Karena Taruhan, Hidupku Jadi Rusak!

Asisten Abnan pun pulang setelah ia mendapat perintah dari Tuannya.

Abnan melirik putrinya yang duduk diam di bangku. Pria itu mengambil tempat duduk tepat di sebelah Zeera.

"Nama ku Abnan. Lalu nama mu siapa gadis kecil?" Tanya Abnan pada Zeera berpura-pura tak tahu siapa nama gadis itu.

"Zeera, nama ku Zeera, Om." Jawab Zeera merasa sangat akrab dengan laki-laki dewasa yang duduk di sampingnya.

"Nama yang manis." Kata Abnan mengusap pucuk kepala Zeera sembari tersenyum lembut pada gadis kecil itu.

Zeera merasa sangat nyaman berada di dekat pria asing yang tidak dia kenal, yang sebenarnya adalah Ayah kandungnya sendiri.

Kontak batin antara Ayah dan anak memang sangat kuat.

"Om, dari tadi aku mau pulang Om, tapi Om yang tadi itu terus saja melarang aku pulang, Om," kata Zeera terlihat sedih memikir Bundanya, takut Bunda Akira akan khawatir menunggunya.

Abnan tersenyum kemudian memegang wajah Zeera dan mengusapnya lembut. "Zeera mau pulang?"

"Iya, Om. Pasti Bunda sedang mengkhawatirkan aku, Om."

"Pulang ke rumah Om ya. Om juga teman Bunda kamu, tadi Om sudah bertemu dengan Bunda kamu, kata Bunda, dia menyuruh kamu ke rumah Om dulu, nanti Bunda menjemput kamu di rumah Om," bohong Abnan.

Terlihat Zeera seperti sedang berpikir, "Apa benar seperti itu, Om?"

"Iya. Ayo." Abnan berdiri kemudian menarik lembut tangan putrinya.

Abnan membawa putrinya berjalan ke mobil. Tiba di mobil dia membukakan pintu untuk Zeera masuk.

"Makasih, Om." Kata Zeera tersenyum manis.

"Sama-sama." Jawab Abnan balas tersenyum lebar memperlakukan putrinya dengan sangat baik.

Abnan juga naik ke mobil. Kebetulan tadi dia pergi bersama seorang supir.

"Tuan, kita mau ke mana, Tuan?" Tanya supir dengan sopan.

"Antar saya ke Apartemen saya saja, setelah itu bapak bisa pulang." Jawab Abnan.

"Baik, Tuan."

Di perjalanan pulang terlihat Zeera sesekali menguap dengan kepala yang bergoyang ke sana kemari, Abnan menahan kepala putri kecilnya dan memeluk gadis itu yang sudah tertidur karena kelelahan.

Ia mengecup pucuk kepala putrinya. Kau sudah besar, Ayah sangat bahagia meskipun hanya mengawasi mu dari jarak jauh, sekurang-kurangnya Ayah melihat mu tumbuh hingga berusia 10 tahun. Batin Abnan terharu dia bisa memeluk putrinya setelah sekian lama. Terakhir kali dia menggendong putrinya itu saat Akira baru selesai melahirkan Zeera.

Ternyata selama ini, Abnan memang selalu mengawasi Akira dari kejauhan. Terkadang ia ingin mendekati wanita yang dia cintai itu, tapi saat kembali teringat ucapan Akira melalui rekaman suara. Dia kembali urung niat untuk menemui Zeera dan Akira karena dendam dalam hatinya.

Abnan mengeluarkan ponsel kemudian mengetik di benda pipih itu, terlihat dia seperti mengirim sebuah pesan pada seseorang, yang isi pesannya entah apa.

Di lain sisi. Akira sudah tiba di kediaman Papa Arga, karena dia memang tahu di mana tempat tinggal Abnan.

Di luar gerbang sudah ada Asisten Abnan yang menunggunya.

"Maaf, apa Tuan Abnan ada?" Tanya Akira.

"Tidak ada Nona, malam ini Tuan muda kembali ke Apartemennya." Jawab pria itu.

"Berikan aku alamat Apartemennya!"

Asisten Abnan tak menolak dan langsung memberikan alamat Apartemen Abnan.

Ternyata tadi Abnan mengirim pesan pada Asistennya, untuk memberitahukan pada pria itu kalau Akira akan tiba di kediaman Papanya untuk mencari keberadaannya.

Ternyata Abnan sudah menduga kalau Akira akan datang mencarinya.

"Terima kasih." Usai berterima kasih Akira langsung kembali bergegas mencari Apartemen Abnan.

***

Tok tok tok

Akira sudah tiba tepat di depan pintu Apartemen Adnan.

Cklek

"Mana putri ku!" Tak tanggung-tanggung Akira langsung menyerbu Abnan yang membuka pintu.

"Dia juga putri ku. Tapi sekarang Zeera sedang tidur di kamar." Kata Abnan jujur.

"Kau tidak bisa membawanya ke rumahmu tanpa izin dari ku!" Akira ingin masuk ke dalam untuk membawa pulang putrinya.

Abnan segera menahan lengan Akira, "Tidak semudah itu kau bisa membawanya pergi, Akira!"

"Cih! Memang kenapa? Aku yang sudah melahirkan dia! Dan kau tidak berhak untuk menghalangiku!" Bantah Akira berusaha melepas tangan Abnan yang mencengkeramnya.

"Sayangnya aku tidak mengizinkan mu." Abnan mendorong Akira sehingga membuat wanita itu hampir terjatuh ke lantai.

Akira yang geram...

Plak!!

Wanita itu tanpa memikir dua kali langsung menampar wajah Abnan.

Abnan juga ikut terpancing emosi mengangkat tangan ingin balas menampar Akira.

Pergerakan Abnan, membuat Akira refleks menutup kedua mata.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

Akira tidak merasa sakit pada wajahnya. Perlahan dia mulai membuka mata.

Ternyata Abnan hanya berdiam diri dengan tangan masih bergelantungan tak tega menyakiti Akira wanita yang sangat dia cintai.

Keduanya sama-sama diam.

"Biarkan aku membawa pulang Zeera." Kata Akira tak ingin bertengkar lagi dengan Abnan.

"Tidak, aku tidak akan pernah membiarkan kau membawa pulang Zeera, kecuali........" Sengaja menggantung ucapannya.

"Kecuali apa?" Bertanya penuh curiga.

"Kecuali kau mau menikah denganku." Kata Abnan berterus terang.

"Tidak! Aku menolak menikah denganmu. Lagi pula untuk apa aku menikah dengan laki-laki yang sangat membenci ku! Lebih baik kau serahkan Zeera, karena kau tidak memiliki hak apapun ke atas Zeera!" Tegas Akira menatap netra Abnan.

Abnan menarik satu sudut bibir tersenyum sinis.

"Baik, jika kau tidak mau menikah dengan ku, tidak masalah. Tapi ingat, kau tidak akan pernah lagi melihat Zeera, dan kedua, kau akan ku pecat dari Perusahaan tempat kau bekerja!" Ancam Abnan tersenyum puas.

Akira mengerut tak mengerti apa maksud perkataan Abnan.

"Perusahaan tempat aku bekerja? Memang apa hubungannya dengan mu?" Kata Akira belum menyadari.

"Kau bodoh? Atau kau amnesia? Apa kau lupa? Kalau kau bekerja di kantor cabang Perusahaan MegaGP?"

Akira terdiam seribu bahasa. Dia terlalu sibuk dengan sehari-hari tanpa pernah mengetahui kalau selama setahun ini dia bekerja di cabang kantor MegaGP yang pemimpinnya adalah Abnan, laki-laki yang sering dia hindari.

***

"Ku terima nikah dan kawinnya Akira Satra Qia dengan mas kawin seperangkat alat Sholat di bayar tunai!"