Reverse Satu Jam

"Hah.. kembali lagi."

Aku terbangun di UKS. Yang berarti, aku kembali ke waktu setelah mengalahkan ketiga lelaki itu. Rasanya sama seperti sebelumnya... pusing, bingung, dan sedikit frustrasi.

Time Loop ini belum berhenti. Siapa sangka? Menolak ajakan Fumiko untuk berpura-pura pacaran ternyata adalah sebuah kesalahan. Bukankah ini terlalu klise?

Yah, sudahlah. Tampaknya aku tidak memiliki pilihan lain.

Aku lalu bangkit dari ranjang dan memperhatikan sekeliling. Udara di ruangan ini masih sama, rasanya sejuk dan menenangkan. Namun, kali ini ada yang berbeda.

Di sudut ruangan, berdiri seorang gadis yang aku kenal. Tunggu, bukankah sebelumnya tidak begini? Harusnya Fumiko duduk dan memegangi tanganku.

"Fumiko?"

Aku memanggilnya dengan nada ragu.

Tidak, dia bukan Fumiko! Lalu, siapa dia?

"Ah, kau sudah bangun," katanya dengan nada yang tidak biasa. Tidak ada kehangatan dalam suaranya.

Gadis ini menatapku dengan mata yang dingin dan tajam, lalu mendekatiku perlahan. Dari suaranya, walaupun agak berat, aku tetap yakin kalau dia memang Fumiko, tapi penampilannya tampak berubah.

Rambutnya yang biasanya terurai lembut kini diikat kencang. Wajahnya yang selalu tersenyum manis kini tampak datar, tanpa ekspresi. Bahkan seragam sekolahnya terlihat lebih rapi dan tegas.

Fumiko mendekat dengan mempertahankan ekspresi dinginnya. Meskipun begitu, dia tetap terlihat cantik. Sekali lagi, aku terpikat dengan wajahnya. Sungguh pesona yang luar biasa.

"Fumiko?! Apa yang terjadi padamu?"

Aku bingung, kenapa Fumiko bisa berubah seperti ini? Dia tampak seperti orang lain, baik dari aspek apapun.

"Tidak sopan, minus 50 poin!"

"Eh?! Kenapa?"

Kenapa Fumiko jadi marah?

Ah, benar juga. Aku malah memanggil nama depannya, padahal dia belum memintanya. Karena Time Loop ini, ingatanku jadi cukup buruk.

Kupikir aku harus meminta maaf, lalu memanggilnya dengan benar, menggunakan nama belakangnya.

"Maaf, Reina-san!"

"Fumiko saja tidak masalah. Jika dia yang memintanya, aku tidak bisa apa-apa."

Dia?! Siapa dia?

Astaga, kepalaku jadi pusing karena gadis ini. Tapi bagaimanapun, jika sisi lain Fumiko ini bisa memberi petunjuk, maka aku harus mengikuti alurnya.

"Hmm.."

Fumiko lalu menatapku dengan pandangan dingin, seolah menilai setiap gerakanku.

"Aku terkejut kau masih bisa bertahan, Haruto-kun. Plus 100 poin!"

Kata-katanya membuatku semakin bingung. Bertahan, dari apa? Lalu, kenapa ada poin Plus dan Minus?

Ah, rasanya kepalaku ingin meledak! Tidak, tahan saja. Dari awal, semuanya memang sudah membingungkan.

"Itu, apa maksudmu?"

Tentu saja, bertanya adalah opsi terbaik untuk saat ini.

"Ya.. ya, tidak buruk."

"Hei, aku sudah sangat bingung. Bisa kau jelaskan?"

"Ya, tentu."

Fumiko semakin mendekat dengan langkah yang penuh percaya diri. Dia lalu mendekatkan wajahnya ke telingaku, sepertinya ingin membisikkan sesuatu.

"Kau benar-benar tidak tahu, ya? Atau mungkin, kau belum menyadarinya."

Huh?! Suaranya begitu menggema di telingaku, bahkan berhasil membuatku merinding sesaat.

Walaupun begitu, aku tetap tidak mengerti. Malahan, pertanyaan yang muncul di dalam kepalaku jadi semakin banyak.

Saat ini, tidak ada pilihan lagi selain terus bertanya.

"Apa yang sedang terjadi? Siapa kau sebenarnya, Fumiko?"

Fumiko terdiam sejenak, seolah mempertimbangkan sesuatu. Lalu, dia menghela napas panjang.

"Hah... Aku adalah Fumiko Reina, gadis SMA biasa, setidaknya itu yang orang lain lihat. Tetapi, karena aku terlalu menarik perhatian sejak kecil, diriku yang lain muncul sebagai Alter Ego. Kau bisa memanggilku Alter Fumiko."

"Alter Fumiko?"

Aku mengulanginya, mencoba memahami apa yang dikatakannya.

"Sebut saja kepribadian ganda, aku yakin kau tidak sebodoh itu."

"Aku mengerti. Jadi, kau memiliki dua kepribadian?"

Fumiko mengangguk pelan. Tatapannya begitu dingin, tapi kurasa dia tetap sama dengan Fumiko yang asli.

"Bisa dibilang begitu. Fumiko yang kau kenal adalah sisi yang lembut dan ramah. Aku, di sisi lain, adalah bagian dari dirinya yang muncul ketika merasa tertekan atau terancam."

"Begitu, ya? Dengan kata lain, kau adalah penyebab dari semua ini?"

"Baguslah jika kau mengerti. Aku ada untuk melindunginya, tapi sayangnya aku akan segera menghilang."

"Eh? Kenapa kau menghilang?"

Sejujurnya, aku masih sulit untuk mencerna semua ini. Memikirkannya saja sudah membuat otakku hampir terbakar. Tapi, aku ingin mendapatkan kejelasan lebih lanjut.

"Agak sulit menjelaskannya, tapi seharusnya aku sudah menghilang saat kau berhenti mengalami Time Loop."

Sampai sini, aku tidak terkejut ketika dia mengetahui tentang Time Loop yang kualami, karena aku tahu kalau Fumiko memang ada hubungannya.

"Jelaskan saja, aku akan berusaha memahaminya."

"Kau yakin? Bukankah kau sudah cukup bingung?"

"Tidak masalah, ini demi diriku sendiri."

Yah, lebih baik seperti ini. Aku ingin Alter Fumiko menjelaskan semuanya, walaupun mungkin itu akan terdengar tidak masuk akal nantinya.

"Baiklah jika kau memaksa. Tapi sebelum itu, bolehkah aku bertanya?"

"Tentu, tanyakan saja."

"Haruto-kun, kau mengalami Time Loop, kan? Apalagi kau tidak terkejut saat aku menyebut kata itu sebelumnya."

"Ya, aku tersiksa karenanya. Aku sampai repot-repot berbuat baik karena menganggap kalau diriku ini terlalu jahat."

Tentu saja aku berkata jujur, karena berbohong pun tidak ada gunanya. Bahkan aku hampir menceritakan semuanya pada saat mengalami Time Loop.

"Baiklah, dengarkan aku. Beberapa waktu yang lalu, aku muncul saat Fumiko menghadapi dua lelaki mengerikan. Jujur saja, saat itu aku tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi kau datang menolongku, dan aku pun memperkenalkan diriku."

Oh, jadi begitu? Aku ingat sekarang.

Pantas saja aku merasa kalau nama Fumiko terdengar familiar, ternyata aku pernah menyelamatkannya sebelumnya. Namun, yang aku selamatkan kebetulan adalah Alter Fumiko.

"Jadi singkatnya, kau ada untuk melindungi Fumiko yang asli, tapi kau tidak bisa melakukannya. Hingga akhirnya, kau memutuskan untuk menghilang lalu mengandalkanku. Apa aku salah?"

"Tidak, kau benar."

"Aku mengerti, tapi.. kenapa aku mengalami Time Loop?"

"Pada intinya, Fumiko sering diganggu akhir-akhir ini, jadi aku harus melakukan tugasku. Namun, aku kesulitan untuk mengatasi ketiga lelaki itu, hingga akhirnya aku memaksamu untuk membantu."

"Kau memaksaku?"

Kata-katanya mulai terdengar tidak masuk akal, tapi kurasa ini mendekati jawaban atas kebingunganku.

"Alter Fumiko, apa kau bisa mengendalikan waktu?"

"Entahlah, aku tidak tahu."

"Ayolah, kenapa ini begitu rumit?"

"Bisa kau diam sebentar?"

"Hah? Memangnya kenapa?"

Alter Fumiko berdiri di hadapanku, dia mendekat, lalu tangan kanannya bergerak menyentuh kepalaku.

"Apa ini?"

"Jangan bergerak!"

"Eh? Ya, baiklah."

Entah kenapa, rasanya aku sedang dimanjakan disini. Alter Fumiko mengelus kepalaku dengan begitu lembut, hingga aku merasa sangat tenang.

Ah, ketenangan ini. Sensasinya luar biasa, kurasa aku bisa tertidur jika terus seperti ini.

Namun, sebelum aku bisa menikmatinya lebih lama, Alter Fumiko berbisik padaku. "Maaf sudah melibatkanmu, tapi aku melakukan ini karena aku mencintaimu, Haruto-kun."

Eh?! Huh?

Lagi-lagi, aku merinding setelah mendengar suara bisikannya. Tapi apa maksudnya? Dia mencintaiku? Tidak mungkin, kan? Aku jadi bertanya-tanya.

Selesai berbisik, Alter Fumiko menjauhkan wajahnya, kemudian menatap mataku. Mata kami bertemu, dan terus bertatapan seolah-olah siapa yang berkedip duluan, dia akan kalah.

"Alter Fumiko, apa maksudmu?"

"Karena ruang waktunya sedikit terdistorsi, sepertinya aku bisa mendapat kendali penuh atas Fumiko yang asli."

"Tidak, jangan lakukan itu! Kau hanyalah Alter Fumiko, kepribadian yang seharusnya tidak ada."

"Ya, aku tahu, aku akan menghilang dengan satu syarat. Walaupun begitu, aku tidak bisa menjaminnya."

"Maksudmu, menjamin kalau Time Loop ikut menghilang?"

"Tepat sekali. Kau sangat pintar, Haruto-kun, aku jadi semakin menyukaimu."

"Yang benar saja, lalu apa syaratnya?"

"Hmm... Biar kupikirkan."

Alter Fumiko terlihat gelisah. Dia tidak lagi menatap mataku, dan pandangannya tidak lurus ke arahku. Lalu, tak lama kemudian, dia tersenyum...

Bukan senyuman manis yang dia keluarkan. Tapi... senyumnya yang sekarang ini, benar-benar mengerikan!

Rasanya aku jadi merinding sepenuhnya.

"Kalau begitu, berkencanlah denganku, Haruto-kun! Aku ingin membuat kenangan indah sebelum menghilang."

Hah?! Bagaimana aku harus menanggapi ini?