Suamiku, Tolong Balas Cintaku!

"Tidak ada korelasinya! ada atau tidak adanya Luna di hidupku jika mama mengatur terlalu berlebihan aku akan tetap seperti ini." Jawab Dio yang mulai terpancing emosi.

"Laki-laki itu yang di pegang ucapannya Dio, mana janji kamu yang akan berpisah dari Luna, dan menunggu Luna mengucapkan cerai terlebih dahulu? Tapi apa yang kamu lakukan? Kamu malah bersikap baik padanya seolah kamu sudah menerima pernikahan s1alan ini! Kamu lupa? Keluarga Luna jelas memanfaatkan koneksi papa untuk menjadikan perusahaan mereka lebih besar, dan lambat laun mereka akan mengambil seluruh harta kita! Kamu Bodoh Dio... Bodoh!!!!!"

"Cukup ma, CUKUP!!!!!" Dio dengan cepat berdiri dari posisi duduknya, emosi nya sudah tidak bisa tertahan lagi.

"Apa? mau marah sama mama kamu? Mau pukul mama hah?!!" Ucap Ervina sambil terus mendekati Dio yang wajahnya sudah memerah.

"Asal mama tau, aku adalah orang yang menyebabkan Luna mengalami insiden air keras kemarin? Aku merasa bersalah ma !! Satu-satunya cara untuk menenangkan fikiran aku dari rasa bersalah adalah bertanggung jawab merawat Luna dengan baik." Dio terus menampik perasaan cinta yang dia rasakan pada Luna, pria itu menggunakan alasan bertanggung jawab agar tidak di cap plin-plan oleh Ervina.

"Hah? Gil4 kamu Dio, papa kamu dan keluarga Luna sedang gencar-gencarnya mencari pelaku utama. Kamu tau akan Semarah apa jika papamu tau yang sebenarnya!!" Sahut Ervina sambil memijat keningnya.

"Ya, aku sudah bisa bayangkan." Ucap Dio yang mulai melunak.

"Jika kamu ingin memberi pelajaran pada wanita itu karena sudah merusak kehidupanmu, harusnya bilang pada mama. mama bisa berbuat lebih rapi dari pada cara kamu itu."

Dio hanya diam, seolah mengiyakan tragedi air keras itu untuk luna, bukan untuk Aldo. karena Dio gengsi pada Ervina jika harus mengakui cemburu pada Aldo.

Ditempat yang sama dan ruangan berbeda, Luna membekap sendiri mulutnya menahan suara tangis yang mungkin saja bisa keluar, air matanya membanjiri seluruh wajahnya. Tak pernah terfikirkan oleh Luna bahwa Dio berhubungan dengan kasus air keras kemarin.

Luna berencana akan bercerai baik-baik setelah fashion show selesai, dengan menggunakan alasan Dio tidak akan pernah mencintai siapapun selain mendiang calon istrinya pada mertua dan orang tuanya sendiri, karena jika di paksakan pernikahan ini akan sangat menyakitkan.

Tapi setelah mendengar pengakuan Dio saat ini, rencana Luna yang sudah di rancang sedemikian rupa hancur sudah, bahkan seketika rasa benci itu datang pada Dio , ketika Luna mendengar perkataan Ervina bahwa dirinya lah yang sudah merusak kehidupan Dio, dan suaminya itu tidak menampik sama sekali perkataan mama nya, yang artinya dia sendiri membenarkan.

Andai saja saat ini Luna tau maksud sebenarnya penyiraman air keras yang di lakukan anak buahnya Dio itu karena rasa cemburu suaminya pada Aldo, mungkin Luna tidak ada merasa sakit yang teramat sangat seperti sekarang ini.

Luna sudah tidak tahan lagi, Wanita itu akhirnya keluar dari persembunyiannya.

Dio dan Ervina terkejut melihat Luna berjalan perlahan dengan wajah yang sudah di penuhi air mata, dan tatapan yang tajam Luna berjalan ke arah dapur, di ambilnya satu buah pisau ...dan dengan cepat wanita itu menghampiri Dio yang sedari tadi memperhatikan gerak gerik Luna.

Ervina terkejut bukan main saat melihat Luna memegang pisau dan berjalan menuju anaknya.

"Lunaaa !!!!" Wanita itu berteriak, dia menyangka pisau yang di pegang Luna akan di gunakan untuk menusuk Dio karena sakit hati mendengar pembicaraan di antara mereka berdua tadi.

"Luna ... Luna ... turunkan pisaunya," Ucap Dio panik.

"Ambil ini!" Luna melempar pisau tepat di kaki Dio.

"Daripada sulit untuk menyingkirkan aku dari kehidupanmu dengan menyuruh orang lain untuk membuatku sengsara dengan menyiram air keras itu, lebih baik kamu langsung saja Bun*h aku dengan tanganmu sendiri, agar mama kamu juga puas melihatnya, Oh iya ... Sedikitpun keluargaku tidak pernah memanfaatkan papa Latif untuk memperbesar perusahaan, setidaknya kamu tau itu dari mulutku sendiri sebelum aku mati hari ini. Ayo lakukanlah Dio ..." Ucap Luna sambil terus mendekati Dio perlahan.

Dio menggelengkan kepalanya perlahan, "Luna, sadar Luna ... Ini semua gak seperti yang kamu bayangkan!" Ucap Dio sambil menjauhkan posisi pisau dari kakinya.

"LAKUIN SEKARANG!!!!! AKU IKHLAS!!!" Teriak Luna.

"Engga Lun, aku gak akan ngelakuin itu, gak akan." Ucap Dio yang berusaha memeluk Luna dan wanita terus berontak sampai Dio jatuh karena kalah dengan tenaga Luna yang sedang di puncak emosi.

"Stop Luna, tidak usah banyak drama! Cukup pergi dan mehilang dari kehidupan Dio, lanjutkan kehidupanmu lalu urus perceraian ini atas permintaan kamu sendiri, Oh ya ... karena kamu mungkin sudah mendengar semuanya pembicaraan saya dan dio tadi, jangan buat nama baik anak saya tercoreng karna kasus receh seperti ini dengan melaporkan pada suami saya atau kepada polisi, Dio sudah merawatmu dengan baik bukan? Luka mu juga sudah tidak masalah kan? Jadi anggap saja itu sebagai pelajaran untuk karena sudah menghancurkan kehidupan anak saya dengan menikahi wanita seperti mu, masih untung Dio tidak memerintahkan anak buahnya untuk menyiramkan air keras itu pada wajahmu!" Ucap Ervina yang mampu mencabik perasaan Luna yang mendengarnya.

"Ma !!!!! Stop." Teriak Dio.

"Baiklah jika itu maumu, anggap saja ini pengabdian terakhirku pada sosok suami yang sebenarnya tidak layak di sebut sebagai suami." Ucap Luna yang langsung masuk ke dalam kamarnya.

Dio dengan cepat menyusul Luna ke dalam kamar, Luna langsung membuka kopernya dan memasukan beberapa pakaian dan barang penting ke dalamnya, karena gerakan Luna yang cepat, luka di bahunya yang belum sepenuhnya sembuh mengeluarkan darah dan itu terlihat jelas menembus bajunya yang berwarna putih.

"Lunaa, luka kamu berdarah ... Stop dulu lun, stop!!!" Ucap Dio yang berusaha menghentikan istrinya.

Luna tidak menganggap sama sekali perkataan Dio, meskipun sebenarnya dia merasakan sakit di bahunya,wanita itu menahannya.

"Minggir dio, jangan menghalangiku!" Ucap Luna pada Dio yang berusaha menutup kopernya.

"Dio, biarkan saja ! Ini yang kamu mau kan ... Untuk apa kamu membujuknya?" Ucap Ervina yang tiba-tiba ikut masuk ke dalam kamar Luna.

"Minggir kalian semua!" Bentak Luna pada Dio dan Ervina yang menghalangi jalannya.

Luna langsung berjalan ke luar kamar dengan menyeret kopernya, Dio hanya diam ... Ervina menghalangi Dio agar tidak bisa menyusul Luna. "Diam kamu disini ! Ini untuk kebahagiaan kamu sendiri, Luna tidak akan membocorkan rahasia mu, tenang saja."

Bukan ini yang aku mau ... Kenapa berat sekali mengungkapkan yang sebenarnya. Tujuanku di awal untuk membuat Luna pergi dari hidupku sudah tercapai saat ini, kenapa aku tidak merasa lega? kenapa sekarang aku tidak rela jika Luna pergi dari hidupku.