Arga, menyandang gelar casanova dingin yang tidak suka terikat hubungan, apalagi pernikahan. Maka diusianya yang sudah matang belum juga menikah.
Namun, kematian Sakti membuat dia harus menikahi Marsha. Wanita yang sedang mengandung benih milik sang adik.
Menikahi wanita yang tidak dia cintai, tidak mengubah kelakuan Arga yang seorang casanova suka bersenang-senang dengan para wanita.
Kebaikan, perhatian, dan keceriaan Marsha mengubah Arga secara perlahan sampai dia merasa tidak tertarik dengan para wanita diluar sana.
Namun, semua berakhir saat Valerie bangun dari koma panjang. Arga lebih mementingkan sang kekasih dari pada Marsha yang sedang hamil besar.
Arga merasakan penyesalan saat Marsha mengalami koma setelah melahirkan. Ketika sadar sang istri pun berubah menjadi sosok yang lain. Tanpa Arga duga Marsha kabur membawa Alva, bayi yang selama ini dia besarkan.
Akankah Arga bisa mendapatkan Marsha dan Alva kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Ajakan Pandu
Bab 5
Sudah dua minggu semenjak Arga menikah dengan Marsha, ternyata banyak perubahan dalam hidupnya. Dia jadi sarapan setiap hari dan makan malam di apartemen. Suara nyanyian riang Marsha menjadi sesuatu yang pasti dia dengar jika wanita itu sedang memasak atau membereskan tempat tinggal mereka.
Bagi laki-laki itu Marsha merupakan perempuan yang aneh. Biasanya diusia mereka akan lebih suka menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Namun, wanita itu malah lebih suka menghabiskan waktu di apartemen paling jauh di lingkungan gedung apartemen.
"Sekarang hari Minggu, apa kamu tidak ada kegiatan jalan keluar bersama teman-teman kamu?" tanya Arga saat melihat Marsha sibuk membuat makanan di dapur.
Marsha sempat tersentak saat tiba-tiba saja mendengar suara Arga di belakangnya. Untung saja terigu yang sedang dia tuangkan untuk adonan tidak tumpah.
"Aku baru saja pindah ke sini, mana ada punya banyak teman," jawab wanita berjilbab pink sambil mengaduk bahan yang ada di mangkok berukuran sedang.
"Ya, setidaknya rekan guru di sekolah tempat kamu mengajar sekarang pasti punya teman baru, 'kan?" tanya Arga sambil melihat apa yang sedang dibuat oleh sang istri.
"Sekolah tempat aku mengajar sekarang itu tingkat SMA dan kebanyakan guru-gurunya sudah pada usia setengah paruh baya. Paling ada beberapa petugas tata usaha dan guru magang seperti aku yang masih terhitung muda, tetapi mereke juga sudah punya suami dan anak. Jadi, tidak akan mudah untuk pergi berkumpul bermain atau jalan-jalan bersama," jelas Marsha masih sambil membuat adonan untuk membuat bakwan.
Entah kebiasaan atau apa, Marsha jika masak selalu sambil bernyanyi atau bersholawatan. Arga pun duduk di kursi meja makan sambil memainkan handphone miliknya. Sesekali dia akan beranjak dan mencomot bakwan yang sudah matang.
^^^Kita main, yuk!^^^
Tiba-tiba ada pesan masuk dari Pandu. Arga saat ini sedang malas untuk main atau bersenang-senang di luar. Tubuhnya seakan sedang protes ingin istirahat total tanpa ada gangguan apa pun.
Maaf aku sedang tidak mood main.
Balas Arga sambil sesekali melirik ke arah Marsha.
^^^Semenjak sudah menikah kita tidak pernah bersenang-senang. Apa kamu sudah tobat?^^^
Arga mengingat kembali kapan terakhir dia kencan dengan wanita yang sering mengejar-ngejar dirinya. Dia juga membenarkan kalau setelah menikah dengan Marsha, belum pernah berkencan lagi dengan para wanita yang sering menggodanya.
Arga mengirim pesan balasan kepada Pandu. Laki-laki itu mengetik sambil berjalan hendak mengambil bakwan lagi tanpa melepaskan arah penglihatannya pada benda pipih berbentuk persegi panjang. Di saat bersamaan Marsha baru saja akan membawa lodor berisi bakwan buatannya untuk ditaruh di atas meja makan.
"Kyaaaak!" teriak Marsha terkejut saat tubuhnya bertabrakan dengan Arga sehingga mundur beberapa langkah bahkan hampir terjengkang ke belakang kalau tidak ditahan oleh sebelah tangan milik sang lelaki.
Klik
Keduanya terkejut mendengar bunyi kamera. Ternyata tanpa sengaja Arga menekan bagian kamera dan hasilnya terkirim ke Pandu. Di mana posisi dia sedang merangkul pinggang Marsha dan terlihat seperti sedang pamer adegan romantis.
"Bisa tidak kamu jangan berteriak begitu?" Raut wajah Arga menjadi kesal karena kecerobohan barusan akan membuat Pandu menggoda dia habis-habisan bahkan akan jadi bahan untuk mem-bully-nya suatu saat nanti. Tanda centang dua berwarna biru sudah menunjukkan kalau foto tadi sudah dilihat oleh temannya.
^^^Pantas saja kamu tidak mau diajak main. Sudah punya yang bening di rumah. ^^^
Mendapat pesan dari Pandu seperti itu tidak ingin membuat Arga membalasnya. Dia pun meletakan handphone miliknya di atas meja makan.
Bakwan yang baru saja dibuat oleh Marsha langsung habis tidak sampai 7 menit oleh mereka berdua. Apalagi saat masih hangat dan renyah membuat rasanya semakin nikmat.
"Aduh, aku lupa!" Marsha nepuk keningnya lalu membuka beberapa kotak di kitchen set.
Arga melihat tingkah istrinya dengan tatapan heran. Wanita itu mengeluarkan dua buah pisin lalu memasukkan bakwan yang masih ada di wadah penirisan minyak
"Kak, aku mau antarkan ini untuk Bu Djoko dan Bu Jaka," kata Marsha lalu bergegas pergi ke apartemen sebelah mereka dan satu lantai di bawahnya.
Arga hanya tahu mereka, tetapi tidak begitu mengenal baik seperti apa para tetangganya itu. Dia juga jarang berinteraksi dengan penghuni yang lain meski dia sudah tinggal di sama hampir selama tujuh tahun.
Terdengar suara bel berbunyi lalu Arga membuka pintu. Terlihat ada seorang wanita berpenampilan seksi dengan body aduhai sedang tersenyum menggoda kepada Arga.
"Ada apa?" tanya Arga dengan dingin.
"Aku rindu padamu, Arga," jawab wanita itu langsung memeluk dan mencium bibir Arga.
Mungkin sudah kebiasaan jika ada yang menciumnya, maka Arga pun membalasnya. Wanita itu begitu bernafsu dan mencoba memancing hasrat kelelakian si tuan rumah.
Ciuman panas itu terus berlanjut ke yang lainnya. Arga membawa wanita itu ke sofa masih saling memagut dan melu_mat. Tangan nakal laki-laki itu sudah bergentayangan kemana-mana bahkan baju atas wanita itu sudah terlepas dan kini tampak kedua buah khuldi. Suara laknat keluar dari mulut wanita itu dengan nyaring. Kedua orang itu lupa kalau mereka masih berada di ruang tengah dan bisa saja ada orang yang melihat.
"Astaghfirullahal'adzim. Apa yang sedang kalian lakukan!" teriak Marsha.
***
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Akankah Marsha mengamuk atau pergi dari sana? Ikuti terus kisah mereka, ya!