Mengejar Cinta CEO Dingin Sampai Mana?

"Untuk apa kau di sini seperti hantu?" tanya Alam emosi.

"Ini!" Ayleen memberikan lipatan jas pada Alam membuat mata Alam melihat jas yang terlipat rapi itu.

"Jas siapa itu?" tanya Alam dengan wajah datar yang pura-pura tidak tahu. Ayleen malah tersenyum mendengar pertanyaan Alam.

"Apa yang lucu?" kesal Alam.

"Ya ampun Pak Alam pura-pura lupa seperti itu sangat menggemaskan. Ini punya kamu lah. Kamu yang memberikan jas ini kepadaku tadi siang untuk menutupi aurat ku, kamu diam-diam memberikannya kepadaku," ucap Zeva senyum-senyum yang menggoda Alam.

Wajah Alam memerah yang tidak bisa mengelak lagi dan bagi Ayleen pemandangan seperti itu sangat langka.

"Jangan malu seperti itu tuan Alam yang tampan," goda Ayleen.

"Kau diamlah! Aku tidak perlu malu dengan apa yang kau katakan," kesal Alam dengan wajah yang jelas salah tingkah.

"Lalu kenapa coba memberikan jas ini diam-diam kepadaku?" tanya Ayleen jangan mengintrogasi yang sangat suka membuat Alam grogi.

"Hey, Aku hanya tidak sengaja lewat dan melihatmu seperti itu tidur yang memamerkan tubuhmu. Jadi aku aku memberikan sembarangan dan jika itu orang lain maka juga akan aku berikan," jawab Alam dengan beralasan.

"Jadi aku tidak boleh ya, aku memamerkan tubuh kepada orang lain, Jadi sekarang kamu posesif yang melarangku untuk melakukan itu karena aku hanya milikmu ya. Kita belum resmi pacaran saja kamu sudah sangat posesif," goda Ayleen dengan percaya diri membuat Alam menghela nafas kasar dengan dengan melihat Ayleen.

Wajah Alam terlihat semakin kesal mendengar kata-kata Ayleen.

"Kau itu sebenarnya berasal dari planet mana. Aku tidak pernah bertemu manusia sepertimu dan memang kau bukan dari planet bumi yang memiliki tingkat kepercayaan diri sangat tinggi," kesal Alam.

"Oh iya, itu artinya aku sangat unik bukan," sahut Ayleen.

"Terserah!" kesal Alam mengambil jas itu dari tangan Ayleen. Karena Alam yang sudah tidak punya kata-kata lagi. Lalu pergi.

"Eh tunggu dulu!" bukan Ayleen jika tidak mencegah Alam dengan memegang tangan Alam

"Apa lagi sih!" kesal Alam.

"Aku belum mengucapkan terima kasih atas bantuan kamu," jawab Ayleen.

"Aku sama sekali tidak membantumu dan siapapun yang seperti itu akan aku perlakukan seperti itu," tegas Alam.

"Masa iya!" sahut Ayleen yang tidak percaya.

"Papah itu bagaimana, masa iya harus mendengarkan dia dari pada anak sendiri?" tiba-tiba terdengar suara yang marah-marah membuat Alam melihat ke arah suara itu.

Tiba-tiba Alam menarik tangan Ayleen yang membuat Ayleen kaget dengan yang mengikut saja dengan yang mana mereka bersembunyi di bawah pohon.

"Hey apa yang kau lakukan?" tanya Ayleen.

"Kita ngapain di tempat sepi seperti ini?" tanya Ayleen panik dan Alam masih diam dengan wajah serius.

"Kau mau melakukan itu?" tanya Ayleen tiba-tiba menyilangkan ke-2 tangan di dada yang merasa Alam mulai ingin melakukan hal aneh-aneh membuat Alam melihat kearah Ayleen dan langsung mendorong kepala Ayleen dengan jari telunjuknya.

"Jangan berpikiran kotor!" kesal Alam.

"Isss sakit tahu," kesal Ayleen mengusap-usap dahinya.

"Lalu kau ngapain mengajak aku ke tempat seperti ini?" tanya Ayleen.

"Kau diamlah!" tegas Alam.

"Apa kau tidak bisa diam!" bentak Brawijaya. Fokus Alam kembali melihat kearah keributan itu. Riana, Mona dan Brawijaya.

"Lihatlah sekarang papa membentak padahal dia yang bersalah. Papa tahu Alam akan sangat marah. Jika papa mencampur proyek dia dan apalagi melakukan semua itu atas perintah wanita ini!" tunjuk Riana pada Mona.

"Riana kenapa kamu menyalahkan mama," sahut Mona.

"Sudahlah jangan sok manis di depanku, kau pikir aku tidak tahu hah! jika semua ini adalah ulah mu yang mempengaruhi papa agar papa ribut dengan Alam!" tegas Liana dengan kesal pada ibu tirinya yang usia mereka hanya terpaut 5 tahun. Nenek baru Alam memang lebih tua 5 tahun di atas sang mama.

"Kau malah menyalahkan ibumu!" bentak Brawijaya.

"Dia bukan ibuku!" tegas Riana.

Percekcokan itu di tonton Alam dan juga Ayleen, tetapi Ayleen pasti kebingungan melihat pertunjukan itu.

"Jadi benar kata Dellon wanita itu memang datang kemari," batin Alam.

"Kenapa ibumu ada di sini?" tanya Ayleen.

"Dari mana kau tahu dia ibuku?" tanya Alam menoleh ke arah Ayleen.

"Aku pernah melihat foto dia ada di ruangan mu dan pasti ibumu bukan, saat itu kalian berdua terlihat dekat," jawab Ayleen. Alam tidak menanggapi.

"Hmmm, lalu wanita penjajah itu, nenekmu?" tanya Ayleen.

"Nenek ku sudah meninggal dia bukan nenekku!" tegas Alam.

"Jadi itu nenek tirimu!" tebak Ayleen. Tidak ada tanggapan sama sekali dari Alam.

"What! pilihan kakek mu bagus juga, masih milih yang muda-muda," lanjut Ayleen dengan geleng-geleng kepala.

"Papa bela saja wanita ini. Aku akan beritahu Alam semua!" tegas Liana dengan memberikan ancaman dan langsung meninggalkan sepasang suami istri yang sedang bucin.

"Liana mau kemana kau!" panggil Brawijaya.

"Sayang bagaimana ini. Liana pasti akan memberitahu kepada Alam yang tidak-tidak dan nanti aku akan di salahkan Alam," ucap Mona panik dengan merengek pada sang suami.

"Sayang kamu tenanglah. Alam tidak akan melakukan apapun kepada kamu. Aku yang akan mengurus semuanya!" sahut Brawijaya.

"Tapi aku takut sayang," Mona terkesan begitu manja.

Ayleen yang melihat dari kejauhan sangat jijik, dia suka melihat adegan romantis, tetapi kalau sudah tua seperti itu pasti merasa enek dan ingin muntah

"Jangan khawatir! Ayo kita pergi!" ajak Brawijaya yang meninggalkan tempat itu.

"Isss mereka itu apa tidak lihat umur!" kesal Ayleen.

"Apa lagi yang di rencanakan wanita itu," batin Alam dengan wajah yang terlihat berpikir.

"Hmmmm. Apa itu akan menjadi gambaran di saat kita tua nanti?" tanya Ayleen melihat ke arah Alam membuat Alam melihat Ayleen dengan wajah datar Alam dan Ayleen yang senyum-senyum sendiri.

"Hey kenapa menatapku seperti itu," sahut Ayleen yang malah mendekatkan wajahnya, sungguh sangat berani membalas tatapan Alam.

"Dasar wanita aneh!" desis Alam yang langsung pergi dari hadapan Ayleen

"Hey tunggu!" panggil Ayleen yang pasti mengejar.

Brukk

Auhhh.

Tiba-tiba Ayleen terjatuh dengan kedua lutut yang menyentuh tanah dan membuat tampak kesakitan. Alam menghentikan langkah dan menoleh kebelakang.

Hahhhh.

Alam menghela nafas dan menghampiri Ayleen.

"Auhhhh sakit!" keluh Ayleen yang dengan melihat lututnya yang terluka. Alam kembali menghela nafas lalu berjongkok untuk melihat keadaan wanita yang terjatuh itu.

"Makanya hati-hati," ucap Alam.

"Ya kamu sih, main pergi begitu saja," kesal Ayleen dengan mengangkat kepala melihat Alam.

Alam melihat hidung Ayleen mengeluarkan darah, tapi Ayleen tidak menyadari hal itu yang hanya mengusap-usap lututnya yang sangat perih.

"Hidungmu terbentur?" tanya Alam.

"Memang kenapa?" tanya Ayleen.

"Berdarah," jawab Alam.

"Benarkah!" sahut Ayleen yang langsung buru-buru melap darah itu menggunakan jari.

"Benar! astaga!" lirih Ayleen mendongakkan kepala ke atas agar darahnya tidak keluar lagi.

Alam mengeluarkan sesuatu dari saku celana yang ternyata berupa sapu tangan dengan spontan Alam yang melap darah itu membuat Ayleen kaget dengan melihat ke arah Alam.

Ayleen mendadak membisu yang tidak berkata apa-apa dengan perlakuan lembut Alam yang tiba-tiba perhatian. Ayleen seperti merasa jika dia sedang bermimpi.

Bersambung