"Ketika cinta dan kesetiaan diuji oleh kebenaran dan darah, hanya hati yang tahu siapa yang benar-benar layak dicintai." - Kenzie William Franklyn.
•••
Vanellye Arch Equeenza, atau Ellyenza. Perempuan nakal dengan masa lalu kelam, hidup dalam keluarga Parvyez yang penuh konflik. Tanpa mengetahui dirinya bukan anak kandung, Ellyenza dijodohkan dengan Kenzie, ketua OSIS yang juga memimpin geng "The Sovereign Four." Saat rahasia masa lalunya terungkap—bahwa ia sebenarnya anak dari Sweetly, sahabat yang dikhianati ibunya, Stella—Ellyenza harus menghadapi kenyataan pahit tentang jati dirinya. Cinta, dendam, dan pengkhianatan beradu, saat Ellyenza berjuang memilih antara masa lalu yang penuh luka dan masa depan yang tidak pasti.
Akan seperti apakah cerita ini berakhir? mari nantikan terus kelanjutan untuk kisah Kenzie dan Ellyenza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meka Gethrieen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ZIELL - 13 Areszhar
..."Percaya atau tidak, jika karma itu belum terjadi padamu mungkin saja itu akan dirasakan oleh salah satu keturunanmu."...
...- Kenzie William Franklyn -...
...•••...
Kenzie yang menyaksikan kejadian itu sejak tadi hanya tertawa pelan melihat bagaimana tingkah Ellyenza dalam bersikap pada gadis tersebut. Lain diucapan, lain juga dihati. Namun itu justru menjadi suatu hiburan tersendiri bagi dirinya yang menyaksikan hal tersebut secara langsung.
Dengan langkah yang tenang Kenzie menghampiri keduanya, ia kemudian berkata, "Sini, minumannya buat saya." Pintanya seraya mengulurkan tangan kanannya.
Sontak keduanya pun menoleh ke arah sosok pemilik sumber suara tersebut. Seolah tersihir, Kara dibuat tidak percaya mendengarnya. Namun lain halnya dengan Ellyenza yang sudah merasa jengah lebih dulu bahkan sebelum menatap ke arah Kenzie.
"H-hah?" Kara melongo tak percaya, otaknya merespon sedikit lambat yang membuat Kenzie tersenyum gemas melihatnya.
"Iya, sini minumannya buat saya aja." Ucapnya, "Ell kamu gak mau, kan?" Lanjutnya bertanya pada perempuan itu yang dibalas dengan helaan nafas kasar dan wajah cemberutnya.
"Terserah lu!" Ketusnya, kemudian berlalu pergi setelah bel istirahat pertama sekolahnya berbunyi yang menyatakan bahwa hukumannya pagi ini telah selesai.
...•••...
Memasuki waktu istirahat, Ellyenza kini tengah duduk disalah satu meja kantin sembari menunggu pesanan miliknya datang. Dengan ditemani oleh Chitra dan Ayu yang kini duduk disamping kiri-kanannya.
Bersamaan dengan itu, datanglah juga para anggota geng Kalerys yang masuk ke dalam kantin dengan diawali Kenzie, lalu Jeffry, kemudian Alard, dan yang terakhir adalah Garry.
"Ini.." Ellyenza mendongakkan kepalanya ke arah Kenzie yang tengah berdiri didepannya seraya menyodorkan sebuah botol minuman yang tadi sempat ditawarkan oleh Kara untuk dirinya ketika di lapangan.
Ya, Kenzie beserta teman-temannya memilih untuk duduk semeja dengan Ellyenza, Chitra dan Ayu.
Suasana pun mendadak berubah menjadi canggung. Chitra yang sedari tadi sibuk berfoto-foto pun langsung memposisikan dirinya dengan baik. Terutama Ayu yang tiba-tiba mendadak tegang hingga menundukkan kepalanya kebawah, setelah Alard duduk tepat dihadapannya dan menatap dirinya dengan pandangan yang sulit diartikan.
Kenzie duduk sembari terus menyodorkan minuman tersebut. Sementara Ellyenza hanya memilih diam dengan mengacuhkannya.
Menghela nafas pelan, Chitra dengan inisiatif mengambil minuman itu yang kemudian dirinya taruh tepat didepan Ellyenza.
"Kalo dikasih tuh diambil, Ell. Ini malah didiemin aja! Mana yang ngasih orang ganteng.. ga baik tau nolak rezeki." Semburnya, sementara yang dikatakan seperti itu hanya memutar bola matanya malas.
"Ck! kan dia tau, kalo gue gak mau!" Balas Ellyenza ketus.
"Buset dah ya, nih bocah. Minimal ngomong dong.." cetus Gerry yang dibalas tatapan sinis oleh Ellyenza
"Apaan sih, ikut-ikutan aja!" Cibirnya.
"Udah-udah.. kalo emang dianya gak mau ya udah gak usah." Lerai Jeffry menengahi perdebatan sepele itu.
Makanan pun tiba, saat Ellyenza hendak menyantap makanannya itu, tiba-tiba saja Kara datang dengan membawa dua kotak makan yang mana salah-satunya gadis itu sodorkan kepada Ellyenza.
Melihat hal itu tentu saja langsung membuat mood Ellyenza semakin hancur. Tanpa basa-basi perempuan itu langsung bangkit dari tempat duduknya dan melangkah pergi keluar kantin dengan menghiraukan panggilan dari Kenzie dan teriakan dari temannya itu, Chitra.
"Eh? Eh..! Ell! Ell!!" Seru Chitra berteriak memanggilnya.
Kenzie pergi mengejarnya yang kemudian disusul oleh Chitra. Sementara Ayu, saat gadis itu berdiri hendak mengejarnya juga, tiba-tiba saja pergerakannya terhenti karena tangan kanannya yang ditahan oleh seseorang.
"Duduk!" Perintah Alard mutlak yang alhasil Ayu pun tidak bisa membantahnya.
...•••...
Tok!
Tok!
Tok!
"Ken! Ini bunda.. buka pintunya!" Ujar suara diluar sana yang memanggilnya seraya mengetuk pintu ruangan kamar tersebut.
Kenzie yang mendengar itu langsung saja buru-buru menuju arah pintu kamar dan membukanya.
"Iya, bun. Ada apa?" Tanyanya.
"Itu ada sepupu kamu dibawah. Ayo temenin dulu, soalnya bunda sama ayah mau keluar sebentar." Jelas sang ibunda menjawab.
"Ok, tapi sepupu Kenzie yang mana bun?" Tanyanya lagi.
"Oh.. itu mas Ares. Dia datengnya ke sini juga sendirian gak bareng mama-papa nya." Jawab sang ibunda juga.
"Iya bun, nanti Kenzie turun kebawah."
"Jangan lama ya? Soalnya bunda mau langsung pergi sekarang. Gak enak ninggalin tamu sendirian.." pesannya, yang dibalas senyuman manis dan anggukan kepala oleh Kenzie.
"Bunda pamit ya.." pamit sang ibunda sebelum akhirnya benar-benar menghilang dari pandangan Kenzie.
Dan Kenzie pun hanya bisa menghela nafas berat.
...•••...
Suasana terasa sunyi dan canggung. Karena ini pertama kalinya Kenzie berbicara secara langsung dengan adik sepupunya itu tanpa ada kedua orangtuanya tersebut.
Untuk kesekian kalinya Kenzie menghela nafas. Ia tidak tahu ternyata akan jadi seperti ini. Apa yang harus dia lakukan? Sebenarnya ia hanya menunggu orang itu untuk memulainya.
"Mas.."
Akhirnya!
Kenzie menolehkan kepala kearahnya, mengangkat sebelah alisnya tanda ia menjawab 'Iya, kenapa?'.
"Mas, gua kabur dari rumah." Ungkapnya tanpa basa-basi.
"Kenapa kaburnya kesini?" Tanya Kenzie yang dibalas decakan pelan oleh sepupunya itu.
Areszhar Prince Klandestin Svyez, Adik sepupu dari pihak ibunya yang lebih kerap dipanggil Ares itu adalah sosok yang terkenal dingin, sadis dan kejam. Namun seperti yang diketahui sekarang, julukan itu tak berlaku bagi Kenzie dan orang-orang terdekat Ares seperti kedua orangtuanya.
Memutar kedua bola matanya malas, Ares memposisikan duduknya menjadi sedikit miring, ia kemudian berkata, "Mas, lu pernah gak si diikutin cewek sampe yang bener-bener lu muak dan udah gak tahan lagi?!" Ucapnya resah.
"Itu bukan jawaban buat pertanyaan saya." Sahut Kenzie santai.
"Ck! Ayolah.. gua serius!!" Gerutu Ares seraya mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Ok, tapi kenapa nanya kaya gitu? Saya gak bisa jawab kalo gak ada penjelasan." Ujarnya dengan tenang.
"Lah? Tanpa gua jelasin juga lu kan bisa langsung tau apa maksudnya gua, mas." Sungut Ares kesal. Kakak sepupunya yang satu ini terlalu suka bermain-main!
Sementara Ares kesal, Kenzie justru terkekeh pelan menanggapinya. Ia sebenernya tahu, hanya saja ingin mengubah suasananya agar terasa lebih nyaman.
"Iya, ok. Kali ini saya serius." Lontar Kenzie.
"Sebenarnya, saya juga pernah ngalamin hal yang sama." Lanjutnya memberitahukan.
"Terus? Respon lu apa mas ke itu cewek?" Tanya Ares penasaran.
Kenzie terdiam sejenak untuk berfikir, kira-kira jawaban apa yang pantas ia berikan pada adik sepupunya itu.
"Saya biarin aja." Jawab Kenzie singkat dan jelas.
"Lah? Kok..?" Heran Ares akan sikap Kenzie.
"Iya, saya biarin dia melakukan apapun yang dia mau. Karena bagaimana pun itu hak dia mau melakukan sesuatu apapun."
"Tapi hal kaya gitu kan udah termasuk mengganggu, mas. Gimana kalo itu ngebahayain lo atau orang lain?" Tutur Ares masih tak habis fikir.
"Dia menyukai saya atau orang lain, itu hak dia. Saya cuman bisa menghargai semua sikap dan perlakuan baik dia ke saya. Tapi saya suka dia atau nggaknya, itu hak saya. Saya juga gak akan pernah bisa maksain diri saya buat menyukai seseorang. Dan kalau pun itu jadi hal yang berbahaya buat diri saya juga orang lain, saya yang akan bertanggung jawab." Jelas Kenzie pelan.
"Lu gila, mas?! Ini kayanya gua salah orang.."
...To be continue...