Raisa, seorang gadis berparas cantik, adalah primadona desa yang hidup dalam kesederhanaan bersama ayahnya. Kehidupannya yang bahagia berubah drastis ketika suaminya meninggal dalam kecelakaan mobil pada awal pernikahan mereka. Raisa terpaksa harus menjanda dan menghadapi tantangan hidup yang lebih besar.
Di desa kecil mereka, di mana kabar berita menyebar dengan cepat, gosip dan fitnahan dari masyarakat selalu menghampiri Raisa. Kehadirannya yang sebagai pengantin baru dan langsung ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal membuatnya menjadi sasaran ejekan dan celaan. Dia merasa terisolasi dan terpinggirkan.
Namun, Raisa adalah seorang wanita yang kuat dan tegar. Dia tidak menyerah pada keadaan dan bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa bangkit dari penderitaan yang menimpanya.
Bagaimana kisah Raisa dalam menjalani kehidupannya? Ikuti ceritanya di novel yang berjudul "Janda Tapi Perawan Tulen"
Jangan lupa kasih like, subcribe, vote rate 5...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 5 - Janda kembang
\*\*\*
Satu bulan setelah kematian Rio, kesedihan masih melingkupi kediaman keluarga Gunawan. Setiap sudut rumah terasa hampa tanpa kehadiran Rio.
Semua anggota keluarga, termasuk Raisa, merasa kehilangan yang mendalam dan terpuruk oleh kepergian Rio.
Raisa khususnya merasakan beban kesedihan yang sangat berat. Setiap hari, dia terbangun dengan perasaan kosong dan hati yang hancur.
Kenangan indah yang mereka bagi bersama terus memenuhi pikirannya, mengingatkannya pada kehilangan yang tak tergantikan.
"Raisa, kamu harus menjaga kesehatan kamu... Kakak tau kamu sangat kehilangan Rio bahkan kami juga sama merasa kehilangan, tapi kita harus tetap menjalani kehidupan apapun yang terjadi... Makan dulu, yuk."
Dina menghampiri Raisa yang sedang duduk termenung di kamarnya. Selama ini, kakak iparnya itu selalu menemani dan menghibur Raisa.
"Iya Kak, nanti aku makan... Makasih ya Kak... Selama ini Kakak sudah baik dan memperhatikan aku." Dina pun memeluk Raisa yang nampak pucat dan tidak bergairah.
Saat melihat keluar pintu, Raisa melihat Dion yang sedang melihat ke arahnya dengan tatapan yang sulit di artikan namun Raisa tidak terlalu menghiraukannya.
Pada satu malam, Raisa sedang mencoba memperbaiki gorden yang ada di kamarnya karena macet saat akan di tutup. Ia berusaha agar gorden itu bisa di perbaiki.
Tiba-tiba Raisa dikejutkan oleh sebuah tangan yang menyentuh pinggangnya. "Apa kamu perlu bantuan?." Sontak Raisa merasa terkejut karena kini kakak iparnya, yaitu Dion sudah berada di kamar dan berada sangat dekat dengannya.
"Kak Dion... Ini Kak, gordennya macet, jadi susah ketutup," jawab Raisa gugup karena masih terkejut. Setelah beberapa saat, akhirnya Dion bisa memperbaiki gorden itu, dan Raisa pun berterima kasih.
Raisa berangsut mundur dan mengambil selimut lalu menutupi tubuhnya yang sedikit terbuka karena ia sudah berpakaian baju tidur dan berpikir tidak akan ada orang yang masuk ke kamarnya tanpa seizinnya.
Namun, nyatanya Dion berani masuk dan kini dia sedang menatap Raisa intens sehingga membuat Raisa merasa tidak nyaman. Raisa menelan salivanya karena tidak tau apa yang harus dia lakukan.
Rasa cemas dan takut kini sedang menyelimutinya, karena tidak mungkin juga kan dia mengusir kakak iparnya itu. Karena selama Raisa mengenal Dion, ia adalah orang yang baik. Raisa hanya merasa mungkin dia sudah berpikiran terlalu jauh.
"Raisa...." Dina memanggil Raisa dan langsung masuk saat pintu kamar sedikit terbuka. Ia ingin memastikan jika Raisa baik-baik saja. "Mas... Kamu sedang apa?."
"Kak Dina," seru Raisa sambil tersenyum. Raisa merasa senang dengan kedatangan Dina, karena rasa canggungnya jadi sedikit menghilang. Sementara Dion, ia bersikap santai dan menjawab, "Aku membantunya memperbaiki gorden, tadi macet, tapi sekarang sudah normal kembali.
" Oh... Ya udah, Raisa, kamu istirahat ya... Jangan begadang, ingat jaga kesehatan kamu, ok?." Raisa pun mengangguk dan tersenyum.
"Mulai sekarang aku harus mengunci pintu," batin Raisa sambil bergidik ngeri, saat kedua kakak iparnya itu keluar dari kamarnya.
Seperginya Rio, sebenarnya Raisa ingin pindah ke rumah ayahnya lagi, tapi ibu dan ayah Rio tidak mengizinkannya karena ingin Raisa tetap tinggal bersama mereka, dengan begitu mereka tidak akan terlalu merasa kehilangan putra bungsunya itu.
Setelah berdiskusi dengan keluarga dan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk keinginan ibu dan ayah Rio, Raisa memutuskan untuk tetap tinggal di rumah keluarga Rio.
Raisa merasa bahwa dengan tetap tinggal bersama ibu dan ayah Rio, mereka dapat saling mendukung dan menguatkan satu sama lain dalam menghadapi kehilangan yang sama.
~
"Sayang, kamu yakin tidak akan ikut dengan kami? Kamu bisa jalan-jalan dan mencari udara segar disana, tempatnya juga sangat asri lho...."
Ayah dan ibunya Rio juga Dina, mereka berencana mengunjungi saudara mereka yang berada di kota sebelah. Mereka juga ingin mengajak Raisa pergi agar merasa terhibur dan tidak terus terpuruk.
Karena selama satu bulan ini, Raisa belum lagi menginjakkan kakinya keluar rumah. Ia merasa trauma setelah kejadian yang menimpanya beberapa minggu yang lalu.
Saat itu, ia keluar rumah hanya untuk berjalan-jalan dan mencari udara segar. Lalu terlihat beberapa ibu-ibu yang menatapnya sinis dan berbisik jika Raisa adalah perempuan pembawa sial untuk Rio dan keluarganya.
Tidak hanya itu, setiap kali Raisa bertemu dengan orang, maka orang-orang itu akan segera menjauh dan menghindarinya juga mengatakan "Dasar gadis pembawa sial! Gara-gara menikah dengannya suaminya jadi meninggal."
Jika bukan karena dukungan dari keluarga Rio, mungkin Raisa akan merasa sangat di kucilkan dan semakin terpuruk. Semenjak saat itu, Raisa pun hanya berdiam diri di rumah, untung saja mertuanya sangat baik dan menyayanginya. Jika tidak, habislah Raisa jadian bulan bulanan keluarga Rio. 🤭
Saat malam hari...
"Rumah sepi sekali, mereka kapan pulang ya?." Raisa bicara pada dirinya sendiri sambil celingukan mencari keberadaan seseorang, nyatanya dia nampak seorang diri di rumah yang besar itu.
"Hiii... Serem juga ya tinggal di rumah segede gini," ucap Raisa sambil menutupkan pintu kulkas.
"Arrggh!." Raisa langsung berteriak dan hampir menjatuhkan botol minum yang baru dia ambil dari kulkas. Ia sangat saat terkejut saat mendapati Dion yang sudah berada tepat di belakangnya.
"Kakak... Hampir saja aku jantungan...," ucap Raisa sambil mengelus dadanya. "Kakak memerlukan sesuatu?," lanjut Raisa.
"Tidak, aku hanya mau ambil minum juga," jawab Dion sambil terus menatap Raisa lekat tanpa mengedipkan matanya. "Silahkan Kak, aku ke kamar dulu ya." Raisa menggeser tubuhnya dan segera pergi ke kamar dengan setengah berlari.
Dretttt... Dretttt...
"Hallo, Kak Dina?."
"Raisa, sepertinya kami akan pulang terlambat... Kamu tidak apa-apa disana sendirian?."
"Tidak apa-apa Kak, lagi pula ada Kak Dion... Hallo? Kak Dina?."
"Hallo? Raisa...? Sinyalnya jelek, Kakak gak bisa denger suara kamu, kamu baik-baik ya... Kami usahakan akan segera pulang."
Tut Tut Tut....
"Hallo? Kakak?."
Setelah menerima telpon dari Dina, Raisa pun segera berganti baju dan bersiap untuk tidur. Baru beberapa detik memadamkan lampu tidur, tiba-tiba terdengar suara Dion berteriak dan memekik kesakitan.
"Aarggh!."
Seketika Raisa membuka matanya "Kak Dion?," gumamnya, lalu segera bangun dan mendudukkan dirinya di kasur. "Apa aku salah dengar? Tapi tadi suara Kalimantan Dion kan?." Raisa berkata pada dirinya sendiri.
Pranggg...!
Kini terdengar suara pecahan gelas dan membuat Raisa segera memakai rompi baju tidurnya dan menuju ke arah sumber suara.
"Kak Dion? Kakak...?." Raisa berjalan secara perlahan sambil mengamati sekitar. Lampu yang sebagiannya sudah di matikan membuat suasana tambah mencekam. Lalu Raisa melihat pintu kamar Dion yang sedikit terbuka dan terlihat sebuah bayangan yang melintas.
"Kak Dion?." Raisa memanggil orang yang dia kira Dion dengan suara yang agak tinggi agar terdengar karena jarak kamarnya agak jauh dari kamar Dion.
"Apa mungkin ada pencuri? Tapi tadi Kak Dion berteriak, jangan-jangan terjadi sesuatu padanya!." Raisa terus berpendapat dengan pikirannya sendiri dan memutuskan mencoba menghampiri kamar Dion karena khawatir padanya.
Baru saja beberapa langkah, Raisa di kejutkan oleh orang yang langsung memeluknya dari belakang. "Aaaaaaa!."
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Bersambung...
karakter raisa terlalu lemah,
smoga raisa jd wanita yg smart
semoga hari2 kalian bahagia 🤲💪 semangat y untuk authornya 😘😘😍