NovelToon NovelToon
Warisan Mutiara Hitam 2

Warisan Mutiara Hitam 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Epik Petualangan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:46.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kokop Gann

(Warisan Mutiara Hitam Season 2)

Setelah mengguncang Sekte Pedang Awan dan memenggal Jian Chen, Chen Kai mendapati bahwa kemenangannya hanyalah awal dari mimpi buruk baru. Sebuah surat berdarah mengungkap kebenaran yang meruntuhkan identitasnya: ia bukan anak Klan Chen, melainkan putra dari buronan legendaris berjuluk "Sang Pengkhianat Naga".

Kini, Klan Jian dari Ibu Kota memburunya bukan demi dendam semata, melainkan demi "Darah Naga" di nadinya—kunci hidup untuk membuka segel terlarang di Utara.

Demi melindungi adiknya dan mencari jati diri, Chen Kai menanggalkan gelar Juara dan mengasingkan diri ke Perbatasan Utara yang buas. Di tanah tanpa hukum yang dikuasai Reruntuhan Kuno, Sekte Iblis, dan Binatang Purba ini, Chen Kai harus bertahan hidup sebagai pemburu bayangan. Di tengah badai salju abadi, ia harus mengungkap misteri ayahnya sebelum darahnya ditumpahkan untuk membangkitkan malapetaka kuno.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pesta Para Serigala

Malam di Pos Perdagangan Besi tidak pernah benar-benar gelap; cahaya dari tungku peleburan dan lampu minyak yang berkedip-kedip menciptakan bayangan panjang yang menari di setiap sudut.

Namun malam ini, cahaya paling terang memancar dari Rumah Tuan Kota.

Gerbang besi mansion itu terbuka lebar, dijaga oleh dua barisan Penjaga Bayangan yang berdiri kaku seperti patung. Di antara mereka, aliran manusia—atau lebih tepatnya, monster berbentuk manusia—mengalir masuk. Mereka adalah pembunuh bayaran, mantan bandit, kultivator sesat, dan pengembara yang putus asa. Semuanya tertarik oleh bau darah dan janji kekayaan.

Chen Kai, yang kini mengenakan topeng besi penuh dan memikul kapak gada raksasa di punggungnya, melangkah berat menuju gerbang.

Setiap langkahnya sengaja dibuat berat, meniru gaya berjalan 'Algojo Bisu' yang asli.

"Undangan," kata penjaga gerbang dingin, menghalangi jalan dengan tombak.

Chen Kai tidak bicara. Dia hanya merogoh saku jubah besarnya dan melempar token emas itu ke dada penjaga.

Penjaga itu menangkapnya, melihat ukurannya, dan segera menyingkir. "Silakan masuk, Tuan Algojo."

Chen Kai mengambil kembali tokennya dan melangkah masuk. Di balik topeng besinya, matanya yang tajam memindai seluruh halaman.

Halaman itu telah diubah menjadi ruang perjamuan terbuka yang aneh. Meja-meja panjang dipenuhi dengan daging panggang utuh dan gentong-gentong arak keras. Tapi tidak ada musik, tidak ada penari. Suasananya tegang, dipenuhi dengan Niat Membunuh yang saling berbenturan dari ratusan penjahat yang berkumpul.

Di ujung halaman, di atas panggung batu yang ditinggikan, duduklah tuan rumah pesta ini.

Jian Lie.

Dia terlihat lebih buruk dari terakhir kali Chen Kai melihatnya di Lembah Tulang Naga. Wajahnya pucat dan cekung, dan dia terus-menerus menekan sisi rusuk kanannya, tempat Chen Kai (dan ekor Naga Mayat) menghantamnya. Namun, matanya... matanya masih menyala dengan kegilaan yang tajam.

Dan di sana, tepat di atas meja kecil di samping singgasananya, di dalam sebuah kotak kristal transparan...

Sebuah buah berwarna merah darah seukuran jantung manusia berdenyut pelan.

Buah Jantung Naga.

"Itu dia," bisik Kaisar Yao di benak Chen Kai. "Energinya murni. Jika kau memakannya, itu akan melengkapi transformasi Tulang Api-mu dan mendorongmu ke Alam Pembangunan Fondasi."

Chen Kai menahan keinginannya untuk langsung menerjang. Di sekitar panggung itu, ada dua puluh Penjaga Bayangan elit (Puncak Tingkat Sembilan). Dan di bayang-bayang panggung, Chen Kai merasakan kehadiran formasi jebakan.

"Sabar," batin Chen Kai. Dia mengambil sepotong daging paha domba dari meja terdekat dan mulai memakannya dengan kasar—menjaga perannya sebagai orang biadab.

Satu jam berlalu. Halaman semakin penuh.

Tiba-tiba, gong berbunyi.

Jian Lie berdiri perlahan. Kerumunan yang berisik itu seketika hening.

"Selamat datang, sampah-sampah Reruntuhan Utara," suara Jian Lie serak tapi bergema kuat berkat Qi-nya.

Beberapa orang menggerutu disebut sampah, tapi tidak ada yang berani protes di depan ahli Pembangunan Fondasi.

"Kalian di sini karena kalian serakah," lanjut Jian Lie, menyeringai miring. "Dan aku suka keserakahan. Keserakahan membuat orang bekerja keras."

Dia menunjuk ke Buah Jantung Naga di sampingnya.

"Kalian menginginkan ini? Atau 100.000 Batu Roh? Kalian bisa memilikinya. Tapi aku tidak butuh pasukan yang lemah untuk memburu Chen Kai. Aku butuh serigala."

Jian Lie menendang meja di depannya hingga terbalik.

"Hanya ada sepuluh tempat di Pasukan Khususku. Dan ada seratus orang di sini."

Dia merentangkan tangannya lebar-lebar.

"Mulailah. Sepuluh orang terakhir yang berdiri di halaman ini... akan mendapatkan tempat itu. Dan yang paling mengesankan... akan mendapatkan kesempatan pertama untuk mencicipi arak bersamaku di atas panggung ini."

Itu bukan rekrutmen. Itu adalah adu domba.

Hening sejenak.

Lalu, seorang kultivator bermata satu di dekat pintu tiba-tiba menghunus pedangnya dan menusuk orang di sebelahnya.

"MATI!"

SPLAT!

Darah pertama tumpah. Kekacauan pun meledak.

"Bunuh mereka semua!" "Tempat itu milikku!"

Halaman mansion itu berubah menjadi neraka pertempuran jarak dekat. Meja-meja dihancurkan, arak tumpah bercampur darah.

Chen Kai berdiri diam di tengah badai itu.

Seorang pria kurus dengan dua belati beracun melihatnya diam dan berpikir dia sasaran empuk.

"Orang besar bodoh!"

Pria itu melompat, mengincar celah di leher Chen Kai.

Chen Kai tidak repot-repot menarik kapak di punggungnya. Dia hanya mengayunkan punggung tangannya yang terbungkus gauntlet besi kasar.

BUKK!

Pria itu terlempar seperti lalat yang ditepis, menabrak pilar batu hingga tulang punggungnya patah.

Chen Kai tetap diam. Dia seperti karang di tengah ombak. Siapa pun yang mendekat, dia pukul mundur dengan satu serangan brutal.

Dia tidak menggunakan teknik pedang. Dia tidak menggunakan Langkah Kilat Hantu. Dia hanya menggunakan kekuatan fisik murni dan kebrutalan—gaya bertarung yang sesuai dengan 'Algojo Bisu'.

Di atas panggung, mata Jian Lie mulai tertuju padanya.

"Menarik," gumam Jian Lie. "Siapa raksasa bertopeng itu? Kekuatan fisiknya luar biasa. Apakah dia kultivator Tubuh?"

"Itu Algojo Bisu, Tuan," bisik seorang letnan di sampingnya. "Dia terkenal di kalangan bawah tanah. Brutal dan tidak banyak bicara."

"Bagus. Aku butuh anjing yang tidak banyak menggonggong."

Di bawah, pertempuran semakin sengit. Jumlah orang berkurang drastis. Dari seratus, kini tinggal tiga puluh.

Seorang pemimpin kelompok tentara bayaran bernama 'Si Rantai Besi' (Puncak Tingkat Sembilan) melihat Chen Kai yang mendominasi.

"Hei! Raksasa!" teriak Si Rantai Besi, memutar rantai meteornya yang berapi. "Kau menghalangi pemandanganku! Jatuhlah!"

Dia melemparkan bola besi berduri itu ke arah kepala Chen Kai.

Chen Kai akhirnya bergerak.

Dia meraih gagang kapak ganda di punggungnya.

SRET!

Kapak raksasa itu terhunus.

Chen Kai tidak menangkis bola besi itu. Dia menebas rantai-nya.

TRANG!

Rantai baja itu putus seketika.

Si Rantai Besi terbelalak kaget. "Apa?!"

Chen Kai maju satu langkah. Langkah berat yang menggetarkan lantai.

Dia memutar kapaknya secara horizontal. Bukan teknik rumit, hanya ayunan penuh tenaga.

"Hah!"

Si Rantai Besi mencoba melompat mundur, tapi tekanan angin dari kapak itu menahannya.

BLAM!

Sisi tumpul kapak itu menghantam dada Si Rantai Besi.

Pria itu muntah darah dan terbang melintasi setengah halaman, mendarat tepat di kaki panggung Jian Lie, pingsan.

Keheningan sesaat melanda area pertempuran. Semua orang menatap raksasa bertopeng besi itu dengan ngeri.

"Cukup!"

Suara Jian Lie menggelegar.

Pertempuran berhenti. Tersisa dua belas orang yang masih berdiri, termasuk Chen Kai. Dua orang lainnya terluka parah dan menyerah.

"Sepuluh," hitung Jian Lie. Dia menunjuk dua orang yang terluka parah. "Kalian berdua, keluar. Sisanya... selamat."

Jian Lie turun dari singgasananya, berjalan ke tepi panggung. Dia menatap langsung ke arah Chen Kai.

"Kau. Algojo Bisu," panggil Jian Lie. "Maju ke sini."

Chen Kai menyarungkan kapaknya dan berjalan mendekat. Dia berhenti tepat di bawah panggung, hanya berjarak lima meter dari Jian Lie dan Buah Jantung Naga.

Jian Lie menatap topeng besi Chen Kai, mencoba menembusnya dengan Indra Spiritual. Tapi topeng itu (yang merupakan artefak tingkat rendah) dan teknik penyembunyian Chen Kai menahan tatapannya.

"Kau kuat," kata Jian Lie. "Aku suka caramu mematahkan tulang."

Chen Kai hanya mengangguk kaku, tidak bersuara.

"Tapi..." Jian Lie menyipitkan matanya. "Ada sesuatu yang familiar darimu. Posturmu... mengingatkanku pada seseorang."

Jantung Chen Kai berdetak tenang, tapi ototnya menegang, siap meledak kapan saja. Apakah dia ketahuan?

Jian Lie melangkah turun dari panggung, mendekati Chen Kai.

"Buka topengmu," perintah Jian Lie. "Aku ingin melihat wajah anjing baruku."

Suasana menjadi sangat tegang. Para Penjaga Bayangan di sekitar panggung mencengkeram senjata mereka.

Chen Kai mengangkat tangannya perlahan menuju topengnya.

"Yao," panggil Chen Kai dalam hati. "Bersiaplah."

"Siap meledakkan tempat ini?"

"Siap untuk pesta."

Tangan Chen Kai menyentuh kunci topengnya.

KLIK.

Topeng itu terbuka sedikit.

Tapi pada saat yang sama, jari Chen Kai menjentikkan sebuah pil kecil berwarna merah ke tanah—pil yang dia sembunyikan di telapak tangannya.

Pil Asap Darah. (Modifikasi dari Bom Racun, menciptakan kabut merah pekat yang menghalangi pandangan dan Indra Spiritual).

POOF!

Kabut merah meledak di antara Chen Kai dan Jian Lie.

"Penyusup!" teriak Jian Lie, bereaksi secepat kilat. Dia menebaskan pedang emasnya ke arah leher Chen Kai.

Tapi Chen Kai sudah bergerak.

Bukan mundur. Dia menerjang maju, menembus kabut merah, langsung menuju meja tempat Buah Jantung Naga berada.

"Terima kasih buahnya!" teriak Chen Kai, suaranya kembali normal, penuh ejekan.

Tangannya menyambar kotak kristal itu.

ZING!

Formasi jebakan di sekitar buah itu aktif. Sinar-sinar laser Qi melesat untuk memotong tangan pencuri.

Tapi Chen Kai sudah menduganya. Tangan kirinya—yang terbungkus Cakar Naga—menghantam inti formasi di sudut meja.

KRAK!

Formasi itu hancur berantakan.

Chen Kai menyambar kotak itu, memasukkannya ke cincin penyimpanan, dan berputar.

"TANGKAP DIA!" raung Jian Lie, wajahnya merah padam karena amarah. Dia baru sadar dia telah dipermainkan tepat di depan hidungnya.

"Pedang Meteor: Putaran Naga Gila!"

Chen Kai membuang kapak samaran itu dan menarik pedang aslinya. Dia berputar, menciptakan badai api ungu yang menyapu kabut merah dan para penjaga yang mendekat.

Pesta topeng sudah berakhir. Sekarang saatnya lari.

1
Jeffie Firmansyah
seruu ..seruu.... seruuu.... 💪 Thor
Jeffie Firmansyah
luar biasa kerenn GG abis cerita nya
Jeffie Firmansyah
kerennn abis seruuu semangat Thor 💪
Choky Ritonga
😍😍😍😍😍👌👌👌
Eka Haslinda
pokoknya ini MC yg paling keren sedunia 😍😍
kute
mantab thor makin seru, dan enak alur ceritanya
Muhamad Al Wilan Ramadhan
lanjut thor👍👍👍
andri susilo
mantap thoorrr... lanjut, jangan bikin kendor😄😄😄
Eyang Kakung
Tarian pembantaian dimulagi 🤣🤭
Eyang Kakung
lanjut
Hendra Yana
bagussss
Eyang Kakung
musuh2 nya pada sadis semua
Hendra Yana
mantap
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Sikat habis
Eyang Kakung
tingkatkan terus level kultivasi mcnya thor
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Njoooooost
Hendra Yana
di tunggu up selanjutnya
saniscara patriawuha.
walahhhhhhh pragatttttzzzzz....
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Tooooooops
saniscara patriawuha.
wadidawwwww....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!