Rara Danira, seorang gadis yang berasal dari keluarga kaya raya, namun kurang perhatian dari keluarnya.
Suatu saat dia masuk ke dalam sebuah situs terlarang dan mencari seorang laki-laki dewasa untuk menjadi sugar baby.
Levis Morelli, seorang laki-laki berusia 37 tahun yang mencari sugar baby untuk melampiaskan segala hasratnya, namun tidak ingin menikah karena di tidak percaya dengan yang namanya pernikahan.
Akankah keduanya bisa menjalani kehidupan ini dengan baik? atau malah menjadi Boomerang bagi mereka sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Tanda Tanya
Levis terbangun lebih dulu, bahkan sebelum gadis itu bangun. Walau rasanya dia masih ingin di sini, tapi tetap saja dia harus pergi.
Cup...
Levis meninggalkan sebuah kecupan di kening gadis yang semalaman di peluknya. Bahkan mereka sudah tidur di atas tempat tidur yang sama.
Apa saja yang terjadi tadi malam? maka jawabannya tidak ada. Karena memang tidak ada uang terjadi di antara mereka berdua selain tidur bersama.
Rara yang masih tertidur pun langsung terbangun saat sadar bahwa ini sudah siang, karena matahari sudah terlihat dari celah jendela kamarnya.
Dia terkejut ketika bangun ternyata sudah siang, itu artinya dia terlambat.
"Oh my, God Rara! kenapa lu kebo banget sih, ah!" gerutunya setelah menyadari semua ini. Dia benar-benar terlambat. Maka dari itu dia langsung buru-buru ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Namun, saat dia sedang berkaca, sambil mengikat giginya tiba-tiba saja ada yang terlihat di cerminnya.
"Apa ini?" gumamnya setelah menyadari hal itu.
Dia semakin membuka handuknya dan melihat apa itu.
"Bekas apa ini?" tanya Rara penasaran dengan bekas yang tertinggal di bagian dadanya.
Seingatnya dia tidak sedang alergi karena tidak ada yang di makannya yang berhubungan dengan kacang-kacangan akhir-akhir ini. Jadi rasanya tidak mungkin dia sedang alergi bukan?
Lalu bekas apa ini? Dia terus berpikir dengan hal itu, sampai di mana dia menyadari jika itu adalah bekas yang di tinggalkan Levis padanya, karena tadi malam hampir saja terjadi sesuatu yang tidak seharusnya terjadi.
"Ya, ampun Rara! Bodoh banget sih Lo! Ini tuh hasil dari apa yang om Levis buat sama Lo goblok!" umpatnya pada dirinya sendiri setelah menyadari hal itu.
Dia terus menggosoknya sampai benar-benar merah. Yang ada di pikirannya saat ini bagaimana cara menghilangkannya. Ternyata apa yang dia lakukan salah. Bukannya hilang, ternyata apa yang dilakukannya itu semakin membuat bekas tersebut semakin merah. Hal itu semakin membuatnya panik. Dia benar-benar panik karena tidak tahu apa yang harus dilakukannya lagi agar bekas tersebut hilang.
"Ya, ampun udah deh. Nanti lagi mikirnya, gue tuh." Rara langsung keluar dari dalam kamar mandi setelah selesai dengan kegiatannya walau dia merasa belum selesai, tapi harus di paksa selesai. Dia juga harus berangkat ke sekolah.
"Ahk..." Rara berteriak saat melihat maminya berada di dalam kamarnya.
Terkejut, Rara sangat kaget ketika bertemu dengan maminya. Danira sendiri merasa heran kenapa putrinya berteriak begitu. Padahal dia tidak melakukan apa-apa di dalam kamarnya.
"Ma-mami ngapain di sini?" tanya Rara gugup melihat maminya sudah berada di dalam kamar.
"Kenapa kamu terkejut? Memangnya mami tidak boleh berada di kamar anak mami? Mami cuma-" Danira tidak melanjutkan kata-katanya saat indra penciumannya menemukan sesuatu yang janggal di kamar putrinya.
"Mami ngapain?" tanya Rara yang semakin panik ketika maminya semakin mendekati tempat tidurnya.
"Kenapa mami ada nyium aroma parfum laki-laki di sini?" Danira tidak salah. Dia tidak pernah salah untuk menganalisa hal seperti ini.
"Maksudnya mami?" Rara semakin gugup takut jika maminya semakin curiga dengan dirinya.
"Mami yakin ini parfum laki-laki. Iya, ini-"
"Mami, udah ya mi, ya. Aku mau sekolah dan aku udah telat. Di sini gak ada aroma parfum cowok dan mami pasti salah." ujar Rara yang langsung pergi meninggalkan maminya begitu aja. Dia malas bicara dengan makinya apalagi jika membiarkan maminya terus berada di dalam kamarnya akan semakin bahaya nantinya.
Jadi lebih baik dia menghindar saja. Bahkan Rara sampai mendorong tubuh maminya untuk keluar dari kamarnya.
Dia harus berangkat ke sekolah dan nanti dia akan mengirimkan pesan pada laki-laki itu atas apa yang telah dia perbuat.
Ya, Rara mengirimkan pesan untuk Levis, dan mengatakan bahwa nanti siang dia ingin bertemu.
"Oke, baby. Datang ke kantor ku saya oke. I'm waiting for you darling." balasnya sambil tersenyum mengikat dasi di kerah kemeja miliknya.
Sungguh, hidupnya semakin berwarna saat menjalin hubungan dengan Rara yang berhasil membuat hari-harinya semakin terasa indah setiap waktu.
"Dih, baby, baby, baby. Emangnya gue bayi apa!" gerutu Rara ketika mendapatkan pesan dari Levis.
Rara memasukan ponselnya dan langsung pergi sekolah. Bahkan saat sampai di bawah pun dia melewati meja makan begitu saja tanpa ingin menyantap sarapan paginya.
"Sayang, ayo makan dulu, yuk." ajak Danira pada putrinya.
"Gak, mi. Aku sarapan di sekolah aja. Udah, telat." jawabnya tanpa ingin melihat ke arah maminya.
Danira hanya bisa menghela nafasnya sambil menelan kekecewaan terhadap sikap putrinya yang terkesan menjauhinya.
"Kenapa lagi?" tanya Anton saat tiba di meja makan.
Dia melihat wajah istrinya yang cemberut begitu. Entah masalah apa lagi yang membuat wanita itu murung.
"Rara gak mau sarapan di rumah. Katanya udah telat." jawab Danira.
"Sudahlah, Danira. Mungkin memang Rara sudah telat. Tidak perlu memikirkan hal yang tidak-tidak begitu. Anggap saja-"
"Mudah banget ya kamu ngomong begitu. Kamu tuh gak tau gimana perasaan aku selama dua Minggu ini. Aku berusaha untuk memperbaiki hubungan ku dengan Rara. Tapi Rara malah semakin menjauhi ku. Bahkan dia tidak melihat ku ketika bicara. Jadi aku harus bagaimana lagi? Aku udah mencoba untuk memperbaiki hubungan aku sama Rara. Aku berusaha menjadi ibu yang baik tapi, Rara malah semakin menjaga jarak dari aku." ujarnya tang membuat Anton ikut menghela nafasnya.
"Sudahlah, Danira. Aku yakin Rara pasti akan mengerti. Sekarang kita sama-sama belajar dan semoga saja Rara mengerti nantinya." ucap Anton yang berusaha menenangkan perasaan istrinya.
"Ayo, sarapan. Kamu juga harus makan, bukan?"
Danira pun terpaksa ikut makan dengan suaminya walau rasanya sangat berat untuk melakukan hal itu. Tapi harus di jalani karena mungkin memang ini yang harus mereka lakukan untuk sementara waktu.
Sementara Rara, dia terlihat masih kesal dengan pesan yang di kirimkan Levis untuknya. Laki-laki itu mengirimkan foto dirinya yang sedang dalam perjalanan menuju kantornya.
Rara tidak pernah melihat laki-laki itu dengan setelan jas lengkapnya. Dia jadi berpikir apakah Levis akan seperti orang-orang kantoran di luar negeri sana?
Atau seperti papinya? Karena dia sudah terbiasa melihat papinya dengan jas lengkapnya. Bahkan saat papinya memakai dasi, sudah seperti mau menikah lagi.
"See you baby, jangan lupa datang. Aku menunggumu di kantor." balas Levis lagi.
Rara tidak membalas pesannya, karena dia malas. Lagi pula dia hampir terlambat. Jadi harus lekas agar tidak terlambat masuk ke kelas.
***
gw curiga selingkuhannya itu mantannya levis🤔
si danira juga, bisa"nya masih bertahan dengan laki modelan begitu, sdh selingkuh, ringan tangan, gak ada effort lagi sebagai kepala rumah tangga dan seorang ayah.
rasa bersalahnya cuman sebentar, seperti sebelum"nya. karakternya cukup diprediksi sebagai pria redflag dan toxic.
taunya ceramahin orng tapi gak pernah berkaca😌
pingin liburan langsung cus tnpa beban 🤦♀️🤣🤣🤣
berangkaaat 🤭
ayoo... kang Bule buktikan omonganmu, klo kamu mau membahagiakan Rara.
aku pen ikutan ke Bali juga om.....
di tunggu g( sabar bacanya 🤭
rara cuma butuh kasih syg pih pengen di perhatiin
weeh pantes aja rara marah bgt ternyata papi ada main api
ternyata tu ppa ada main belakang
alias punya cem " an 🤦♀️
hebat banget gak nyangka banget
😡
kasian rara nyesek bgt lou jadi dia 😭
anda g tau efeknya bakal kek apaaa.. ikutan nyesek nih liat rara kek gitu....
om tolongin rara.....