They Are Not Your Baby

They Are Not Your Baby

Episode 01

Malam itu hujan deras mengguyur sebuah kota. Di perempatan jalan terjadi tabrakan mobil yang diduga terjadi akibat jalanan licin.

Dua korban dari arah berlawanan tersebut kini dilarikan kerumah sakit terdekat.

Foto yang terbingkai indah diatas dinding seketika jatuh , ruang tamu yang tadi hening kini berisik karena kaca foto itu hancur lebur Tiwi merasakan perasaan gelisah tak karuan

Dia dengan cepat menyelamatkan foto tersebut.

Darahnya menetes tatkala beling mengenai tangannya saat menyentuh foto tersebut hatinya kini makin gelisah foto yang terjatuh adalah satu-satunya foto keluarga mereka diruangan itu

"Ada apa? Kenapa kamu gelisah begitu Ma?" Abra bertanya tatkala menatap istrinya mondar-mandir

Abra tadinya tidak ingin turun kelantai satu rumah mereka karena pekerjaannya sangat banyak hingga harus diurus hari ini juga tapi suara benda jatuh dari lantai bawah membuatnya khawatir

Setiba disana dia lebih dibuat khawatir karena Tiwi istri tercintanya mondar-mandir dengan gelisah bahkan luka ditangan pun tidak dia pedulikan

"Kemarilah biar aku obati lukamu dahulu" Abra membawa Tiwi duduk disofa

"Perasaan Mama gak enak Pa" Tiwi mengatakan kekhawatirannya

Abra berjalan menuju laci mengambil kotak p3k untuk mengobati Tiwi sambil mengobrol dengan wanita itu dia menenangkannya , Abra tahu betul siapa yang dikhawatirkan Tiwi sudah pasti Ghama putra kedua mereka

Tidak ada satu haripun kelakuan Ghama yang tidak membuat khawatir. Lelaki yang sudah hampir berkepala tiga itu masih saja bersikap seenaknya dan tidak mencerminkan sikap dewasa sedikit pun.

Kring!

Ponsel Abra berdering melihat nama didalam hp tersebut adalah Ghama, tangan Tiwi dengan sigapnya merampas dari tangan Abra

"Ghama kamu dimana? Kamu baik-baik saja kan?" Tiwi langsung menghujani pertanyaan seperti itu ketika mengangkat telfon

Kekhawatirannya memuncak tanpa sebab padahal jelas Ghama yang menelfon tapi hatinya masih terus saja gelisah

"Apa ini dengan keluarga pasien atas nama Ghama? kami dari pihak rumah sakit ingin mengabarkan jika putra anda mengalami tabrakan mobil dan kini berada dirumah sakit kami"!

Tangan Tiwi gemetar atas apa yang baru saja dia dengar , Abra langsung mendudukkan kembali Tiwi disofa lalu merampas ponselnya dan lanjut berbincang dengan suster tersebut

Keduanya bergegas menuju rumah sakit yang disebutkan suster tadi. Sesampainya disana Abra langsung menghampiri pemilik rumah sakit untuk bertanya perihal kondisi putranya dan ingin tahu kronologis kejadiannya seperti apa

Dokter pemilik rumah sakit itu menjelaskan apa yang terjadi , kecelakaan yang dialami Ghama murni hanya kecelakaan akibat jalanan licin yang membuat dua mobil mereka tertabrak . Abra menonton ulang rekaman CCTV jalanan saat itu agar lebih percaya dengan penjelasan dokter.

Disana memang terjadi seperti apa yang dikatakan dokter tersebut.

Kembali pada masalah utama yaitu keselamatan Ghama putranya. "Bagaimana Kondisi Ghama saat ini dok?" tanya Abra

"Kondisi pasien tidak parah karena tabrakan itu hanya ada sedikit benturan di kepala korban membuatnya pingsan dan tidak sadarkan diri , demi untuk mencegah adanya kontraksi pada ginjal korban kami akan melakukan pemeriksaan menyeluruh" jelas dokter itu

"Saya mohon lakukan yang terbaik untuk Ghama" Tiwi tak kuasa menahan tangisnya

Ghama memiliki kelainan ginjal bawaan sejak lahir meski sudah pernah dioperasi tapi Ghama harus tetap rutin kontrol kedokter . Penyakit ginjal bawaan itu adalah turunan dari kakeknya padahal Abra saat lahir tidak mengalami penyakit ginjal bahkan dia sangat sehat

Setelah keajaiban itu dianggaplah penyakit ginjal bawaan itu telah hilang tapi mereka tidak menyangka jika sanya penyakit tersebut menurun langsung pada Ghama putra kedua Abra

Sejak lahir Ghama sudah harus beradaptasi dengan perlengkapan medis hingga umurnya cukup matang untuk menjalani operasi ginjal.

"Dokter hasil tesnya sudah keluar dokter Ibnu meminta anda keruangan laboratorium" seorang suster baru saja tiba

Dokter senior itu pergi menuju laboratorium kemudian di susul Abra dan Tiwi. Abra dan Tiwi hanya bisa menunggu di depan pintu kaca

Didalam sana terdapat Ghama yang didalam tabung pemeriksaan menyeluruh.

Hanya hitungan menit dokter Ibnu dan ayahnya pemilik rumah sakit itu keluar dari sana Tiwi dan Abra mendekat

"Bagaimana dok? Hasilnya?" Abra bersiap untuk hal terburuknya

"Kondisi pasien sangat normal anda berdua tidak perlu khawatir setelah ini Ghama akan dipindahkan keruangan naratama" dokter Ibnu menjelaskan

Mendengar pernyataan tersebut Abra dan Tiwi akhirnya bisa bernafas lega.

Sehabis dari sana dokter Ibnu langsung menuju ruangan pasien atas nama Alvino Antara bocah lelaki yang mengidap kelainan ginjal bawaan.

Sejak lahir Vino sudah ditangani oleh Ibnu yang merupakan dokter spesialis ginjal dan paru-paru.

"Kamu gak kerja?" dia menyapa wanita disebelah Vino

"Om nunu gendong" anak perempuan disebelahnya berhambus kepelukan Ibnu

Ibnu pun menuruti keinginan anak manis tersebut , gadis kecil berambut pirang itu adalah saudara kembar Vino

"Vina ribut ingin ketemu kamu , jadi aku bawa dia kemari" wanita ibu dua anak itu menjelaskan keadaannya saat ini

Ibnu dan dirinya adalah teman saat masa-masa kuliah mereka . Meski keduanya beda fakultas saat itu Safira Annisa Trihapsari berada di jurusan manajemen sedangkan Ibnu adalah mahasiswa kedokteran.

Keduanya sangat dekat bahkan pernah ada kejadian dimana Ibnu menyatakan perasaannya tapi Fira hanya menganggap pernyataan itu candaan belaka , baginya Ibnu adalah teman yang sangat baik dan dapat ia percayai .

Seperti saat ini saja anak lelaki Fira yang mengidap kelainan ginjal bawaan itu dia percayakan pada Ibnu.

"Ibnu bagaimana kondisi Vino saat ini"

"Kondisinya sangat stabil nyaris tanpa gangguan, dia anak yang sangat kuat" tuturnya memuji bocah tersebut

"Berarti bang Vino bisa sembuh dong Om" Vina antusias

Dahinya disentil pelan oleh Fira karena suara Vina bisa saja membangunkan Abang kembarnya bukannya menyadari apa salah dirinya gadis cilik itu berpura-pura kesakitan hingga terpaksa Ibnu membawa keduanya keluar agar tidak menggangu istirahat Vino.

Mata Vino terbuka , dia dari tadi sebenarnya sudah sadar hanya saja enggan membuka mata alhasil dia jadi tidak memiliki waktu yang tepat untuk membuka matanya.

Vino tidak masalah jika menahan gejala sakit ginjalnya tapi melihat Fira begitu berharap banyak padanya bocah itu berusaha agar operasi ginjal dilakukan secepat mungkin.

Dia tidak ingin menjadi beban ibunya lagi.

Pintu kembali terbuka , Fira hanya masuk seorang diri.

"Kamu sudah bangun nak" Fira mengusap lembut kepala hingga pipi anak itu

"Ibu baik-baik saja?" Vino bertanya

Fira berlinang air mata ketika mengusap pipinya membuat Vino jadi semakin khawatir apa terjadi sesuatu pada ibunya atau ada yang menyakiti ibunya

"Ibu kenapa?" tanya dia lagi

"Nak akhirnya jadwal operasi kamu dimajukan" Fira tidak bisa mengendalikan ekspresi wajahnya dia bimbang antara harus bahagia atau bersedih disatu sisi dia berharap putranya sembuh dari penyakitnya tapi disisi lain dia tidak ingin anak sekecil Vino harus melakukan operasi yang pastinya itu menyakitkan , jika ada sedikit saja kesalahan maka keselamatan Vino dipertaruhkan.

...[1]...

Terpopuler

Comments

adining kartika

adining kartika

hai kak.. mampir dikaryaku juga ya

2024-05-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!