Zhang Wei akhirnya memulai petualangannya di Benua Tengah, tanah asing yang penuh misteri dan kekuatan tak terduga. Tanpa sekutu dan tanpa petunjuk, ia harus bertahan di lingkungan yang lebih berbahaya dari sebelumnya.
Dengan tekad membara untuk membangkitkan kembali masternya, Lian Xuhuan, Zhang Wei harus menghadapi musuh-musuh yang jauh lebih kuat, mengungkap rahasia yang tersembunyi di benua ini, dan melewati berbagai ujian hidup dan mati.
Di tempat di mana hukum rimba adalah segalanya, hanya mereka yang benar-benar kuat yang bisa bertahan. Akankah Zhang Wei mampu menaklukkan Benua Tengah dan mencapai puncak dunia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluar Dari Samudera Petaka
Para awak kapal kembali melanjutkan perbaikan kapal dengan penuh kewaspadaan. Mereka telah mengalami banyak hal selama pelayaran ini, tetapi kejadian di pulau tak berpenghuni ini memberikan mereka alasan lebih untuk tetap waspada. Kayu-kayu yang rusak diperbaiki, layar yang sobek dijahit kembali, dan setiap sudut kapal diperiksa untuk memastikan mereka siap melanjutkan perjalanan.
Sementara itu, Zhang Wei dan Shen Tianhao berdiri di tepi pantai, memandang hamparan lautan luas yang masih menyembunyikan banyak rahasia. Langit mulai beranjak gelap, menciptakan suasana yang semakin mencekam. Angin laut berembus kencang, membawa aroma asin dan sedikit bau darah yang belum sepenuhnya hilang setelah pertarungan sebelumnya.
"Apa menurutmu ada kemungkinan makhluk seperti itu masih berkeliaran di sekitar sini?" tanya Shen Tianhao dengan nada serius.
Zhang Wei menatap ke arah gugusan pulau yang tersebar di kejauhan. "Tidak hanya kemungkinan, tapi hampir bisa dipastikan. Jika makhluk itu memiliki wilayah berburu, maka kita baru saja menginjak salah satu bagian dari sarangnya."
Shen Tianhao menghela napas berat. "Sial, ini jauh lebih berbahaya dari yang kukira. Kita harus bersiap menghadapi kemungkinan terburuk."
Mereka berdua tetap berjaga, mata mereka tajam mengawasi setiap gerakan mencurigakan di air. Cahaya bulan mulai tampak, memantulkan kilauan perak di permukaan laut yang tenang—terlalu tenang, hingga justru menambah ketegangan. Dalam hati, Zhang Wei tahu bahwa ketenangan ini hanya sementara, dan sesuatu yang lebih besar mungkin akan segera datang.
Malam mulai merayap di atas kepulauan yang sunyi, hanya diterangi cahaya rembulan yang samar-samar terpantul di permukaan laut. Zhang Wei berdiri di tepi pantai, matanya tajam menatap hamparan air yang berkilauan. Shen Tianhao berdiri di sampingnya, tangan bersedekap di dada sementara telinganya tajam menangkap setiap suara di sekitar mereka. Mereka tidak bisa lengah, terutama setelah pertempuran melawan makhluk mengerikan yang mendiami pulau ini.
Saat malam semakin larut, suara-suara aneh mulai terdengar dari kejauhan. Suara seperti lolongan panjang, kadang terdengar lirih, kadang memekakkan telinga. Seakan-akan ada sesuatu yang tengah berburu di dalam kegelapan. Para awak yang masih sibuk memperbaiki kapal sesekali menoleh dengan raut tegang. Beberapa dari mereka merapatkan jubahnya, berharap malam ini berlalu dengan cepat.
"Sepertinya makhluk-makhluk itu aktif di malam hari," gumam Zhang Wei pelan.
Shen Tianhao mengangguk. "Beruntung kita hanya menghadapi satu makhluk di pulau ini. Jika ada lebih dari satu, kita pasti sudah mati."
Angin malam bertiup dingin, membawa aroma garam dan kelembapan dari laut. Di kejauhan, pulau-pulau lain tampak samar dalam kegelapan. Jaraknya memang cukup jauh, namun suara lolongan itu membuktikan bahwa mereka tidak sendirian di sini. Mungkin di setiap pulau, ada monster serupa yang berdiam di dalamnya, menjaga wilayah mereka dengan kejam.
Zhang Wei menggenggam pedangnya lebih erat. "Aku tidak suka ini. Terlalu sepi di sekitar kita, tapi suara-suara itu datang dari berbagai arah."
Shen Tianhao meliriknya. "Jangan khawatir. Selama kita tetap berjaga, mereka tidak akan menyerang. Apalagi dengan keberadaanmu."
Mereka berdua tetap siaga sepanjang malam, mata tak lepas dari kegelapan yang melingkupi lautan dan hutan di belakang mereka. Sesekali, suara dari kejauhan terdengar lebih dekat, namun tidak ada yang benar-benar muncul. Hingga fajar menyingsing, barulah lolongan itu perlahan menghilang, seperti makhluk-makhluk itu kembali ke tempat persembunyian mereka.
Saat matahari mulai menampakkan sinarnya di cakrawala, kelompok aliansi dagang yang kelelahan menyambut pagi dengan rasa lega. Kapal sudah diperbaiki dengan cukup baik untuk melanjutkan perjalanan. Angin pagi bertiup tenang, menandakan awal hari yang lebih bersahabat.
"Saatnya berlayar," kata Shen Tianhao sambil memberi isyarat kepada para awak kapal.
Zhang Wei melompat ke atas geladak, menatap laut luas di hadapan mereka. Dengan Kristal yang kini berada di tangannya, perjalanan mereka menuju Benua Tengah akan jauh lebih aman. Meskipun mereka telah melewati malam yang menegangkan, ini baru permulaan. Di depan sana, masih ada misteri yang menunggu untuk diungkap.
Perjalanan mereka terus berlanjut dengan kecepatan stabil. Gelombang yang sebelumnya ganas kini terasa lebih tenang, dan tidak ada lagi serangan dari makhluk roh laut. Kristal yang Zhang Wei peroleh terbukti sangat efektif, memancarkan aura intimidasi yang membuat semua makhluk roh di perairan ini enggan mendekat. Para awak kapal bisa beristirahat dengan lebih tenang, meski ketegangan belum sepenuhnya hilang.
Di atas dek, Zhang Wei berdiri di samping Shen Tianhao, matanya terus memandangi cakrawala. "Sesuatu tentang makhluk itu masih menggangguku," gumamnya.
Shen Tianhao mengangguk, ekspresinya serius. "Aku juga merasakannya. Makhluk itu bukan sekadar binatang roh biasa. Jika memang ada lebih banyak seperti itu di kepulauan tadi, mungkin ada sesuatu yang lebih besar yang belum kita ketahui."
Zhang Wei tetap diam, merenungkan kata-kata itu. Ada misteri yang lebih dalam di balik kemunculan makhluk tersebut, dan ia berniat untuk menyelidikinya lebih lanjut jika kesempatan muncul di masa depan.
Selama berhari-hari, mereka terus berlayar, menghindari badai dan arus laut yang tak menentu. Meskipun perairan ini dikenal berbahaya, perjalanan mereka relatif lancar berkat kristal itu. Tak ada satu pun makhluk roh laut yang mendekat, seolah-olah lautan itu sendiri mengakui superioritas energi yang terpancar dari benda tersebut.
Hingga akhirnya, di kejauhan, garis pantai yang megah mulai terlihat. Cahaya matahari yang menyentuh air laut menciptakan pemandangan yang spektakuler. Mereka telah mencapai batas antara Samudera Petaka dan wilayah perairan yang lebih tenang—pertanda bahwa Benua Tengah sudah sangat dekat.
Para awak kapal bersorak lega, sebagian tersenyum lelah, sementara yang lain masih tak percaya bahwa mereka berhasil keluar dari neraka perairan itu hidup-hidup. Shen Tianhao menepuk bahu Zhang Wei. "Kita akhirnya keluar. Selamat datang di perairan Benua Tengah."
Zhang Wei tetap diam, matanya masih tajam menatap cakrawala. Ia tahu bahwa tantangan yang lebih besar telah menunggu di tanah baru ini. Apa pun yang terjadi selanjutnya, ia siap menghadapinya.
up
ditunggu story line berikutnya.
Bravo!
Muantebz