Kanaya terdiam terpaku melihat pemandangan yang ada di seberang dia. Galan - lelaki yang sudah menjalin hubungan selama dua tahun dengan dirinya tengah menggandeng mesra seorang perempuan. Galan Farrabi Altezza, dia adalah lelaki yang sama sekali tidak memiliki cacat dalam mengkhianati kepercayaan apalagi dia selalu menghargai perasaan yang dimiliki oleh Kanaya.
"Kita nikah tahun depan ya setelah kamu lulus kuliah." ucapan Galan masih terngiang jelas dalam pikiran Kanaya.
Masa depan yang selalu dia ungkapkan hanya untuk membahagiakan dirinya dan impian memiliki anak-anak yang lucu. Tapi rasanya semua itu menjadi petaka mimpi buruk untuk seorang Kanaya Shanifah Galianna Lubov.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anyaaang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trouble Maker
"Enakkkkk bangetttt sumpahhh! Duhhh kangen banget gue udah lama nggak makan ini." Dafandra sibuk mengunyah ayam goreng lengkuas buatan Kanaya. Bumbu yang Kanaya buat sangat meresap sampai di tulang-tulang. Bikin hati Dafandra semakin meleleh rasanya.
Kanaya hanya mendengus kesal melihat tingkah Dafandra yang udah makan tiga potong ayam goreng lengkuas buatan dirinya. Tadi Kanaya sempat mencecar pertanyaan untuk Dafandra yang seperti mengetahui keberadaan Galan. Tapi sudah tahu kan kalau Dafandra memang sangat menyebalkan. Mana mau dia menjawab pertanyaan Kanaya begitu saja. Alih-alih sebagai syarat untuk menjawab rasa penasaran Kanaya, Dafandra minta ditemani makan di dekat hotel. Tepatnya di dekat hotel tempat Galan bekerja dan ada penjual mie ayam di tenda gitu.
Tapi pas udah sampai sana dia hanya memesankan Kanaya aja. Karena sorot mata Dafandra menangkap bungkusan yang dibawa Kanaya. Dan dia juga mencium bau makanan khas buatan Kanaya yang sudah sangat dia kenal. Langsung aja dia rebut seenaknya dan makan semuanya. Sekarang empat potong ayam goreng lengkuas yang ingin dipersembahkan buat Galan tinggal satu potong gara-gara Dafandra yang memakanya dengan lahap. Kayak udah nggak makan dua minggu!
"Enak banget sayang makasih ya." ucap Dafandra sambil terus mengunyah.
"Heh gue nggak buatin buat lo! Jadi nggak usah bilang makasih!" Kanaya jadi sewot melihat Dafandra yang seakan-akan dia memang memberikan buat dirinya. Padahal ketemu Dafandra aja udah bikin males banget. Sayang aja karena dia masih penasaran Galan kemana dan Dafandra yang seperti tahu membuat Kanaya mau meladeninya.
"Terus buat pacar kamu yang nggak ada itu ayamnya? Sayang banget loh ya dia nggak ada jadi nggak bisa makan ayam enak buatan kamu deh." ucapan Dafandra terdengar meledek banget saat membicarakan Galan. Raut muka puas karena dia berhasil memakan makanan yang seharusnya buat Galan. Ayam sudah dia rebut, tinggal Kanaya aja dia akan merebut secepatnya.
"Lo tau dia dimana emangnya?" Kanaya jadi semakin penasaran. Dia sama sekali udah nggak ada ide apapun buat memikirkan kemana perginya Galan. Daritadi Kanaya juga coba menghubungi tapi Galan sama sekali nggak angkat. Chat pun hanya ceklist satu.
Dafandra masih terus melahap ayam goreng lengkuasnya. Dia memakan satu ayam lagi dan berniat menghabiskannya. Sudah empat potong ayam goreng yang dia habiskan semuanya. Sama sekali nggak rela kalau Kanaya bisa sampai memberikan makanan buat Galan. Apalagi Galan juga nggak ada jadi nggak ada salahnya kan dia memakan sampai habis. Sayang juga kalau mubazir makanan seenak ini.
"Dafandra jawab nggak! Lo tau dia dimana apa nggak sihhhh???"
Uhuh, uhuk, uhukkkkk!
Dafandra terbatuk-batuk karena Kanaya yang meninggikan suaranya. Tersedak sedikit sama ayam goreng yang dia makan. Dafandra mengelus-mengelus dada dia dan mengisyaratkan Kanaya untuk mengambilkan minuman. Beberapa orang yang ada di tempat mie ayam saling menahan tawa melihat Dafandra yang yang tersedak dan menatap nanar Kanaya agar diambilkan minuman. Tapi Kanaya tetap cuek aja melihat Dafandra yang batuk-batuk.
"Ambilin... mi...nyummm..." Dafandra mengisyaratkan gelas minuman yang dimeja agar diberikan cepat untuk dirinya. Gara-gara trsedak bikin dia jadi susah nafas. Sakit banget tenggorokannya.
"Nyusahin!" gerutu Kanaya sambil mengambilkan gelas minuman buat Dafandra. Padahal gelasnya ada di meja depan Dafandra. Alasan aja dia nggak bisa ambil walau Kanaya tahu kalau Dafandra tersedak beneran karena suara dia yang meninggi dan bikin kaget dirinya.
Kanaya memberikan Dafandra minuman tapi dia bertingkah lemas tidak bisa mengangkat gelasnya. Kanaya menghembuskan nafasnya kasar karena sudah tahu kalau Dafandra pasti mau cari kesempatan buat menggoda dirinya.
"Uhuukkkkk... Pelan-pelan sih sayangggggg." Dafandra protes karena Kanaya yang meminumkannya dengan kasar. Bikin baju dia jadi sedikit basah.
"Dafandra! Lo manggil gue sayang lagi gue bakal bikin muka lo yang gue siram!" ancam Kanaya serius.
"Hahahahahahaha lucu bangetttt." Dafandra tertawa lepas melihat Kanaya yang mengancam serius dirinya. Ekspresi Kanaya yang nggak pernah marah selama ini malah jadi terkesan lucu dan menggemaskan. Nggak cocok banget rasanya kalau melihat Kanaya yang mengancam kayak gitu.
"Lo bener-bener ya! Yaudah gue pulang!" Kanaya bergegas beranjak dari duduknya tapi Dafandra langsung menahan Kanaya. Dia meraih tangan Kanaya dan menahan dia agar tidak pergi.
"Mau kemana sih? Duduk dulu."
"Nggak! Lepasin nggak!"
"Iya duduk dulu, Kanayaaaa." Dafandra masih menggenggam tangan Kanaya dan menyuruh dia kembali untuk duudk. Tapi Kanaya langsung menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar kesal sama Dafandra yang malah mau mengerjai dirinya. Padahal pikiran dia masih bertanya-tanya tentang kemana Galan pergi.
"Lo tuh emang nggak tau kemana Galan pergi dan lo cuma mau ngerjain gue aja! Jadi lepasin!" tatap Kanaya dengan mata dia yang mulai berkaca-kaca
Dafandra terdiam seketika. Dia melihat rasa yang dimiliki Kanaya buat Galan memang sangat tinggi bahkan dia juga tahu kalau Kanaya sangat serius menjalani hubungannya dengan Galan. Bukan dengan Galan saja karena dia juga tahu sifat Kanaya yang selalu serius setiap menjalani hubungan dengan siapapun. Termasuk dirinya dulu.
Kanaya adalah perempuan yang sangat setia di mata Dafandra. Dia tidak memiliki banyak tingkah apapun meski dia perempuan yang sangat cantik. Tidak pernah dia memanfaatkan kecantikannya untuk menyakiti perasaan orang lain. Jujur saja mungkin Kanaya mampu memiliki pacar lebih dari satu. Tapi yang Dafandra yakini Kanaya memang tidak akan pernah melakukan hal seburuk itu. Dia sangat banyak memiliki kelebihan yang bisa membuat perempuan lain iri dengan dia. Cantik, pintar, jago masak, mudah bersosialisasi, ramah dan dia sangat menyayangi keluarganya.
Entah bagaimana bisa dia menyia-nyiakan seorang Kanaya yang sudah dimiliki oleh orang lain. Betapa sangat menyesalnya. Tapi yang Dafandra ingin lakukan sekarang dia akan menjadi teman baik buat Kanaya yang bisa membantu apa yang dia butuhkan. Yah, kalau mau balik lagi sama Kanaya siapa juga nggak mau. Dafandra sangat mau sekali dan dia benar-benar ingin memiliki seorang Kanaya lagi. Tapi melihat keseriusan dan perasaan sayang yang dimiliki Kanaya buat Galan membuat dia sadar kalau dia sama sekali sudah tidak berada di dalam hati Kanaya sedikit pun.
"Yaudah kamu duduk dulu ya. Aku nggak ada maksud ngerjain kamu kok beneran. Kan nggak ada salahnya kita ngobrol layaknya teman, Nay." Dafandra berusaha meredakan Kanaya yang masih kesal dengan dirinya.
Kanaya melepaskan genggaman tangan Dafandra yang menahannya dengan sedikit kasar. Dia terdiam sejenak dan dia kembali duduk lagi di sebelah Dafandra. Menghilangnya Galan sangat membuat pikiran dia menjadi penuh. Khawatir, cemas, takut, ragu, dan... entahlah.
Semua perasaan menumpuk jadi satu memikirkan kemana Galan pergi. Kenapa Galan bohong? Apa yang sedang disembunyikan oleh Galan? Dimana Galan berada? Dan sama siapa?
"Maafin aku ya, Kanaya. Aku sama sekali nggak ada niat buat ngerjain kamu kok. Aku juga nggak nyangka bisa ketemu sama kamu tadi. Kita kan ketemu emang kebetulan aja." ungkap Dafandra menjelaskan agar kekesalan Kanaya segera mereda.
Dia sendiri pun tadi kaget melihat sosok Kanaya yang berada di basement tempat parkir sedang celingak-celinguk. Sama sekali tidak menyangka. Meski dia ingin sekali bertemu Kanaya setelah tiba di Jakarta tapi dia juga tidak berharap lebih karena Kanaya yang tidak pernah membalasnya. Jadi pertemuan tadi memang lah sebuah kebetulan saja.
"Nggak boleh tau nggak maafin orang katanya sih. Apalagi orangnya udah minta maaf." Dafandra menambahkan sambil meneguk minumannya. Masih sedikit serat gara-gara tersedak tadi.
Kanaya masih belum menjawab Dafandra. Teringat ucapan Dafandra barusan adalah ucapan yang sering dia lontarkan dulu sama Dafandra. Dia sering banget bilangin Dafandra kalau dia harus mau memaafkan orang apalagi kalau orangnya udah minta maaf. Soalnya Dafandra itu sering banget berantem karena kesalahpahaman atau hal sepela yang dia denger dari mulut orang lain. Maklum aja dia suka labil dulu.
Kanaya mengajarkan Dafandra juga agar tidak selalu memakai emosi dalam menyelesaikan masalah. Harus mau minta maaf kalau salah dan yang pasti harus menerima permintaan maaf. Karena meminta maaf adalah hal yang paling sulit menurut Kanaya. Banyak banget orang salah tapi nggak mau minta maaf hanya karena sebuah gengsi.
"Dimaafin!" Kanaya kembali membuang mukanya. Sebenarnya malas banget deh harus duduk lagi di sebelah Dafandra gini. Tapi semoga aja Galan jangan sampai tahu. Sudah pasti dia akan super banget marahnya kalau melihat Kanaya bersama Galan. Meski Kanaya nggak melakukan apa-apa.
"Ihhh parah banget nggak ikhlas maafinnya." Dafandra memperhatikan raut muka Kanaya yang masih sedikit merengut.
"Udah dimaafin dibilangin. Yaudah ya gue mau pulang. Udah nggak ada lagi kan? Lo juga nggak tau kemana Galan pergi." Kanaya langsung beranjak dari duduknya. Dia nggak mau sebenarnya berhubungan apapun lagi dengan yang namanya mantan. Bukan maksud untuk memutuskan tali silahturahmi tapi Galan pernah memperingatkan dirinya kalau berhubungan dengan mantan adalah hal yang sangat tidak disukai oleh Galan.
"Kanaya!" Dafandra buru-buru membayar makanan dan minuman yang sempat dia pesan tadi. Dia menghampiri Kanaya yang sudah melangkahkan kakinya.
"Gue mau pulang udah jangan ganggu." Kanaya masih terus melangkahkan kakinya. Nggak peduli dengan Dafandra yang memanggil dia.
"Galan kan? Pacar kamu yang ada di foto profile chat kamu?"
Ucapan Dafandra membuat Kanaya menghentikan langkah kakinya. Dia membalikkan badannya ke arah Dafandra yang langsung mendekati Kanaya setelah mendapatkan uang kembalian dari penjual mie ayam.
"Kenapa dia?"
"Iya Galan itu yang ada di foto profile chat kamu kan??" Dafandra memastikan kalau foto yang bersama Kanaya memang cowok yang bernama Galan.
"Iya itu Galan. Kenapa?"
Dafandra tersenyum kecil. Dia berdiri di hadapan Kanaya yang menunggu jawaban Dafandra yang semakin membingungkan dan yang pasti menyebalkan.
"Tingginya hampir sama kayak kamu tapi mungkin tinggian kamu sekitar lima cm. Bola mata berwarna hitam, bulu mata lentik dan kulitnya juga sama kayak kamu yang putih. Rambutnya lurus, hitam dan panjang sedada..." Dafandra menghentikan kalimatnya dan menatap Kanaya begitu cermat. Memperhatikan semua bagian tubuh yang dimiliki oleh Kanaya.
"Maksud lo apa sih Dafandra?" Kanaya semakin bingung dengan ucapan Dafandra yang arahnya jadi kemana-mana.
"Itu perempuan yang lagi sama Galan sekarang."
***