Menceritakan tentang Raya seorang perempuan yang memiliki kelebihan yaitu Indra keenam. Raya adalah seorang vokalis bend nya yang berada KapRal. Raya juga merangkap sebagai pencipta lagu yang dia ambil dari kisah-kisah arwah penasaran.
Suatu hari Genk KapRal didatangkan beberapa musibah dan malapetaka, pertama Raya nyaris terbunuh, kedua bend KapRal mendapati sebuah fitnah bahwa bend mereka melakukan plagiat atas lagu-lagu yang diciptakan Raya.
Saat merasa frustasi Raya tiba-tiba mendapat ide untuk datang ke villa milik kakeknya.
Di Sana dia yang ditemani sagara menemukan beberapa hal ganjil serta berhasil menemukan sebuah syair atau mantra yang akan di ubah oleh Raya menjadi sebuah lagu.
Dari sanalah malapetaka besar itu akan muncul. Setelah Raya memperkenalkan lagi ciptaanya kepada teman-teman bend nya.
Satu persatu teman-teman bend mati dengan cara yang mengenaskan, pembunuh nya hanya meninggalkan jejak yang sama yaitu kedua bola mata korban lenyap tiada bekas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuireputih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25 Kutukan
"Aku pasti menghabisi kalian. Aku pasti akan menghabisi kalian seperti tiga cecunguk itu." Suara itu terdengar berulang-ulang.
"Sial! Ini cuma Ring Back Tone!" dengus Bara kesal.
"Tunggu! Kenapa dia menyebut tiga cecunguk? Yang mati kan cuma dua?" tanya Pita tak habis pikir.
"Mungkin cecunguk yang satunya itu aku." desah Raya, "Apa dia tidak tahu kalau aku masih hidup?" Gumamnya kemudian.
Tak lama kemudian, sambungan pun terputus. Sagara mencoba menghubungi kembali, tapi tak tersambung. Dicoba lagi pun hasilnya sama. Anehnya, tiba-tiba handphone Sagara mati dan tak lagi bisa dihidupkan.
"Aduh, kenapa lagi ni handphone Aneh!" gerutu Sagara kesal.
"Apa lagi? Mungkin saja yang kamu hubungi tadi hantu. Buktinya HP-mu mati tiba-tiba kan?" celetuk Pita.
"Ini nggak ada hubungannya dengan hantu!" dengus Sagara. Ia mencoba menghidupkan handphone-nya kembali, tapi nihil.
"Kita pasti terkena kutukan! Minta saja Raya menghentikannya. Dia kan punya banyak teman hantu, masa nggak bisa dimintai tolong.” Kalimat Pita memang terkesan biasa dan tanpa nada mengejek sedikit pun. Namun, pandangan sinisnya benar-benar menikam jantung Raya.
Raya terkesiap, lalu pergi begitu saja. Ia bosan disalahkan terus. Sementara itu, Sagara berusaha mengejar sebelum Raya pergi dengan taksi seperti tadi.
Namun, sayangnya lagi-lagi Raya kabur dengan mobil biru sialan itu. Sagara menyumpah serapah. Rasanya ingin menyumpal mulut Pita agar tidak lagi menyakiti hati Raya.
Sesampainya di apartemen, Raya langsung menghambur ke kamarnya dan menangis sambil menelungkupkan diri di ranjang.
Kalimat Pita terus terngiang. Kenapa perempuan itu selalu membencinya, sehingga musibah seperti ini justru dimanfaatkan untuk menyudutkan orang lain?
Raya bangkit dan duduk di bibir ranjang. Matanya terpaku pada pisau yang menancap pada sepiring apel yang berjajar rapi pada piring di atas piano.
Bisikan-bisikan gaib memaksanya untuk mengambil pisau itu. Raya pun berdiri dengan pandangan hampa dan berjalan pelan. Tangan kanannya menggapai, siap mengambil pisau itu.
Bayangan Algrandra Van Der Arvero alias kakek buyutnya mendadak muncul merapalkan lirik demi lirik Irama Kematian. Lalu, tampak juga Ngarlien tengah mencabut mata para pasukan Belanda yang sudah tak berdaya. Beberapa dimakan langsung dan tak sedikit yang dimasukkan dalam wadah baskom.
Dari hubungan Algrandra dan Ngarlien, lahirlah Rayyon. Lalu, Rayyon menikah dan memiliki anak bernama Raycytan Van Der Arvero, alias ibu Raya.
Ibu yang telah lama meninggal, mewariskan sebuah kekuatan yang tak dimiliki manusia normal.
"Teruskan ambisi kami, Raya. Teruskan…. Teruskan...."
"Siapa yang kau takutkan? Habisi saja dengan Irama Kematian."
"Pembunuh itu berkeliaran di sekitarmu. Kau bisa menghabisinya dengan mudah, kalau kau mau …."
Bisikan-bisikan itu terus terdengar, seiring dengan bayang-bayang leluhur Raya yang telah meninggal.
Ambisi apa yang mereka maksud? Ambisi untuk hidup abadi seperti nenek buyutnya? Tidak! Raya tidak mau! Apa mungkin, Irama Kematian benar-benar terlibat dalam serangkaian peristiwa menakutkan ini?
Apakah irama kematian mempermudah penjagal itu untuk menyerang teman-temannya?
"Tidaaaaak …!" Raya bergegas mengambil pisau itu dan mengarahkannya pada pergelangan tangan kiri.
"Tidak! Jangan, Raya!" teriak Sagara yang tiba-tiba membuka pintu apartemen dan menyaksikan usaha bunuh diri Raya.
Di belakangnya, Karin tampak terpaku dengan mimik muka shock.
Pisau dalam genggaman Raya terlepas. Lalu, tubuh gadis itu terkulai layu dan jatuh terjerembab di depan piano putih.
tapi kerennnnn 👍👍👍👍