Jiwa Seorang Pemimpin

Hari ini Carlos dan Sofia keluar dari istana. Dengan kendaraan bermotor dan bekal pakaian seadanya.

Keduanya akan menjalani hidup seperti orang biasa pada umumnya. Bukan tanpa alasan, agar tidak terlalu mencolok dan tidak dikenali orang lain jika mereka adalah raja dan ratu.

"Pamit Bu, Ayah, kakek, Paman," ucap Carlos. Walaupun Carlos seorang raja, rasa hormat kepada yang lebih tua tetap ia jaga.

Terutama pada perdana menteri yang jelas-jelas levelnya berada di bawahnya. Sampai-sampai perdana menteri pun merasa tidak enak hati, karena Carlos seorang raja.

"Iya, hati-hati," ucap Sania. Sofia juga melakukan hal yang sama kepada mereka. terutama orang tuanya.

Dengan diiringi pelayan istana dan pengawal istana yang terbaris menunduk, Carlos dan Sofia mengendarai motornya keluar dari dari gerbang istana.

Tujuan mereka adalah wilayah bagian timur negaranya. Oya, perusahaan milik Abraham yang di retas dan di bekukan oleh Carlos adalah perusahaan minyak bumi yang di hasilkan dari wilayah timur.

Dan Carlos akan menata ulang kembali dan akan membangun pabriknya dan memperkerjakan mereka yang butuh pekerjaan.

Dengan begitu, mereka tidak akan lagi dalam kesulitan ekonomi. Niat awal Carlos untuk mensejahterakan rakyatnya adalah melalui perekonomian mereka.

Jika ekonomi rakyat baik, mereka akan hidup senang walaupun tidak kaya. Dan selanjutnya Carlos akan menghapus pajak yang memberatkan rakyatnya.

Pajak hanya akan berlaku untuk mereka yang memiliki perusahaan besar dan sebagainya. Tidak untuk pedagang kecil atau rakyat kecil.

Carlos menghentikan motornya di sebuah tempat makan. Sudah cukup jauh mereka berkendara, jadi mereka istirahat sejenak.

"Kita mampir dulu di sini," kata Carlos. Sofia mengangguk, lalu membawa tasnya agar tidak di curi oleh orang lain.

"Kenapa dibawa?" tanya Carlos.

"Sebelum hilang sebaiknya diamankan," jawab Sofia. Carlos tersenyum, ternyata istrinya juga bijak.

Memang benar, kalau sudah hilang tidak ada gunanya lagi. Sebaiknya di cegah dulu sebelum terjadi.

"Silakan Nak, mau makan, minum?" tanya pemilik rumah makan.

Mereka sudah berada jauh dari perkotaan, jadi tempat makan bukan restoran seperti di kota-kota pada umumnya.

"Iya Bu, oya Bu, apa wilayah timur masih jauh?" tanya Carlos. Sekedar basa-basi saja ia bertanya hanya untuk mencari informasi tentang wilayah timur.

"Ini sudah kawasan wilayah timur, tapi jika anak-anak ini ingin ke tempat tambang minyak, masih jauh dari sini. Sekitar belasan kilometer." jawab wanita itu.

Wanita itu berpikir jika Carlos dan Sofia ingin mencari pekerjaan disana. Itu sebabnya ia langsung mengatakan lokasi tersebut.

Carlos sudah mengetahui lewat maps, hanya saja ia ingin mendengar sendiri dari orang sekitarnya.

"Bisa kita ngobrol Bu? Nanti aku bayar lebih," ujar Carlos.

Wanita itu melihat pelanggannya tidak banyak, lalu iapun mengangguk. Tapi sebelum itu ia menyiapkan terlebih dahulu pesanan Carlos dan Sofia.

Setelah beberapa menit, wanita itu sudah kembali ke meja Carlos. Entah kenapa wanita suka melihat keduanya. Biasanya jika pelanggan lain, wanita itu selalu menolak.

Carlos dan Sofia makan terlebih dahulu, karena Carlos tidak berbicara saat makan. Jadi mereka akan mengobrol setelah selesai makan.

"Bu, bagaimana dengan keadaan disini? Apa aman? Dan penduduknya seperti apa?" tanya Carlos.

"Dulu, sewaktu kepemimpinan raja Bahram lalu digantikan oleh putranya yaitu Andreas, rakyat disini makmur. Tapi setelah digantikan oleh raja William semuanya berubah." wanita itu tertunduk.

"Lalu?" tanya Carlos.

"Wilayah ini pindah ke negara tetangga, dan dibawah kekuasaan raja Abraham. Ada yang mengatakan wilayah timur ini sudah di jual. Tapi aku dengar kabar kemarin, katanya wilayah timur ini direbut kembali oleh raja muda tampan dan gagah," ucap wanita itu.

Ya, kabar tentang wilayah timur direbut kembali oleh Carlos menyebar dengan begitu cepat.

Begitu juga dengan raja baru yang mereka maksud. Tapi tidak semua rakyat mengenali Carlos sebagai raja baru.

Carlos pun mengorek keterangan kepemimpinan raja Abraham. Wanita itu menjelaskan jika raja William dan raja Abraham sama seperti lintah. Menghisap darah rakyat.

Sofia hanya terdiam mendengar cerita itu, toh dirinya juga tidak mengerti dengan semua ini. Tugasnya hanya mendampingi sang suami sebagai ratu.

Dan wanita itu berharap, mereka rakyat kecil kembali makmur seperti dulu, tidak ada kejahatan di mana-mana.

Karena selama ini, demi uang, mereka rela melakukan kejahatan. Dengan cara merampok ataupun mencuri juga memeras.

"Padahal disini ada tambang minyak, tapi kok bisa rakyatnya sengsara?" tanya Carlos.

"Semua itu bukan untuk rakyat, tapi untuk orang yang berkuasa," jawab wanita itu.

Carlos manggut-manggut, sekarang ia mengerti. Setelah merasa cukup, Carlos pun pamit setelah membayar makanan mereka.

Carlos membayar lebih karena sudah menyita waktu untuk wanita itu. Namun wanita itu menolak dan meminta sesuai harga makanannya saja.

"Gak apa-apa Bu, masakan ibu enak, jadi aku berikan bonus," ujar Carlos.

Setelah kepergian Carlos dan Sofia, wanita itu tersenyum. "Andai saja anak itu menjadi raja negara ini, ah mikir apa aku?" gumam wanita itu.

Jujur, wanita itu sangat mengagumi Carlos. Dari tutur bicaranya ditambah wajahnya yang tampan dan enak dipandang. Membuat wanita itu kagum.

"Ada apa Bu?" tanya putri wanita itu.

"Ada orang baik ngasih bayaran lebih, udah itu tampan. Sayangnya sudah punya pasangan, padahal terlihat masih sangat muda," jawab wanita itu.

Sementara Carlos melanjutkan perjalanannya. Tujuannya memang ingin mencari informasi tentang rakyatnya di wilayah timur ini.

Cukup jauh juga mereka berkendara, hingga mereka tiba di sebuah desa. Carlos dan Sofia mencari tempat untuk singgah.

"Permisi, apa disini ada rumah kosong?" tanya Carlos.

Pria itu memperhatikan Carlos dan Sofia dengan seksama. Kemudian pergi tanpa menjawab pertanyaan dari Carlos.

"Eh Pak tunggu!" panggil Carlos. Namun pria itu masih melanjutkan langkahnya.

Carlos mengikutinya dengan motornya. Pria itu berhenti di sebuah rumah kayu. Carlos pun segera menghampiri pria itu.

"Maaf Pak, kenapa bapak lari?" tanya Carlos.

Pria itu tetap tidak menjawab, Carlos yang bingung pun mendesak pria itu untuk menjawab.

Ternyata pria itu ketakutan dan lari dari orang-orang yang di utus oleh raja Abraham untuk membuat onar di wilayah ini. Terutama mereka yang bekerja di pabrik minyak.

Mendengar hal itu, Carlos pun segera pergi kesana untuk melihat keadaan disana. Juga sekaligus ingin membantu.

"Ayo sayang kita lihat kejadian apa disana?"

Sofia pun mengangguk, Carlos melajukan motornya mengarah ke pabrik tersebut. Dan benar saja, saat tiba disana, kegaduhan pun terjadi.

Beberapa orang yang menolak di pecat pun melawan walau tubuh mereka menjadi sasaran mereka yang menyiksa nya.

"Berhenti...!" Dengan suara lantang Carlos menghentikan mereka.

Carlos dan Sofia pun menghampiri mereka. Orang-orang yang sudah babak belur pun bangun dengan susah payah.