Arin seorang penyandang disabilitas menyelamatkan David dari serangan preman di tepi pantai. Dia membawa pria itu ke rumahnya dan menemukan bahwa David adalah putra dari penyelamatnya di masa lalu. Tapi gawat, pria itu lupa ingatan!
Bencana dimulai, David Bima Carat sebagai pewaris perusahaan besar dinyatakan hilang oleh teman-teman dan adiknya. Kenyataannya David diserang oleh salah satu sahabatnya atas perintah pria tua di balik layar yang menuduh keluarga David menculik adiknya.
Rekan David berusaha mencari keberadaannya, sedang di sana, David terjebak dalam pernikahan dengan Arin karena jebakan pembenci gadis itu.
Bagaimana teman-teman David mengungkap kasus hilangnya David? siapa pria tua yang memerintahkan orang itu menyerang David dan siapa adik yang dia maksud? bagaimana kelanjutan hubungan antara Arin dan David? Benarkah David lupa ingatan atau hanya sandiwara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harsie Alive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
^^^Kesetiaan seorang sahabat diuji saat kita di titik terendah dalam hidup!^^^
^^^-David-^^^
...****************...
Tik... Tak... Tik... Tak...
Dentuman jarum jam memenuhi ruangan kerja David Bima Carat. Tak ada satu mulut pun yang berani terbuka. Tak seorang pun berani menyanggah apalagi memotong pembicaraan David saat ini.
Di singgasana kebanggaannya, David duduk sambil mencengkram tongkat emas yang dia tusukkan ke leher pendek milik Petra Bernadeth, saudara sepupunya yang mengantarkan sendiri nyawanya ke hadapan David.
“Sialan, bagaimana bisa ketahuan secepat ini, kalau terus begini, lama-lama keparat itu akan membongkar rahasiaku!!” batin seseorang yang mengawasi ruangan rapat itu melalui kamera tersembunyi yang dia sisipkan di dekat jam dinding ruangan rapat di kediaman keluarga itu.
David menatap sinis ke arah Petra, “ Katakan sejujurnya Petra, apa yang kau inginkan ? Hmmm..... lebih tepatnya berapa banyak yang kau mau!?” ucapnya masih menekan tongkatnya ke leher Petra sampai pria yang diikat kuat itu tak berani bergerak karena tekanan menyakitkan di lehernya.
Petra diculik oleh anak buah David lalu diseret paksa ke kediaman David.
“Si-sialan... Tidak cukup kalian merebut semua investor dan sekarang kau mengancam ku!? Aku bisa mengadukan mu ke polisi dasar pria lumpuh tak berguna!!” pekik Petra yang dimakan murka dan amarah yang tak terbendung.
Seumur hidupnya, dia tidak pernah dipermalukan seperti ini di hadapan orang lain .
“Merebut!?” David tersenyum miring.
“ Merebut matamu!!! Cihh... Petra Petra,”
“ Aku hanya mengambil apa yang seharusnya jadi milikku, kau saja yang bodoh sampai tidak bisa mengelola perusahaan yang diberikan kakek padamu, memalukan!” ejek David.
Grup Sinar adalah perusahaan yang diberikan kakek dari pihak Ibu David kepada sepupunya yang ngotot ingin membuat usaha. Tetapi bukannya semakin bersinar, cahaya perusahaan itu malah menjadi redup setelah dipegang oleh Petra dan kelurganya.
David mengangkat tongkatnya dan mengayunkannya ke punggung pria itu.
Phaakkk!!!
Phaakkk!!!
“ arrkhhhh, mati aku...mati aku keparat!!” pekiknya kesakitan karena tak bisa berpindah dari sisi David.
“ Jangan kau pikir, karena aku lumpuh, otakku juga lumpuh!!!” David menarik kerah baju pria itu sampai wajah Petra ada di hadapannya.
Tatapan dan senyuman menyeringai itu membuat sekujur tubuh Petra merinding. Lebih baik Petra mundur cepat-cepat dan memohon ampun daripada dua ikut gila karena tekanan dari David.
“ aku minta maaf!!”
“ aku salah, aku mengakuinya, tapi itu juga karena ka-kau... Kau yang tidak mau membantu grup Sinar saat kami terpuruk!!” pekiknya dan malah balik menyalahkan David.
Semua ini terjadi karena David tidak memberikan sumbangan dana saat grup Sinar di ujung kehancuran.
Tangan David mencengkram batang leher pria itu semakin erat. Mencekiknya sampai pria yang diikat itu tak bisa bicara.
“ Kau bukan siapa-siapa bagi keluarga Carat kenapa pula aku harus repot-repot untuk mengurus cacing tanah seperti mu!!” umpat David.
Brakkk!!!
Dilemparnya tubuh pria itu sampai kepala Petra terjerembab ke atas lantai.
“ Lee... Seret dia dan kurung bocah ini di tempat itu, setelah dua hari pulangkan dia ke rumahnya!” ucap David yang dengan angkuhnya langsung memalingkan wajahnya dari pria itu.
“ arrkhhhh.... Kau akan mati!!”
“ Dasar pria lumpuh sialan, lihat saja, ibuku tidak akan diam jika tahu kau melakukan ini pada ku!!” pekik Petra.
Jlebbb!!
Mulutnya langsung disumpal dengan kaos kaki busuk.
“ Jangan banyak bicara kampret mulutmu bau tai!!” umpat Max, pria berwajah campuran Arab dan Rusia itu sambil menyeret pria itu keluar.
“ Bro, akan ku tangani, kau tenangkan dirimu!” ucap Max sambil melambai pergi dari sana.
Pria berambut ikal itu menyeret Petra keluar dari kediaman Carat. David tampak tenang, di sisi lain, Frans, Bianca dan Bagas sedang wanti-wanti jika pria itu kembali kumat.
“ Debora tetap di sini, yang lain keluar!” ucap David sambil memutar kursi rodanya menuju meja kerjanya.
Kini hanya David dan saudari kembarnya yang tinggal di sana. Debora hanya diam sambil mengamati kakaknya. Dia masih ingat jelas bagaimana David memukuli Petra tanpa pikir panjang.
“ Kali ini kerjamu bagus Debora!” ucapnya dengan nada dingin.
Senyuman cantik mengembang di wajah gadis itu,” aku belajar dari kakak,” balasnya.
David hanya menatap dingin adiknya. Sejak kecelakaan itu, dia selalu menghindari Debora, karena takut dia akan membuat adiknya celaka seperti yang dialami kedua orang tuanya.
“ Debora, apa yang kau rencanakan untuk bajingan itu? Aku tahu kau belum bertindak karena sedang menyusun rencana,” ucap David.
Debora tahu siapa yang kali ini dibahas oleh kakaknya. Yakni pengkhianat yang menghubungkan orang-orang busuk dari luar ke kediaman keluarga Carat.
“ Untuk saat ini aku akan mengawasinya kak, kami belum menemukan bukti yang cukup untuk membuatnya mendapatkan hukuman yang berat,” jelas Debora.
David menganggukkan kepalanya, “ baiklah, keluarlah, aku ingin istirahat!” ucap David.
Gadis itu terlihat sedih, tapi dia bisa apa? Kakaknya sangat dingin bahkan kepadanya.
“ kakak baik-baik saja?” tanyanya sebelum dia keluar dari ruangan itu.
“ hmmm...” hanya itu balasan dari bibir David.
Dengan wajah sedih dan hati yang sesak, gadis itu keluar sambil melirik kakaknya yang bahkan tak menatapnya sekalipun.
“ hahhhh.... Mau sampai kapan kakak seperti ini!?” batinnya frustasi.
Debora membuka pintu, sebelum dia benar-benar menghilang, David mengatakan sesuatu padanya.
“ Berhati-hatilah menghadapi Bagas, dia orang yang cerdas, jangan sampai terjebak Bora,” ucap David.
Seketika hati Debora yang tadinya dingin dan sedih kembali hangat dan berbunga-bunga.
“ Baik kak!” balasnya dengan wajah tersenyum bahagia. Meski tidak mengatakannya langsung, Debora tahu kalau kakaknya mengkhawatirkan dirinya.
Meski tidak bisa mendengar langsung, hati Debora sudah bahagia mendengar ucapan itu keluar dari bibir kakaknya.
Debora tersenyum, dia melangkah dengan sumringah,” Lee ayo ke perusahaan!!” seru gadis itu.
Frans, Bianca dan Bagas menatapnya heran.
“ Wahhh... Ada apa nih? Tumben sekali wajahmu seceria itu!?” tanya Bagas sambil menatap Debora penasaran. Dia ingin tahu apa yang mereka berdua bicarakan.
Gadis itu tersenyum,” tentu saja bahagia, semua pengkhianat sudah dibasmi!!” ucapnya sambil menekankan kata-katanya di wajah Bagas.
“ Sepertinya suasana hati nona sedang baik, artinya tuan juga dalam kondisi stabil,” ucap Bianca dengan wajah lega.
“ kau benar Bianca, ku harap tidak ada lagi pengkhianat lain yang berceceran di rumah ini!” ucap Frans seraya memberikan lirikan sinis ke arah Bagas.
Mereka pergi dari sana meninggalkan Bagas seorang diri. Pria itu hanya diam saat mendengar kata-kata itu,” sialan.... Apa si lumpuh itu tidak kunjung kambuh? Padahal hampir saja mendapatkan rekamannya, kalau ku jual ke keluarganya yang lain, aku pasti dapat begitu banyak uang!” ucapnya dalam hati.
Bagas dengan wajah liciknya berkeliaran di rumah itu mencari-cari kesempatan untuk membuat trauma David kambuh kembali.
Di dalam kamarnya, David menatap kamera keamanan kediaman yang dipasang tanpa sepengetahuan siapapun kecuali dirinya dan Frans. Dia mengawasi Bagas, menatap pergerakan pria itu dengan kedua matanya.
Sudah dua Minggu dia mengawasi pergerakan Bagas sejak menerima laporan dari Frans kalau Bagas menggelapkan uang dari kafe yang didirikan David di dekat pantai.
Sejak saat itu kecurigaan terus bertambah, David meminta anak buahnya mengawasi Bagas sebelum mengambil tindakan tegas terhadap teman yang sangat dia percayai itu
“Bagas, jadi ini balasan mu!?” Ucap David sembari memijit pelipisnya.
Dia sudah berkali-kali dikhianati oleh orang yang dia anggap sahabat. Dan semuanya mengkhianatinya di rumah itu. David frustasi, rasanya hidupnya tidak berguna dan hanya mengundang celaka bagi adiknya.
Pria itu mengekstrak semua rekaman kejahatan Bagas di kediaman mereka. Lalu mengumpulkannya dalam beberapa flashdisk . Kemudian dia menulis surat yang ditujukan pada adiknya. Diambilnya beberapa dokumen penting, lalu ditandatangani nya benda itu dan disimpannya dalam brankas yang password nya diketahui olehnya dan sang adik.
“ hanya ini yang bisa kuberikan Debora, semoga kau bahagia!” batinnya.
David mengirim pesan pada Bagas,” Lusa aku akan berangkat ke kota A untuk memeriksa Kafe, susul aku di sana, aku ingin menenangkan pikiran, tidak perlu beritahu yang lain!” pesannya.
David akan menyelesaikan semuanya dengan Bagas lalu mengakhiri hidupnya yang membosankan itu.
