Diumurnya yang ke 27 tahun, Afra belum terpikir untuk menikah apalagi dengan kondisi ekonomi keluarganya yang serba kekurangan. Hingga suatu hari disaat Afra mengikuti pengajian bersama sahabatnya tiba-tiba sebuah lamaran datang pada Afra dari seorang pria yang tidak ia kenal.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apa Afra akan menolak atau mernerima lamaran pria tersebut?
Siapa pria yang melamar Afra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Seperti yang dikatakan Faiz, hari ini Faiz dan Afra akan pergi keluar, membeli baju untuk Afra. "Mas, bajuku masih di pakai kok, gak usah beli segala," ucap Afra.
"Aku tau, kita beli sekarang karena aku masih ada waktu," ucap Faiz.
"Kita beli dimana Mas?" tanya Afra.
"Di butik dekat sini saja soalnya kalau ke mall harus ke kota dulu dan itu butuh waktu 2 jam, gapapa kan?" tanya Faiz.
"Gapapa Mas, Afra ikut Mas Faiz saja," ucap Afra.
"Kapan-kapan kita ke mall, kalau sekarang kit ke butik daerah sini saja, ayo berangkat sebelum siang, soalnya nanti siang aku mau lihat pembangunan taman pondok," ucap Faiz dan diangguki Afra.
Faiz dan Afra pun keluar kamar, begitu mereka keluar dari kamar ternyata sudah ada Umi Marwa di depan rumah. "Kalian mau kemana?" tanya Umi Marwa.
"Mau pacaran, Umi. Umi jangan iri ya," ucap Faiz.
"Astaghfirullah Gus Faiz, Umi iri nih gimana dong," ucap Umi Marwa dengan bercanda.
"Nanti Umi ajak Abi pacaran, sekarang Faiz yang pacaran dulu," ucap Faiz lalu menaiki sepeda motornya.
"Masa pacaran pakai sepeda sih Gus," ucap Umi Marwa.
"Justru ini yang bikin pacarannya semakin romantis Umi, Faiz pergi dulu Umi. Assalamualaikum," pamit Faiz.
"Waalaikumsalam," jawab Umi Marwa.
Faiz mengendarai sepeda motornya dan meninggalkan pondok pesantren, namun karena hari ini memang hari libur sehingga banyak santri yang keluar dari pondok pesantren untuk sekedar jalan-jalan atau pergi membeli makanan di luar.
Para santri yang berada di luar pondok pun tentu saja melihat Faiz yang membonceng Afra keluar dari pondok, "Perempuan itu siapa ya kok deket banget sama Gus Faiz, bahkan sampai bersentuhan sama Gus Faiz?" tanya salah satu santri.
"Iya, aku juga penasaran siapa perempuan itu? Kemarin aku dengar dari Ratna kalau Gus Faiz gendong perempuan dan kayaknya perempuan itu ya yang tadi," ucap santri lainnya.
"Kalau Ning Zahra tau gimana ya? Kan katanya Ning Zahra dan Gus Faiz mau nikah," ucapnya.
"Gak tau deh, tapi Ning Zahra lama ya gak ke pondok. Biasanya satu Minggu Ning Zahra pasti kesini," ucap lainnya.
"Ning Zahra kan sedang kuliah makanya Ning Zahra jarang kesini," ucapnya lalu mereka pun melanjutkan gunjingan mereka tentang beberapa hal termasuk Faiz dan Afra
Kembali pada Faiz dan Afra, selama perjalanan menuju butik, mereka melewati pemukiman warga dan sepanjang jalan Faiz selalu di sapa oleh warga desa. Afra yang di bonceng Faiz hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya untuk membalas sapaan warga tersebut, meskipun mereka menyapa Faiz, namun mereka juga melihat kearah Afra.
setelah beberapa saat, akhirnya mereka pun sampai di butik yang jaraknya tak jauh dari pondok hanya melewati tiga desa. Butik tersebut pun terbilang sederhana dari luar, namun ketika masuk ke dalamnya, maka butik tersebut terbilang cukup mewah dan terlebih lagi lengkap.
"Kamu pilih aja yang mana," ucap Faiz.
"Gak mana Mas, aku gak tau pilih yang mana," ucap Afra.
"Yang sekiranya kamu suka, ini Mbak Kinanti yang bakal bantu kamu pilih," ucap Faiz ketika pelayan bernama Kinanti mendekat.
Faiz memutuskan untuk duduk di kursi tunggu yang ada di butik tersebut, sedangkan Afra dibantu Kinanti untuk memilih beberapa pasang baju.
"Jangan yang warna terang Mbak, saya kurang percaya diri makainya," ucap Afra ketika dipilihkan gamis berwarna biru langit.
"Warna terang bagus di kulitnya Ning padahal," ucap Kinanti.
"Tapi, saya kurang percaya diri. Lebih baik yang warna gelap-gelapan aja Mbak," ucap Afra.
"Yasudah kita cari yang lain Ning," ucap Kinanti.
Setelah beberapa saat, Afra pun sudah mendapatkan 4 gamis serta beberapa kerudung dan satu mukenah, "Mas, ini gak kebanyakan," ucap Afra.
"Sepertinya kurang, tapi karena kamu yang gak mau milih baju lagi, jadi untuk saat ini ambil ini aja dulu terus kapan-kapan lagi kalau kita butuh, kita beli lagi," ucap Faiz.
Faiz pun membayar belanjaannya dan mereka segera meninggalkan butik dan pulang ke pondok, namun di tengah perjalanan mereka untuk pulang, para warga tengah berusaha menyingkirkan pohon besar yang tumbang di tengah jalan.
Faiz menghentikan sepeda motornya lalu turun, "Kamu tunggu disini sebentar ya, aku bantuin mereka," ucap Faiz dan diangguki Afra.
Faiz pun dengan sigap membantu para warga menyingkirkan pohon besar yang tumbang di tengah jalan, tentu saja kedatangan Faiz mampu menarik perhatian semua yang ada disana.
"Terimakasih Gus," ucap warga tersebut.
"Iya, Pak," jawab Faiz.
Menyingkirkan pohon besar tentu saja tidak mudah, buktinya pakaian Faiz sudah kotor dan tubuhnya berkeringat. Namun, itulah yang menjadi daya tarik dari Faiz, seperti saat ini para remaja yang berada tak jauh dari Afra terus saja menuju ketampanan Faiz dan tak jarang mereka juga mengabadikan momen ketampanan Faiz. Afra yang melihat hal itu pun hanya tersenyum karena merasa lucu saja ketika melihat para remaja tersebut, namun Afra memang mengakui jika Faiz terlihat begitu tampan meskipun berkeringat dan pakaian yang kotor
Setelah berjibaku dengan pohon besar yang cukup sulit untuk di singkirkan, akhirnya para warga dan Faiz berhasil menyingkirkan pohon tersebut. "Terimakasih Gus, maaf sudah merepotkan Gus Faiz," ucap para warga.
"Tidak apa-apa, Pak. Saya justru senang membantu, oh iya Pak Yusril ada kain yang masih bersih?" tanya Faiz.
"Ada Gus, ada apa memangnya?" tanya Pak Yusril.
"Saya mau pinjam, apa boleh?" tanya Faiz.
"Astaghfirullah, Gus. Tidak perlu pinjam, saya kasihkan ke Gus Faiz, sebentar saya ambilkan di rumah saya," ucap Pak Yusril dan mengambilkan kain bersih sesuai yang dibutuhkan Faiz.
"Terimakasih Pak," ucap Faiz.
"Sama-sama Gus," jawab Pak Yusril.
Faiz pun berjalan menghampiri Afra, "Kamu jangan naik dulu ya," ucap Faiz lalu menaiki sepeda motornya dan menggunakan kain bersih tersebut untuk menutupi punggungnya yang basah karena keringat.
"Sudah, kamu bisa naik," ucap Faiz.
Afra pun menaiki sepeda motor tersebut dan baru menyadari jika tujuan Faiz memakai kain bersih di punggungnya adalah agar Afra tidak terkena punggung Faiz yang basah, bahkan Afra pun bisa berpegangan ke kain tersebut.
"Maaf ya, kalau bau. Kamu tahan sebentar," ucap Faiz.
"Gak bau kok Mas," ucap Afra.
Disaat Faiz membonceng Afra, membuat para remaja yang sejak tadi membicarakan Faiz pun terkejut karena mereka baru menyadari jika Afra sejak tadi ada disamping mereka dan pastinya mereka ketahuan, mereka bersembunyi, tidak menatap kepergian Faiz dan Afra.
Bukan hanya para remaja, tapi semua warga pun menatap heran pada Afra. "Siapa perempuan itu?" tanya warga
"Gak tau juga, tapi masa istrinya Gue faiz soalnya tadi saya melihat mereka bersentuhan loh," ucap Pak Yusril.
"Astaghfirullah, itu bukan urusan kita. Kita fokus pada diri kita sendiri saja," ucap warga lainnya.
.
.
.
Bersambung.....
mantaaaabh
lanjut ka elaaaa 👍🏻🌹🌹
semangaaaaaaats 💪🏻💪🏻🌹🌹
dasar cocote Ra pada ada akhlaknya
lanjut ka elaaaaa 👍🏻🌹🌹🌹
semangaaaaaats 💪🏻💪🏻
senewen q jadinya
lanjut ka elaaaaaaa
semangaaaaaats 💪🏻💪🏻