Keluarga besar yang sangat berkuasa, namun memiliki beberapa pewaris yang saling bertikai untuk memperebutkan kekuasaan puncak.
Salah satu dari mereka tidak peduli bersaing dengan cara kotor sekalipun, karena di dasari dengan selalu kalah dalam hal kekuatan bertarung kelompok maupun individunya.
Keluarga berkuasa itu, adalah keluarga Button.
Keluarga ini menguasai politik, bisnis dan dunia bawah tanah.
Saking kuatnya keluarga Button yang menetap di ibukota negara Trukotan yaitu kota Katao, sehingga jika orang-orang dari keturunan keluarga besar dan kecil lainnya, mereka mendengar tentang keluarga Button langsung terkejut....
=
=
Yuk ikuti kisahnya..
Sengaja menggunakan nama negara maupun kota yang asal sebut agar imajinasi lebih liar...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wissuwe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
006 KELOMPOK KAPAK MERAH BERLUTUT
Chapter 006. KELOMPOK KAPAK MERAH BERLUTUT.
\=
Setelah lawan yang tersisa langsung mundur ketakutan, Riko juga ikut mundur dia sudah cukup puas untuk olahraga kali ini! Hanya tinggal makanan penutup, yaitu mematahkan kaki Rudi Sanggoro.
Marco yang melihat itu semua juga gemetar, dia mundur sambil berucap.
"Jangan main-main, kami adalah kelompok kapak merah meskipun kamu hebat! Kamu tidak akan sanggup melawan kelompok kami." Marco sampai tidak sadar mengusap keringat dingin di dahinya.
Meskipun Marco adalah ketua kelompok kecil geng kapak merah, namun ini pertama kalinya dia melihat satu orang melawan puluhan orang dan dia berada di atas angin! Tanpa terluka sedikitpun bahkan tanpa senjata. Sedangkan lawannya yang puluhan banyaknya memegang senjata di tangannya.
"Oh oh, apa kamu ingin memanggil bala bantuan? Silahkan aku tunggu, Riko Setiadi tidak akan kabur. Panggil sebanyak yang kalian bisa!" ucap Riko dengan melipat tangannya di belakang punggungnya.
Sikap agung dari aura yang di pancarkan Riko membuat semua orang terkejut.
"Marko panggil bantuan yang banyak, aku dukung kamu sepenuhnya!" Rudi langsung berteriak mendukung.
Mendengar ucapan tuan muda Rudi, Marco langsung bersemangat! Akhirnya dia langsung mengeluarkan ponselnya.
Dengan cepat dia menekan panggilan, butuh waktu sedikit cukup lama hingga akhir terhubung.
"Bos, tolong aku! Ada yang berani menindas geng kapak merah, dia bilang panggil semua orang yang geng kapak merah bisa lakukan!" ucap Marco sengaja memberikan hasutan.
Di sebrang telfon orang yang sedang berada di club' malam yang sedang duduk di kursi malas langsung terbangun.
"Siapa mereka, beraninya memprovokasi geng kapak merah?" ucap orang itu.
"Bos, dia bilang namanya Riko Setiadi!" jawab Marco.
"Bajingan beraninya....!" bentak orang di ujung setelah jeda sebentar dia akhirnya bertanya.
"Siapa tadi kamu bilang?" tanya dia dengan gugup.
Masalahnya dia mendengar nama keluarga yang sedikit tabu di nama orang yang membuat ulah itu.
"Dia bilang namanya Riko Setiadi!" ulang Marco dengan sedikit keras.
Deeeg...!
Jantung orang di ujung telfon sana seperti langsung terhenti, karena saking terkejutnya.
'Sial, Marco bajingan dia ingin membunuh ku?' ucap dia dalam hati meraung.
Dia cukup takut dengan keluarga Setiadi, jangankan dia yang hanya bos kecil di daerah barat kota Emerald.
Bahkan bos besar saja harus menjilat keluarga Setiadi itu, mana berani dia membuat masalah dengan keluarga Setiadi! Bisa-bisa bos besar menggantung dia hidup-hidup.
"Apa benar orang itu dari keluarga Setiadi?" ucap seseorang di sebrang telfon.
"Benar bos!" jawab Marco dengan semangat.
"Bajingan, kenapa kamu membuat perkara dengan anggota keluarga Setiadi! Cepat berlutut di depannya jika orang itu tidak memaafkan kamu dan geng kapak merah! Aku sendiri yang akan membunuh mu." bentak seseorang di sebrang sana.
Seketika telfon di matikan dengan cepat, Marco yang mendengar bosnya marah-marah dia bingung, namun saat melirik ke arah Riko ucapan bosnya barusan langsung terngiang di telinganya.
"Marco, bagaimana? Berapa orang yang akan membantu kita?" ucap Rudi menghampiri Marko.
Plak..!
Marco menampar Rudi dengan kencang lalu dia langsung berlari ke arah Riko dan langsung jatuh berlutut.
Brak..!
Marco berlutut dengan ketakutan, melihat Marco berlutut sisa orang yang masih berdiri dan ketakutan ikut berlutut di hadapan Riko dengan menyedihkan.
Rudi yang tadi sudah di pukul oleh Riko, sekarang di tambah tamparan oleh Marco sehingga pipi yang tadinya membengkak akhirnya terlihat biru kehitaman.
Rudi Sanggoro kesakitan bukan main, dia berguling-guling saking sakitnya tamparan dari Marco.
Melihat ini Alda dan yang lainnya sudah tidak tertarik lagi, dia langsung berucap.
"Riko, kami tunggu kamu di kamar! Selesaikan dengan cepat!" ucap Alda lalu dia berjalan sambil mengajak Tama dan Dion.
Ketiganya langsung minta staf Hotel Mercure untuk menunjukkan kamar yang sudah mereka pesan.
"Ya, pergilah! Aku akan menyelesaikan dengan cepat." jawab Riko menolak ke arah Alda dan yang lainnya yang sudah mulai berjalan di temani salah satu staf Hotel Mercure.
*
"Kenapa kamu berlutut, mana sifat arogan tadi?" ucap Riko.
"Tuan Riko maaf, kami yang buta tidak melihat besarnya gunung di pelupuk mata!" ucap Marco sambil menunduk.
"Kalau begitu, seret dia ke arah sini!" ucap Riko sambil menunjuk Rudi.
"Baik tuan!" jawab Marco lalu dia melangkah ke arah Rudi sambil bersama tiga anak buahnya.
"Marco apa yang kamu akan lakukan?" ucap Rudi dengan histeris.
Padahal dia baru saja bangun dari rasa sakitnya, sedangkan Lina melihat kekacauan ini sudah bersembunyi di pojokan.
Marco tidak peduli dengan ucapan Rudi, bagaimana dia peduli kelompok kapak merah saja sudah berlutut di hadapan anak muda ini.
Sehingga dia hanya bisa mencari pengampunan dari tuan ini, jika tidak di berikan pengampunan maka dia yang akan celaka.
Marco dan tiga anak buahnya, menyerat Rudi yang terus menjerit dan meronta.
Orang-orang yang ada di sana hanya bisa menonton dari kejauhan, mereka tidak berani ikut campur hanya bisa berbisik-bisik dengan teman sebelahnya.
Marco dengan cepat melempar Rudi di hadapan Riko, sambil menekan dia ke lantai.
"Lepaskan dia!" ucap Riko pada Marco.
Marco langsung mengiyakan, dia lalu mundur selangkah.
Setelah di lepaskan, Rudi mau bangun dan hendak kabur Riko langsung menginjak kaki Rudi dengan cepat.
Kraakkk...!
"Aaaakkkh...!" jerit Rudi dengan sangat kencang.
Baaammmm...!
Riko langsung menendang wajah Rudi hingga tulang hidungnya patah, setelah itu Rudi langsung tidak sadarkan diri akibat rasa sakit yang parah.
"Kalian, yang kakinya tidak patah. Tampar muka kalian masing-masing 50 tamparan! Awas jangan korupsi!" ucap Riko dengan santai.
"Setelah itu urus keduanya dengan benar!" lanjut Riko sambil menunjuk ke arah Rudi.
Meskipun begitu, dengan kata keduanya Marco tahu bahwa dia harus mengurus Rudi dan Lina.
"Baik..!" jawab mereka dengan serempak.
"Tampar wajah kalian sekarang!" ucap Riko.
Plak..!
Sisa orang dari kelompok kapak merah yang kakinya belum patah langsung menampar mukanya masing-masing.
Riko tidak memperdulikan lagi, dia langsung meminta staf Hotel Mercure untuk mengantarkan dia ke kamarnya.
Setelah Riko pergi, kerumunan di sana langsung berbicara sedikit keras dengan temannya membicarakan siapa Riko Setiadi sebenarnya.
Orang-orang awan korporat tidak akan mengenal keluarga Setiadi, namun berbeda dengan orang-orang petarung bawah tanah dan kelompok mafia, mereka semua tahu siapa itu keluarga Setiadi.
Keluarga petarung nomer satu di kota Emerald, sehingga kelompok kapak merah saja tunduk kepada keluarga Setiadi.
Lina tergeletak lesu di pojokan dekat pintu keluar hotel Mercure, dia tidak habis pikir karena pacarnya adalah orang kaya seharusnya hebat namun kejadian ini terlihat sungguh memalukan.
\=
...****************...
Bantu like yah, terimakasih 🙏.
.