"Kamu tidak perlu menikah dengan ku hanya karena rasa kasihan. Aku tidak butuh!"
Aiden seorang playboy yang mempermainkan perasaan berbagai wanita, saat dia benar-benar jatuh cinta pada Yuniar yang polos, dirinya ditolak berulang kali.
Hingga sebuah kecelakaan yang disebabkan oleh Yuniar membuat kedua kaki Aiden lumpuh.
Gadis yang baik hati ini akhirnya menyetujui lamaran Aiden, namun Aiden yang sangat terpukul karena kelumpuhannya pun menolak dengan keras.
Apakah Aiden dan Yuniar berhasil menikah ?
Bagaimana Aiden yang lumpuh akan melanjutkan cintanya kepada Yuniar ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Persentase
Yuniar tetap tidak mau keluar dari ruangan Aiden bagaimana pun Aiden mengusirnya. Bahkan atas perintah Aiden, Yuniar harus di seret keluar dari ruangan Aiden oleh dua orang bodyguard Aiden yang baru datang.
Sebenarnya Aiden merasa tidak tega melihat Yuniar di seret bodyguard nya keluar dari ruangannya itu. Namun Aiden benar-benar tidak ingin lagi dekat dengan Yuniar. Sebab Yuniar ingin menikah dengan dirinya bukan berdasarkan rasa suka apalagi cinta. Yuniar mau menikah dengan dirinya karena rasa bersalah dan kasihan. Sebab, Aiden mengalami kecelakaan dan lumpuh karena Yuniar.
Aiden tidak membenci Yuniar walaupun kecelakaan itu mengakibatkan kakinya lumpuh. Karena Yuniar tidak sengaja menjadi penyebab kecelakaan itu. Namun, rasa kasihan dan rasa bersalah yang terlihat jelas di mata Yuniar membuat Aiden tidak ingin lagi menikahi Yuniar.
Saat ini dirinya lumpuh. Hal itu otomatis membuat Aiden tidak percaya diri lagi seperti sebelumnya. Walaupun sebelumnya Aiden sangat menyukai Yuniar dan sempat mengejar-ngejar Yuniar. Namun sekarang perasaan sukanya itu terbang begitu saja setelah melihat tatapan kasihan dan bersalah di mata Yuniar pada dirinya.
"Seandainya saja dia menerima lamaran ku sebelum aku mengalami kecelakaan ini, aku akan tersentuh dengan niat baiknya untuk menikah dengan aku. Tapi, sekarang dia bersedia menikah dengan aku karena rasa bersalah dan kasihan. Aku merasa terhina. Aku tidak ingin dikasihani walaupun saat ini aku cacat,"gumam Aiden membuang napas kasar.
Aiden memejamkan matanya dengan pikiran yang kalut. Perasaan takut jika dirinya sampai cacat permanen benar-benar menghantui dirinya. Hingga pagi menjelang, Aiden tidak bisa tidur dengan nyenyak.
Sedangkan Yuniar, gadis itu ternyata berdiam diri di depan pintu ruangan Aiden. Walaupun tidak di izinkan masuk, gadis itu tetap bergeming di depan ruangan itu.
Pagi harinya, salah seorang bodyguard Aiden yang bertugas berjaga di depan ruangan Aiden masuk ke dalam ruangan Aiden.
"Tuan, gadis yang semalam kami bawa keluar dari ruangan ini masih berada di depan ruangan ini,"lapor bodyguard itu.
"Apa?! Dari semalam dia tidak pergi?"tanya Aiden nampak terkejut.
"Iya, Tuan. Dia tetap berada di depan ruangan ini tanpa makan dan minum sama sekali. Tadi, dia cuma pergi sebentar. Sepertinya dia pergi untuk membersihkan diri. Setelah itu, dia kembali lagi,"
"Aku tidak menyangka, jika dia gadis yang benar-benar keras kepala,"gumam Aiden membuang napas kasar.
"Apa kami perlu melakukan sesuatu pada gadis itu?"
"Tidak perlu. Biarkan saja. Aku mau melihat, sampai kapan dia akan bertahan di depan pintu ruangan ku,"sahut Aiden datar.
Dua orang perawat membantu Aiden untuk membersihkan diri. Sesuai permintaan Aiden pada Fina, perawat yang mengurus dirinya adalah laki-laki. Aiden tidak ingin ada perawat wanita yang mencari kesempatan untuk mendekati dirinya ketika kondisi tubuh nya cacat seperti saat ini.
Setelah membersihkan diri, Aiden di bawa kedua bodyguard nya menggunakan kursi roda untuk di periksa lebih lanjut. Mereka di bimbing seorang perawat ke ruangan pemeriksaan. Aiden hanya melirik Yuniar yang masih berada di depan pintu ruangannya. Gadis itu mengikuti Aiden yang di bawa ke ruangan lain. Menunggu Aiden di depan pintu ruangan tempat Aiden menjalani pemeriksaan.
Aiden menjalani serangkaian pemeriksaan untuk memeriksa penyebab kakinya yang lumpuh.
"Bagaimana, dok? Apa saya bisa sembuh dan bisa berjalan lagi?"tanya Aiden harap-harap cemas setelah selesai menjalani serangkaian pemeriksaan.
"Melihat hasil serangkaian pemeriksaan tadi, harapan kaki anda untuk bisa sembuh dan berjalan kembali adalah empat puluh persen. Jika keadaan anda semakin membaik, ada kemungkinan kaki anda akan sembuh dan bisa berjalan kembali. Tapi, jika keadaan anda memburuk, kaki anda akan lumpuh permanen,"jelas dokter itu menghela napas panjang.
Aiden tertunduk mendengar penjelasan dari dokter. Presentase kesembuhan lima puluh persen saja sudah sulit, apalagi hanya empat puluh persen.
"Tenang saja, Den! Kamu harus optimis! Kita akan mengusahakan kesembuhan kaki kamu. Walaupun harus pergi keluar negeri sekalipun, kita akan tetap berusaha untuk menyembuhkan kaki kamu,"ujar Fina menenangkan Aiden.
Fina yang sudah lebih dulu berada di dalam ruangan itu memberikan support pada Aiden. Agar kondisi mental Aiden tidak memburuk mendengar kabar yang tidak menyenangkan ini. Karena jika kondisi mental tidak baik, maka sakit apapun yang diderita dan berobat seperti apapun, seseorang tidak akan bisa sembuh.
Kesehatan mental akan berdampak pada kesehatan fisik dan kehidupan sosial. Seperti kata pepatah “Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Seseorang yang sehat mental terbukti berisiko lebih rendah terkena penyakit kronis.
Semua orang juga tahu, bahwa orang yang selalu merasa bahagia akan sehat dan jarang mengalami stres, sehingga terhindar dari berbagai macam penyakit. Sedangkan orang yang sering stres akan mudah terserang berbagai macam penyakit.
Setelah mendengar penjelasan dari dokter mengenai berbagai macam cara untuk mengobati kakinya yang lumpuh, akhirnya Aiden keluar dari ruangan itu menggunakan kursi roda yang di dorong salah satu bodyguard nya. Sedangkan Fina masih berbincang dengan rekan sejawatnya di dalam ruangan itu.
Aiden membuang napas kasar saat keluar dari ruangan tempat dirinya melakukan serangkaian pemeriksaan. Pasalnya, Aiden melihat Yuniar masih berada di depan pintu ruangan itu.
"Pergilah! Aku tidak akan mengubah keputusan ku,"ucap Aiden dengan suara datar.
"Saya tidak akan pergi, terkecuali nyawa saya sudah tidak berada di dalam raga saya lagi,"sahut Yuniar yang masih kukuh dengan pendiriannya.
"Dasar keras kepala. Aku tidak menyangka jika kamu adalah gadis yang sangat keras kepala,"ujar Aiden terlihat kesal,"Bawa aku kembali ke ruangan ku! Tidak usah pedulikan dia!"pinta Aiden pada bodyguardnya yang mendorong kursi rodanya.
Yuniar tetap mengikuti Aiden dari belakang dan berhenti di depan ruangan Aiden. Tetap berada di depan ruangan Aiden, walaupun kadang duduk di lantai ataupun berdiri sambil bersandar di dinding.
Detik berganti menit dan menit berganti dengan jam. Yuniar tetap berada di depan pintu ruangan Aiden. Wajah gadis itu terlihat kuyu dan semakin pucat. Dari kemarin malam hingga siang itu, Yuniar masih tetap berada di depan pintu ruangan Aiden. Tidak makan, minum, ataupun meninggalkan tempat itu selain mandi dan mengikuti Aiden tadi.
"Aku akan tetap berada di sini sampai Tuan Aiden mau menikah dengan aku. Aku harus kuat. Aku harus membuktikan pada Tuan Aiden bahwa aku serius dengan niat ku untuk menikah dengan Tuan Aiden dan merawat Tuan Aiden hingga sembuh,"gumam Yuniar dalam hati, menyemangati dirinya sendiri.
Bodyguard Aiden yang tidak tega melihat gadis itupun masuk ke dalam ruangan Aiden setelah lebih dulu mengetuk pintu dan diijinkan masuk.
"Ada apa?"tanya Aiden pada bodyguardnya.
"Tuan, gadis itu tetap berada di depan pintu ruangan ini. Dia tidak makan dan minum, wajahnya terlihat pucat, Tuan. Saya takut, gadis itu lama-lama akan jatuh pingsan,"lapor bodyguard Aiden.
"Biarkan saja! Kalau pingsan juga tinggal panggil petugas medis. Ini, 'kan, di rumah sakit, jadi kalian tidak perlu khawatir,"ujar Aiden terlihat acuh.
Aiden sudah cukup stres memikirkan kakinya yang cacat. Bayangan menghabiskan sisa hidupnya duduk di kursi roda benar-benar menghantui pikiran Aiden. Jadi, Aiden tidak peduli dengan yang lainnya.
Akhirnya bodyguard itu kembali berjaga di luar ruangan Aiden. Walaupun sejatinya merasa kasihan melihat Yuniar.
"Sayang sekali, gadis secantik itu malah di sia-siakan. Orang kaya memang suka pilih-pilih. Tapi, ujung-ujungnya dapat yang busuk karena terlalu pemilih. Terlalu banyak kriteria, ujung-ujungnya nggak bisa hidup bahagia,"gumam bodyguard itu dalam hati.
Aiden menatap ke luar ruangan itu melalui jendela yang ada di ruangan itu. Dengan keadaannya yang seperti sekarang, Aiden benar-benar merasa tidak percaya diri. Apalagi setelah mengetahui persentase kesembuhannya hanya empat puluh persen. Tentu saja keadaannya saat ini benar-benar membuat mood Aiden menjadi buruk.
Pintu ruangan Aiden kembali di ketuk, dan bodyguard Aiden kembali masuk ke dalam ruangan itu setelah Aiden memperkenankan pria itu untuk masuk
"Ada apa lagi?"tanya Aiden yang terlihat malas. Aiden yakin jika bodyguard nya itu pasti akan melaporkan tentang Yuniar lagi.
"Tuan, gadis itu pingsan,"
...🌸❤️🌸...
To be continued