They Are Not Your Baby

Pagi ini Fira mendapat telfon dari atasannya. Dia jadi bergegas keluar rumah sakit untuk bersiap pergi kerja. Selama Fira bekerja Vino akan di rawat oleh suster. Sedangkan Vina, dia akan dijaga oleh pengasuhnya tapi hari ini Vina harus ikut dengan ibunya. Pengasuh yang bekerja untuk Fira sedang cuti.

Mereka berdua sudah keluar dari rumah sakit. Karena Fira terburu-buru kerumah sakit ketika dijemput Ibnu dia jadi lupa membawa mobil sendiri. Kini mereka sedang menunggu taxi online yang dipesan Fira.

"Bubu lihat itu nenek cantik" Vina menunjuk Tiwi yang berjalan dengan Abra pasangan suami istri itu terlihat mesra.

"Iya bubu juga lihat kok sayang" Fira mengusap lembut rambut Vina.

Fira sebenarnya tidak memperhatikan kearah mana putrinya menunjuk dia berkata begitu hanya untuk menghiburnya. Prioritasnya saat ini adalah mencari taxi. Semakin lama mereka mendapat taxi semakin lama pula Fira sampai ditempat kerja.

"Bubu nenek cantik menuju kemari" anak kecil itu menggoyangkan tangan ibunya. Tapi Fira tetap saja menghiraukannya.

"Nana kenapa disini?" Tiwi menyapanya

Barulah Fira sadar jika Tiwi berada di sebelahnya dia meminta maaf karena tidak memperhatikan.

"Ada apa? Apa kamu butuh bantuan?" Tiwi melihat wajah Fira penuh kecemasan.

Ibu dua anak tersebut menceritakan keluhannya.

"Begini saja, kamu diantar putraku saja mereka juga kebetulan searah dengan tujuanmu"

"Saya tidak mau merepotkan putra ibu"

Tiwi memberi kode kepada Vina. Anak kecil pintar itu langsung mengerti , dia pun membujuk Fira untuk pergi dengan mobil Bisma dan Ghama.

Meski terpaksa , Fira tetap berterimakasih atas niat baik Tiwi yang membantunya. Tapi taxi yang dipesan Fira sudah sampai dia jadi menolak ajakan wanita paruh baya tersebut.

"Taxi saya sudah sampai, terimakasih karena berniat memberi saya tumpangan Bu"

Fira meminta Vina untuk masuk terlebih dahulu dia sekali lagi mengucapkan terimakasih kepada Tiwi. Wanita yang penuh sopan santun itu sudah pergi. Tapi bayangannya masih saja membekas dipikiran Tiwi.

Fira adalah calon menantu idaman yang diinginkan Tiwi untuk Ghama. Sikapnya dewasa , baik , cekatan dalam mengurus anak apalagi jika mengurus keluarga.

"Mama_" Abra mengejutkannya

"Papa kenapa sih? Mama jadi terkejut" Tiwi mengelus dadanya. Dia heran dengan tingkah laku Abra terkadang romantis terkadang lagi kekanak-kanakan.

"Kenapa juga mama melamun disini"

"Huh , bukan urusan papa" Tiwi langsung masuk kedalam mobil mereka kemudian disusul Abra.

Mobil yang dinaiki Abra dan Tiwi sudah keluar dari rumah sakit. Bisma dan Ghama berada di mobil belakang mengikuti orang tuanya.

-

Taxi yang dinaiki Fira sudah tiba di SDL Collection. Safira Annisa Trihapsari adalah wakil manajer dikantor ini. 5 tahun lalu , Fira melakukan wawancara diberbagai perusahaan tapi kondisi tubuhnya yang berbadan dua membuatnya di tolak.

Teman dekat Fira , Asyifa Hartati atau akrab disapa Sisi kebetulan membutuhkan wakil manajer dia juga yang menyarankan Fira untuk datang wawancara meski sempat di tolak oleh atasannya. Syifa tetap bisa membujuk mereka untuk menerima Fira. Dia yang akan menjaga Fira dia sangat yakin Fira orang yang bertanggung jawab.

"Untung gak telat" Fira sudah memasuki kantornya dia menghela nafas lega , dari tadi dia sangat takut jika terlambat pasti Syifa yang akan dimarahi.

"Fira_" Syifa menepuk bahunya.

"Aku gak telat kan?"

Syifa menggeleng, dia menghubungi Fira bukan berarti Fira harus sampai lebih cepat. Ada proyek yang akan mereka tangani itu proyek besar jadi dia meminta Fira hadir dirapat pagi ini.

Sementara rapat berlangsung Vina tinggal diruangan Fira. Dia sudah terbiasa disana sendirian jadi tidak heran jika Fira mudah untuk bekerja meski Vina ada di kantornya. Begitu kembali masuk kekantornya , Fira dikejutkan dengan Vina yang terbaring tidur disofa ruangan itu. Dia mengelus lembut rambut Vina sebelum pergi keluar.

"Sisi aku titip Vina ya" ucapnya saat berpas-pasan dengan Syifa sebelum pergi keluar. Hari ini Fira akan bertemu seorang kolega bisnis mewakili SDL Collection menggantikan Syifa.

Syifa berdehem dia juga sebenarnya tidak ingin meminta Fira pergi menggantikannya tapi seseorang dari Haryadi Group ingin bertemu dengannya dia jadi menolak pergi menemui kolega bisnisnya.

Sudah 30 menit kepergian Fira, anak gadisnya kini terbangun. Dia langsung menghujani Syifa dengan pertanyaan yang berulang-ulang.

"Tante dimana bubu?" begitulah ucapnya berulang kali?

Sudah berkali-kali juga Syifa menjelaskan jika ibunya sedang pergi menemui kolega bisnis tapi anak itu malah makin menghujani banyak pertanyaan padanya.

"Nana sayang, Nana cantik, Nana anak baik, Nana anak pintar, bubu kamu lagi pergi kerja sebentar lagi dia pulang" bujuknya.

Tawa pecah Vina membuat Syifa faham ternyata bocah kecil itu sedang mengerjainya. Tidak lama setelah itu Tina desainer SDL Collection menghampirinya mengatakan jika ada yang mencari Syifa.

"Siapa Tina?" Syifa menatapnya penuh tanya.

"Direktur utama Haryadi Group tuan Ghama Dian Haryadi".

Syifa tidak lagi terkejut karena sudah tahu bahwa Ghama akan datang tapi kenapa bisa secepat ini?. Dia belum mempersiapkan mental dan juga dia sedang mengurus Vina. Tidak enak jika Syifa meninggalkan Vina dengan Tina alhasil anak kecil itu dia bawa bertemu Ghama.

Tina mengatakan jika Ghama sedang menunggu diruangan meeting SDL Collection. "Nana sayang ponakan Tante , nanti jangan nakal ya" Syifa belum masuk kedalam ruang meeting.

"Nana janji gak nakal kok Tante" anak itu menautkan jari kelingkingnya dijari kelingking Syifa.

Dia mengatur nafasnya dahulu untuk bersiap menemui putra pemilik perusahaan terbesar dikota itu. Dia berharap tidak akan ada masalah dengan Ghama, semoga saja sifat playboy nya Ghama tidak bisa mencuri hatinya tapi pasti wajah ganteng Ghama akan membekas dipikirannya.

"Tuan Ghama" Syifa menyapanya.

Lelaki berparas ganteng itu menoleh , dia bukan memperhatikan Syifa tapi anak kecil yang digandeng Syifa. Alis Ghama sedikit mengernyit saat menatap anak itu. "Kenapa bekerja membawa anak? Apa kamu tidak punya pengasuhnya" terlontar lah isi pikiran Ghama.

Mendengar pertanyaan itu Syifa jadi kelabakan dengan cepat dia menjelaskan masalah Vina. Anak itu hanya dititipkan padanya karena ibunya yang merupakan wakil manajer Syifa harus bertemu kolega bisnisnya.

"Ada apa tuan ingin bertemu saya?" Syifa bertanya dengan hati-hati, dia sudah duduk didepan Ghama dan Vina berada disebelahnya.

"Aku ingin bertanya tentang wanita ini" Ghama memperlihatkan foto yang dia dapat dari potongan Vidio.

Foto itu adalah Fira tapi hanya bagian belakang tubuhnya saja yang terlihat. Syifa mengatakan jika dia tidak tahu mengenai wanita difoto itu.

Ghama menaikkan alisnya, dia meminta Syifa untuk memperhatikan lagi gambar itu. Tetap saja Syifa menjawab tidak tahu.

"Malam itu kamu bersamanya" Ghama mengeluarkan foto kedua. Di dalam foto itu terlihat wajah Syifa menggandeng tangan Fira.

Melihat gambar kedua dan melihat disekitar foto tersebut Syifa mengingatnya. Tapi itu kejadian 5 tahun yang lalu dan gadis yang bersamanya adalah Fira. Dia tidak langsung mengatakan hal itu.

"Kenapa anda bertanya tentang dia" Syifa menunjuk gambar pertama. Dia penasaran alasan Ghama menanyakan Fira dan menunjukkan foto Fira dimalam 5 tahun yang lalu ketika acara pesta wisuda mereka.

"Jadi kamu tahu atau tidak" Ghama menaikkan sedikit nada suaranya.

"Tidak" tegasnya.

Mendengar perkataan Syifa yang tegas, Ghama jadi yakin jika wanita itu menyembunyikan sesuatu. Dia tidak ingin berlama-lama disana. Tujuannya adalah untuk memastikan jika gadis 5 tahun lalu bukan lah ilusi dan itu sudah tercapai dengan melihat respon Syifa.

"Aku akan menyelidikinya jika kamu tidak memberitahuku" dia pergi.