee?” Antber tampak tak senang mendengar keinginan temannya itu.

“Ini masih separuh perjalanan Antber. Pohon yang kita tuju itu masih jauh! Aku tidak ingin tujuan ini memakan lebih banyak korban lagi. Hutan ini terlalu berbahaya. Katak-katak itu bisa ada di mana-mana!” Gubee berusaha meyakinkan komandan semut merah itu

“Ayo! semuanya keluar! Kita lanjutkan perjalanan,” Antber kembali memimpin koloninya berjalan keluar lubang. Ia tak peduli dengan apa yang Gubee katakan.

“Antber! Dengarkan aku!

“Ayo pimpin jalannya Gubee. Kau tidak perlu mencemaskan apapun demi tujuan ini. Kita harus berhasil!” Antber tak sedikitpun cemas dengan apa yang Gubee khawatirkan.

“Tapi ini berba,

“Tolong!!” Nada bicara Antber mulai tinggi.

Gubee tak melanjutkan kata-katanya melihat sikap temannya itu, yang tak seperti biasanya.

“Jangan membuatku malu menghadap Ratuku Gubee! Aku sudah berjanji kepada Ratuku untuk membantumu mencapai tujuan ini. Jika aku pulang sekarang, apa yang akan ku katakan pada Ratu? Kau ingin membuatku terlihat seperti pecundang!?

Gubee hanya diam, tak ingin membantah ucapan temannya yang penuh emosi.

Antber menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Ia sadar, ucapannya sudah mulai terdengar keras.

“Maafkan aku Gubee. Aku tidak bermaksud memarahimu.” Nada bicara Antber kembali pelan.

“Gubee. Kau tidak perlu merasa bersalah dengan apa yang sudah menimpa koloniku semalam. Apapun yang terjadi dalam perjalanan ini, itu bukan kesalahanmu. Aku dan Ratuku juga sudah memperhitungkan resiko yang akan terjadi. Aku dan rombonganku akan siap mati demimu Gubee! Kami tidak akan meninggalkanmu! Ini adalah perintah Ratu!

Gubee membungkukkan badannya memeluk komandan semut merah yang sangat setia pada janjinya. Sebutir air mata haru di wajah Gubee, jatuh menghangatkan pelukan itu.

“Terimakasih kawan! Aku merasa, aku telah menemukan koloniku yang hilang,” bisik Gubee.

“Buat aku bangga Gubee. Jangan cemaskan apapun lagi, meski seburuk apapun situasi yang akan kita hadapi nanti. Kau harus tahu! Mati dalam misi penting adalah sebuah kebanggan bagi semut di koloniku,” pinta Antber dalam dekapan itu.

“Ayo kita lanjutkan perjalanan,” ajaknya kemudian.

Mereka kembali melangkah menyusuri hutan gunung Alpen. Pagi yang cerah menghidupkan kembali semangat mereka. Langkah kaki para semut merah itu tak henti-hentinya berjalan di tengah hutan. Mereka bertekad, bisa sampai pada tujuan sebelum matahari terbenam.

Dan keinginan mereka itupun terkabul. Gubee dan rombongan semut merah akhirnya dapat mencapai pohon tinggi yang mereka tuju sebelum awan di langit hutan gunung Alpen berubah berwarna jingga.

“Keluarkan makanan yang masih tersisa, dan bagi sama rata!” ujar Antber memerintahkan semut pekerja, sesampainya di bawah pohon tinggi itu.

Menempuh perjalanan yang hampir setengah hari tanpa jeda, membuat Gubee dan rombongan semut merah kelelahan, dan juga kelaparan.

Sembari menunggu makanan yang dipersiapkan oleh semut pekerja, Gubee memulai percakapan.

“Apa kau yakin, rencana yang akan kita lakukan, akan berhasil Antber?

“Sepertinya rencana itu sudah tidak mungkin Gubee.” Antber memandangi koloninya yang masih tersisa. “Jumlah kita sudah tidak memungkinkan melakukan rencana itu.

“Ya. Aku juga berpikir seperti itu. Akan sulit bagi kita menerobos pertahanan mereka dengan jumlah kita yang sudah jauh berkurang dari sebelumnya.

“Kau jangan khawatir Gubee. Aku sudah memikirkan rencana baru.

“Apa itu?” Gubee semakin memperdekat jaraknya, bersiap mendengar rencana Antber.

“Bukankah kalian para lebah kesulitan melihat pada malam hari?

Gubee mengangguk. “Kau benar.

“Aku akan memanfaatkan kelemahan itu! Aku dan para semut penjaga akan memasuki sarang mereka diam-diam pada malam hari. Sementara kau dan semut pekerja tetaplah di sini. Nanti sebelum malam tiba, kami akan membuatkan lubang untuk kalian berlindung. Tetaplah berada di dalam lubang sampai kami kembali,” papar Antber merincikan rencananya.

Gubee tersenyum bangga mendengar rencana itu. “Kau memang jenius kawan! Kau pantas dipanggil komandan!” ujarnya merangkul bahu Antber.

Kegelapan telah menyelubungi hutan. Rembulan juga tak nampak hadir malam itu, membuat suasana hutan teramat sangat gelap. Namun keadaan itu tentunya semakin menguntungkan bagi Antber dan koloninya. Mereka akan lebih mudah memasuki sarang lebah hutan, karena lebah-lebah hutan tidak akan dapat melihat apapun di malam yang hitam pekat itu.

Mereka mulai merayap memanjat pohon tinggi yang ada di tengah hutan itu, sedangkan Gubee menunggu di dalam lubang bersama semut pekerja.

Perlahan-lahan, Antber dan rombongannya terus mendekati sarang lebah hutan dengan langkah yang terus waspada. Hingga lambat laun, sampailah mereka di depan gerbang sarang lebah hutan.

Antber dan rombongannya terus menyusup masuk kedalam istana lebah hutan, melewati para lebah penjaga yang telah tertidur dengan sangat berhati-hati, tanpa menimbulkan suara apapun. Mereka terus menerobos ke dalam istana yang penuh dengan madu dan aroma bunga yang memikat, mencari-cari dimana ruangan Ratu lebah hutan berada.

Mereka memeriksa satu persatu ruangan yang ada di dalam sarang itu. Mereka yang datang sebagai tamu tak di undang, sangat kesulitan menemukan di mana ruangan Ratu lebah hutan. Sudah hampir semua ruangan di sarang itu mereka periksa, namun mereka belum juga menemukannya.

Antber dan rombongan mulai kelelahan menyusuri istana ratu lebah yang besar, melewati lebah-lebah penjaga dan lebah pekerja yang terlelap di sepanjang ruangan. Mereka beristirahat sejenak di sebuah ruangan besar yang hanya terdapat singgasana di dalamnya. Ruangan itu terlihat seperti aula tempat berkumpulnya Ratu lebah dan para petinggi koloninya.

Di tengah keheningan malam di ruangan itu, Antber mendengar suara yang tak asing lagi di telinganya.

“Apa kalian mendengarnya?” tanyanya pada yang lain.

“Ya. Itu sepertinya suara larva lebah!” jawab seekor semut penjaga yang juga mendengar suara itu.

“Ayo kita cari dari mana asal suara itu!” tegas Antber.

Lanjut Bab 19

1
Anonymous
👌
Marissa
Cerita dongeng tapi buat yang udah remajaa... gaya bahasanya tinggi wkwkwk lanjut gass
Robi Muhammad Affandi: terimakasih/Smile/
total 1 replies
Robi Muhammad Affandi
Bosan dengan cerita drama ceo? mari kembali ke masa kecil, sejenak masuk ke dunia para serangga di hutan Alpen
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!