Memiliki Suami tampan,baik, penyanyang, pengertian, bahkan mertua yang baik adalah sebuah keberuntungan. Tapi bagaimana jika semua itu adalah hanya kamuflase?
Riska Sri Rahayu istri dari Danang Hermansyah. Mereka sudah menikah selama 4 tahun lebih namun mereka belum memiliki buah hati. Riska sempat hamil namun keguguran. Saking baiknya suami dan mertua nya tidak pernah mengungkit soal anak. Dan terlihat sangat menyanyangi Riska, Riska tidak pernah menaruh curiga pada suaminya itu.
Namun suatu hari Riska terkejut ketika mendengar langsung dari sang mertua jika suami nya sudah menikah lagi. Bahkan saat ini adik madu nya itu tengah berbadan dua.
Riska harus menerima kenyataan pahit manakala yang menjadi adik madu nya adalah sepupu nya sendiri.
Sanggupkah Riska bertahan dan bagaimana Riska membalaskan sakit hati nya kepada para pengkhianat yang tega menusuk nya dari belakang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Memulai
Selepas maghrib di kamar penginapan.
Iseng, aku baca status orang-orang yang ada di pertemanan salah satunya Siska dengan penuh percaya diri dia memposting dirinya yang sedang nongkrong di sebuah Cafe. Dengan posisi saling menggenggam tangan. Dan aku tahu betul itu jam tangan suamiku. Jam tangan itu khas. Aku pun segera bersiap menuju TKP. Kebetulan tempatnya tidak terlalu jauh dari posisi saat ini. Sebab saat ini sudah melihatnya.
Aku pun segera keluar dari penginapan dengan menggunakan hoodie. Sehingga bisa menutupi kepala ini. Tidak lupa mengenakan masker. Sempurna sudah penyamaranku.
Dengan langkah pasti, aku masuk ke Cafe tersebut. Lalu memilih tenpat duduk yang tidak terlalu jauh dari mereka. Lihat apa yang akan terjadi setelah ini Mas! dan kamu Siska! aku tidak tahu sanksi apa yang akan di berikan oleh keluarga besar kita terhadap perbuatanmu ini.
Aku ke kafe tidak sendiri tapi di temani teman kerja ku dulu, Septia saat ini tinggal ikut suaminya. Hubungan kami baru terjalin kembali setelah bertemu di media sosial berwarna biru. Setelah sebelumnya Lost contact.
Mas Danang tidak begitu kenal dengan Septia. Karena tidak satu departemen dengannya. Satu keuntungan untukku. Sehingga kemungkinan Mas Danang tidak mengenaliku. Aku pun sengaja mengajaknya agar bisa menenangkan aku di saat emosi nantinya. Tidak menutup kemungkinan emosiku akan meledak.
Sebelumnya tadi siang kami ketemuan dan saling melepas rindu. Aku pun sudah sedikit banyak menceritakan apa yang tengah terjadi pada rumah tanggaku.
Di pintu masuk Cafe pandanganku menyapu ke seluruh penjuru tempat nongkrong tersebut. Tidak jauh dari Mas Danang ada tempat duduk yang kosong. Sepertinya, Tuhan merestui usahakan untuk menyelidiki mereka.
Tak berselang lama pelayan pun datang menghampiri kami yang baru menjatuhkan bobot tubuh di kursi yang berbahan dasar dari bekas ban mobil. Bagiku, bentuk kursi ini menambah keunikan tersendiri di Cafe ini.
Aku menggelengkan kepala saat pelayan menanyakan pesanan untuk ku. Ya, aku sengaja tidak memesan makanan sebab tidak ingin membuka masker. Takut sewaktu-waktu Mas Danang menangkap basah diri ini. Berbeda dengan Septia, sahabatku itu memesan beberapa menu yang dia sukai.
Tujuan aku ke sini hanya duduk dan mendengar apa yang mereka perbincangan. Sekalian mengumpulkan barang bukti bila sewaktu-waktu di butuhkan.
"Mas, terima kasih banyak ya, kamu sudah bisa membuatku bahagia. Terima kasih sudah memilih menghabiskan waktu bersama ku selama ini," Suara manja Siska terdengar sangat jelas dari posisi dudukku saat ini.
Berada tepat di belakang tubuh lelaki yang masih sah menjadi suamiku itu, memudahkan mata ini mengikuti gerak-geriknya.
"Itu kan sudah menjadi kewajiban ku, Sayang. Sudah tugasku untuk membuatmu bahagia. Ibu hamil harus selalu bahagia. Bahkan, ini amanat dari ibuku. Bukankah kamu kemarin mendengar sendiri perintah ibu?."
Siska menganguk dan tersenyum.
Ada yang nyeri di dalam sini saat tangan Mas Danang mengelus perut Siska dengan lembut.
Riska, kuat. Sabar! aku berusaha keras menenangkan diri sendiri. Septia mengelus punggung tanganku. Seolah ia sedang memberiku kekuatan.
Hening, tidak ada obrolan lagi di antara dua manusia pengkhaianat itu sebab mulut mereka tengah sibuk mengunyah makanan setelah saling menyuapi. Panas seketika menjalar ke seluruh tubuh saat melihat pemandangan yang menjijikan itu. Bohong kalau aku tidak cemburu. Mas Danang masih sah menjadi suamiku.
Septia mengusap punggung tanganku. Aku pun segera membuang pandangan ke arah lain sembari mengingatkan diri sendiri bahwa mereka layak melakukan itu karena mereka memang pasangan suami istri. Namun, aku tidak membenarkan perbuatan mereka yang menikah secara diam-diam.
Puluhan kali atau mungkin ratusan kali aku mencoba untuk menenangkan hati dengan cara membaca istighfar di dalam sini.
"Mas, seandainya tidak tumbuh benih kamu di dalam sini terlebih dahulu. Apakah kamu mau menikahi aku?."
Innalillahi .... jadi mereka? aku bagai tersambar petir di siang bolong. Tubuhku membeku di tempat duduk. Otakku berusaha keras mencerna apa yang batu saja di dengar oleh telinga ini.
Dada yang semula sudah mulai normal kini kembali bergemuruh hebat. Sebab mengetahui fakta bahawa mereka sudah mengkhianati ku sedemikian rupa.
Ya Allah ... mengapa aku tidak tahu apa-apa tentang perselingkuhan mereka?.
Sejak kapan mereka menjalin hubungan? dimana mereka ketemuan? sehingga sudah ada anak hasil di luar nikah.
Dengan tanpa rasa malu Siska mengakui di depan umum kalau dia telah hamil duluan? dimana urat malunya sepupuku itu? Apa dia pikir membuat bayi sebelum menikah itu sebuah kewajaran? Umum, lumrah begitu kah cara berpikirnya? aku tidak menyangka sepupu yang dulu terlihat begitu polos, saat ini terlihat liar. Dan Mas Danang, pria yang kuanggap setia ternyata tidak ubahnya seorang laki-laki murahan yang begitu mudahnya mencicipi wanita yang tidak halal baginya.
"Tahu nggak, kenapa aku mau menyentuhmu sebelum menikah? karena memang aku sudah ada niat untuk menikahimu. Dan ini adalah salah satu caraku untuk bisa menikahi kamu. Ada benih di dalam sini itu sudah membuktikan adanya cinta di hati ini. Sayang." jawaban Mas danag bagaikan air cuka yang sengaja di siramkan ke atas luka di dalam sini. Hatiku perih tiada terperih.
Jawaban Mas Danang sukses membuat darahku kembali menggelegak hingga ke ubun-ubun. Aku pun beranjak dari tempat duduk. Melabraknya di sini sepertinya lebih seru lagi. Namun, urung kulakukan. Sebab Septia melarangku melalui kontak mata, gelengan kepala serta cekalan tangannya di pergelanganku.
Aku pun duduk kembali dengan dada kembang kepis. Sungguh, seandainya tidak ada yang mengingatkan sudah kulabrak dua manusia murahan yang ada di hadapan ku itu.
Septia mencondongkan tubuhnya ke arah ku, setengah berbisik dia berbicara padaku.
"Jangan gegabah. Di sini kita hanya menyelidiki. Belum saat nya untuk melabrak. Sabar dan tahan emosi," Septia menggenggam tanganku dengan erat. Aku pun mengangguk seraya mengucapkan istighfar berulang kali untuk meredam emosiku yang sudah berada di puncaknya. Bagai larva panas di dalam gunung yang menuntut untuk di muntahkan.
Jadi, Mas Danang sudah merencanakan semua ini jauh-jauh hari ? Dan aku sama sekali tidak tahu? Ya Allah... betapa bodohnya aku selama ini. Bagaimana bisa laki-laki yang ku anggap setia ternyata seorang bajingan. Kapan mereka bertemu? Dan kapan mereka mulai terpedaya setan?.
"Mas, bagaimana ya kalau Mbak Riska melihat kemesraan kita seperti ini? rasanya aku ingin melakukan siaran langsung agar dia tahu suaminya tidak lagi miliknya seorang."
Ya Allah .... terbuat dari apa hati Siska? Apa dia tidak ingat bagaimana dulu orang tuaku ikut membesarkannya? ikut membiayai sekolahnya? lalu sekarang dengan bangga dia mau menunjukkan kepada dunia bahwa dia berhasil merebut suami sepupunya sendiri. Apa yang ada di dalam otak Siska?.
"Jangan lakukan itu. Biar bagaimana pun dia kan sepupumu. Dan aku tidak mau semua tambah runyam." Rupanya hati nurani Mas Danang masih berfungsi.
"Kamu masih mencintainya, Mas? katanya kalau anak ini lahir kamu mau menceraikannya? gimana sih!." Siska merajuk. Dia membuang muka ke arah lain. Mas Danang berusaha merayunya. Sungguh pemandangan yang sangat menjijikan.
Tenang Siska! bukan dia yang akan menceraikan aku, tapi sebaliknya! Tidak sudi aku bertahan dengan laki-laki yang berkhianat seperti Mas Danang. Pria tidak tahu di untung, sudah tidak memberi nafkah tapi berani bertingkat
"Ya, Sayang. Aku ingat kok. Tapi sebelum itu terjadi kita harus menyusun rencana dulu. Kalau kita gegabah kita tidak akan menghasilkan apa yang kita inginkan. Semua harus di pikirkan masak-masak kalau mau semua berjalan sesuai rencana kita. Bukankah kamu menginginkan sesuatu dari Riska?."
.
.
.
Bersambung....
tinggalkan aja suamimu riska......