"Ceraikan suamimu dan menikahlah denganku."
Sandiwara cinta di depan layar yang Naya Andriana lakukan bersama suaminya Rayyan seorang aktor, membuat orang-orang berpikir jika rumah tangga keduanya penuh bahagia. Tanpa mereka tahu, jika rumah tangga Naya tidaklah sebahagia itu. Sering kali Rayyan berbuat kasar padanya, tanpa peduli jika dirinya sedang hamil. Kehidupan rumah tangga indah di bayangan semua orang adalah kesengsaraan baginya.
Hingga, Rayyan di penjara atas penipuan investasi yang ia lakukan. Bertepatan dengan itu, Naya terpaksa harus melahirkan sebelum waktunya. Membuat bayinya harus di rawat Di NICU. Harta di sita, dan tak ada biaya sepeserpun, Naya hampir menyerah. Sampai, pria bernama Zion Axelo datang padanya dan menawarkan sebuah bantuan.
"Karena Rayyan sangat mencintaimu, Aku ingin membalas dendamku padanya, dengan merebut cintanya." ~Zion
"Anda salah Tuan, apa yang di lihat belum tentu yang sebenarnya terjadi. Kisah cinta kami, hanya lah sandiwara." ~Naya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku ingin memulainya~
Hari ini, Zion datang ke sebuah tempat dimana ia membuat tatonya. Kedatangannya, langsung di sambut heboh oleh pria yang memilih tato hampir seluruh tubuh. Bahkan, matanya pun dia tato. Zion tak merasa takut, dia sudah mengenal pria itu sejak lama.
"Waw, Tuan Zion! Sudah lama anda tidak kembali, mau menambah tato?"
Zion diam, pria itu hanya meletakkan jasnya di atas sofa dan berlaih membuka kemejanya. Tanpa di minta, Zion sudah membaringkan tubuhnya secara telungkup di atas kursi khusus pasien.
"Aku ingin menghapusnya." Pinta Zion yang mana membuat pria itu terkejut.
"Menghapusnya? Tapi kenapa? Bukannya anda sangat senang sekali dengan nama Axelo?" Heran pria itu.
Zion berdecak kesal mendengar nada protes dari pria tersbeut, "Cepat lakukan! Istriku tidak menyukainya!"
"Heuh? Istri? Kapan anda ...,"
"Ben, Kamu mau melakukannya atau aku bakar tempatmu ini huh?" Ancaman Zion tepat sasaran. Tanpa banyak bertanya lagi, pria itu langsung melakukan apa yang Zion minta.
Pria bernama Beni itu langsung melakukan apa yang Zion minta. Saat proses pengerjaan, Zion terlihat sedikit meringis. Pembuatannya ternyata tak sesakit saat proses penghapusannya. Padahal, sebelumnya sudah di berikan anastesi. Tapi entah mengapa, Zion tetap merasakan sakitnya.
"Menghapusnya akan lebih sakit dari proses pembuatannya. Jadi, anda harus berpikir-pikir ulang untuk membuat tato kembali." Ucap Beni sembari fokus mengerjakan tugasnya.
"Tidak sakit, siapa yang bilang sakit hah?" Omel Zion, dia tak suka di remehkan. Beni hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah bosnya itu.
"Yah, Tuan dingin tak tersentuh sekarang sudah punya istri. Sedangkan aku? Kapan aku memilikinya." Gumam Beni.
.
.
.
Sudah beberapa hari ini Naya tak melihat keberadaan Zion. Kata Raisa, pria itu sedang ada pekerjaan ke luar kota untuk meninjau proyeknya. Tak masalah bagi Naya, lagi pula dirinya tak pernah menunggu kehadiran pria itu. Namun, entah mengapa Naya merasa perasaannya terasa janggal saat Zion tak berpamitan padanya.
"Oaaa!" Zevan berceloteh saat melihat foto Zion yang terpajang di ruang tengah. Anak itu menepuk tangannya sembari tersenyum lebar. Mendapati hal itu, sontak Naya menatap apa yang putranya tatap.
"Om Zion, Zevan kangen yah?"
"Oaaa!" Zevan menggerakkan kakinya lincah, ia lalu mengulurkan tangannya seolah foto itu adalah Zion yang sebenanrya.
"Eeeh itu bukan om Zion." Ucap Naya. Entah Zevan mengerti atau tidak, anak itu justru menangis. Ia tetap mengulurkan tangannya berharap Zion menggendongnya. Namun, tangannya tak ada sambutan sama sekali. Sampai, tiba-tiba Naya di kejutkan dengan kedatangan seorang pria dan merebut Zevan dari gendongannya.
"Kamu ... Kok udah pulang?" Naya terkejut melihat Zion yang sudah kembali. Bahkan, kini pria itu menggendong Zevan. Kapan Zion kembali? Kenapa langkahnya tak dia dengar sama sekali?
"Aku dengar ada yang merindukanku, jadi secepatnya aku pulang." Ucap Zion, Naya kesal mendengarnya
"Siapa yang merindukanmu huh? Kembalikan bayiku!" Naya akan mengambil Zevan membali. Namun, bukan Zion yang menolak tetapi Zevan sendiri yang menolaknya.
Naya melongo melihat putranya yang justru berpihak pada Zion, sama sekali tak berpihak padanya. Selalu, yang melahirkan bayi kecil itu adalah Zion bukan dirinya.
"Zevan, ini mama! Mama! Mama yang ada susunya, bukan dia!"
"Oaaa!" Zevan justru tertawa melihat amukan sang mama. Naya tak mungkin marah padanya dan membiarkannya kehausan. Saat waktunya dia minum asi manti, pasti wanita itu akan mencarinya.
"Lihat? Bayimu lebih dekat denganku, karena tahu mana yang membuatnya nyaman. Sudahlah, biarkan Zevan bersamaku." Zion berlalu pergi membawa Zevan, meninggalkan Naya yang terbengong melihat kepergian keduanya.
Naya mencoba mengatur nafasnya, dia sungguh kesal dengan sikap Zion yang mulai mengambil alih perhatian putranya. Dia yang susah payah hamil, melahirkan, dan menyuusui. Tapi lihat justru Zion yang mendapatkan perhatian lebih dari Zevan. Memangnya, apa yang pria itu punya sampai Zevan begitu lengket dengannya?
"Sudahlah, mumpung Zevan pada dia aku tidur siang saja." Batin Naya.
Selang beberapa saat, Zion kembali mencari keberadaan Naya. Zevan sudah tertidur lelap di gendongannya. Sepetinya, nayi itu hanya mencarinya ketika mengantuk. Setiap kali di gendong olehnya, tak lama Zevan tertidur dengan pulas.
"Nay, ini zevan udah ...." Zion terdiam saat melihat Naya yang sedang berdiri di balkon kamar sembari menatap pemandangan luar. Sangking seriusnya, Naya tak tahu jika Zion sudah berada di belakangnya.
"Nay ...." Naya tersadar, ia menoleh menatap Zion yang datang menghampirinya.
"Sudah tidur yah?" Tanya Naya saat melihat putranya yang tertidur di gendongan Zion.
"Cuaca sedang panas siang ini, ngapain kamu ada disini?" Bukannya memjawab Zion malah balik bertanya.
Naya hanya menatap nya sekilas sebelum kembali menatap pemukiman yang dapat di lihat dari tempatnya berdiri. "Dulu aku bisa kemana-mana dengan bebas, tanpa memikirkan apapun."
"Kamu bosan di rumah?" Naya mengangguk singkat, dia tak mungkin bohong jika dirinya benar-benar bosan.
Anehnya, Zion pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun sambil membawa Zevan. Awalnya Naya bingung, tapi tak lama pria itu kembali dengan pakaiannya yang sudah terganti. melihat itu, tentu saja Naya bertanya-tanya.
"Zevan mana?"
"Ikut aku!"
Zion ternyata membawa Naya ke sebuah mall besar yang ada di kota itu. Saat supir membuka pintu mobil untuk mereka, Zion turun lebih dulu. Barulah ia mengulurkan tangannya pada Naya. Tapi sayang, wanita itu justru bergeming. menatap takut ke sekitar yang terlihat sepi.
"Ayolah, kamu mencari siapa sih?!" Omel Zion karwna Naya lama menyambut tangannya.
"Tuan, apa yang kamu rencanakan lagi? Apa tidak cukup hujatan yang mereka lontarkan padaku? Tidak, aku tidak siap mendapatkan hujatan secara langsung. Itu sangat mengerikan! Apa kamu tahu rasanya di 0l0k-0l0k di depan semua orang hah?! Sekarang, kamu ingin mengulangi hal yang sama?!" Seru Naya dengan tatapan marah dan nafas memburu.
Zion menatap datar padanya, sampai ia nekat meraih Naya dalam gendongannya seperti karung beras dan membawanya masuk ke dalam mall. Naya berteriak histeris, meminta Zion menurunkannya. Tapi, pria itu mendadak tuli dan tak ingin mendengarnya sama sekali.
"LEPASKAN! ATAU AKU GIGIT BAHUMUUU!"
Zion akhirnya menurunkan Naya, wanita itu langsung membenarkan rambutnya yang berantakan. Tersadar akan keadaan, Naya lekas menutup wajahnya dan menatap sekitar penuh waspada. Namun, dirinya baru sadar. Di mall itu, sangat sepi pengunjung. Bahkan, hanya ada mereka berdua dan juga bodyguard yang Zion bawa.
"Eh, kemana semua orang?" Naya kaget mendapati Mall sepi pengunjung seperti ini. Karena biasanya, mall yang ia datangi saat ini termasuk mall paling ramai. Kenapa bisa, tak ada satu pun pengunjung?
"Tuan, kemana semua orang? Apa mereka sudah kehabisan uang? Astaga, ini menakjubkan!" Gumam Naya dengan senyuman merekah.
Melihat senyuman Naya yang kembali, membuat Zion juga ikut tersenyum. Pria itu memasukkan tangannya ke dalam saku celananya dan menatap lekat wanita yang berstatus sebagai istrinya itu.
"Lakukanlah apa yang kamu suka disini, tak akan ada orang yang akan mengganggumu." Ucap Zion.
Naya melunturkan senyumannya, tatapannya beralih menatap Zion yang sedari tadi tak melepas pandangannya. "Tuan, ini bukan bagian dari rencana balas dendam anda kan?"
Naya bertanya bukan menuduh, melainkan ia harus berhati-hati pada sikap baik Zion padanya. Naya tak ingin lagi di jadikan alat untuk balas dendam. Mungkin, kali ini pria itu membahagiakannya. Tapi, bisa jadi besok Zion justru berencana lain.
"Tidak, ini bukan bagian dari balas dendamku." Zion melangkah mendekati Naya, kedua matanya menatap lekat mata wanita di hadapannya itu.
"Mungkin, pernikahan kita tidak di awali dengan baik. Tapi, bisakah kita memulainya dari awal?"
___
Ehem ada yang lagi bahagia nih😆
atau jgn² mama bayi kira si raisa bini orang kali ya 🤦♀️🤣