NovelToon NovelToon
Hello! Miss Call...

Hello! Miss Call...

Status: tamat
Genre:Tamat / Ketos / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:132.5k
Nilai: 4.9
Nama Author: age nairie

“Jadi kapan internet saya aktif kembali? Saya tidak akan menutup teleponnya jika internet saya belum aktif!” hardik Peter.
“Mohon maaf Pak, belum ada kepastian jaringan normal kembali. Namun, sedang diusahakan secepatnya,” tutur Disra.
“Saya tidak mau tahu, harus sekarang aktifnya!” ucap Peter masih dengan nada tinggi.
Disra berniat menekan tombol AUX karena ingin memaki Peter. Namun, jarinya tidak sepenuhnya menekan tombol tersebut. “Terserah loe! Sampe bulu hidung loe memanjang, gue ladenin!” tantang Disra.
“Apa kamu bilang? Bisa-bisanya memaki pelanggan! Siapa nama kamu?” tanya Peter emosi.
Disra panik, wajahnya langsung pucat, dia melihat ke PABX-nya, benar saja tombol AUX tidak tertanam kebawah. Sehingga, pelanggan bisa mendengar umpatannya.

Gawat, pelanggan denger makian gue!

***
Novel pengembangan dari cerpen Call Center Cinta 🥰
Ikuti kisah seru Disra, yang terlibat dengan beberapa pria 😁
Happy Reading All 😍
IG : Age_Nairie

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon age nairie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 5 Dasar Kecoa Bunting! Babi Busuk! Cowok Brengsek!

Disra kembali pulang, dia berjalan sangat tidak bersemangat. Terjawab sudah hati yang tidak tenang sejak pagi. Tindakan dirinya memaki pelanggan sudah diketahui. Beruntung, hari ini tidak ada jadwal kuliah sehingga bisa langsung pulang setelah selesai bekerja.

“Assalamualaikum,” ucap Disra saat pulang ke rumah.

“Walaikumsalam,” jawab Tina dengan suara tertahan.

Disra menghampiri ibunya dan duduk di sampingnya. “Ibu kenapa? Abis nangis?” tanya Disra.

“Ibu nggak apa-apa,” jawab Tina.

“Jangan bohong, Bu,” ujar Disra.

“Bapakmu kena pecat, udah gitu nggak dapat pesangon,” lirih Tina.

“Kok bisa?” tanya Disra penuh keheranan.

“Sekarang di kantor polisi,” jelas Tina menitikkan air mata.

Disra terkejut mendengar penuturan sang ibu. “Bapak dipecat dan sekarang di kantor polisi. Kenapa Ibu nggak telepon Disra? Sebenernya apa yang terjadi?” cecar Disra.

“Bapakmu dituduh melakukan pencurian, padahal dia nggak tahu apa-apa,” terang Tina semakin terisak.

Disra langsung bangkit dari duduknya. “Disra mau ketemu Bapak,” ujarnya pada sang ibu.

“Dis ….”

Disra tidak menggubris ucapan ibunya dan pergi begitu saja. Dia menuju ke kantor polisi dan bertemu dengan ayahnya.

“Bapak kenapa bisa di sini?” tanya Disra khawatir.

“Bapak dipecat dan dituduh mencuri,” jelas Roni, ayah Disra.

“Tadi ibu udah bilang. Bisa jelasin ke Disra yang sebenarnya?”

“Bapak diminta bawa kotak-kotak ke dalam mobil terus di kasih uang sama pak Dasep,” terang Roni yang bekerja sebagai kurir di suatu perusahaan yang bergerak dalam industri pangan.

“Maksudnya, kotak-kotak itu ternyata curian?” tanya Disra.

“Iya, Bapak nggak tahu itu curian.”

“Isinya apa?” tanya Disra penasaran.

“Bunga saffron. Tapi, pas bawa kotak itu Bapak nggak tahu isinya. Baru tahu pas di kantor polisi ini.”

Disra hanya menghembuskan napasnya pelan. Dia tahu bunga saffron termasuk mahal. Mungkin mencapai 49 juta satu kilonya. Entah berapa kilo, banyak bunga yang dicuri. “Bapak di kasih uang berapa sama Pak Dasep itu?”

“Sepuluh juta.”

“Jangan-jangan waktu beli kulkas dan TV baru itu ya?”

“Iya.”

“Bukannya itu Bapak bilang lagi dapet bonus?”

“Iya, itu yang dari Pak Dasep. Sama saja dengan bonus ‘kan?”

Disra hanya memijat keningnya. “Emang tertera di slip gaji Bapak?”

“Enggak ada.”

“Duh Pak, uang sepuluh juta itu besar. Kalau hanya tips nggak mungkin segitu. Kenapa nggak nolak sih? Emang nggak curiga apa?” keluh Disra.

Toni hanya bisa menundukkan kepalanya. Meskipun bukan dia pelaku utamanya. Namun, dirinya pun terlibat secara tidak langsung.

Disra pulang dari kantor polisi tanpa semangat, dirinya terlalu lelah. Memikirkan cara agar ayahnya bisa keluar dari penjara.

***

Sulit tidur semalam, membuat Disra memiliki kantung mata. Dia berangkat kerja tanpa semangat. Belum juga duduk di kabin layanan. Dirinya sudah di panggil ke ruang SPV.

Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Ungkapan yang tepat untuknya. Masalah sang ayah yang ditahan dan sekarang ditambah lagi dengan pemecatan dirinya.

“Pak, ini seriusan aku diberhentikan?” tanya Disra tak terima. Dia baru melakukan kesalahan sekali. Namun, sudah mendapatkan konsekuensi yang cukup berat.

“Angel, ini bukan keputusan saya. Ini keputusan perusahaan. Terabig Net sudah mengetahui kasus ini. Pelanggan pun tidak hanya mempublikasikan di surat pembaca,” terang Firdaus. Dia pun tak tega melihat Disra yang bersedih. Dia tahu, Disra baru pertama kali melakukan kesalahan dan itu sangat fatal karena memaki pelanggan.

“Kamu bisa datang ke Rafcon Sarana untuk mengurus pemberhentian mu. Mungkin kamu juga akan di black list dari outsourcing kamu itu. Tapi, bukan berarti perusahaan outsourcing lainnya tidak akan menerima kamu. Kamu masih muda, saya yakin kamu bisa mendapatkan pekerjaan lain lagi,” tambah Firdaus menghibur Disra.

“Baik Pak. Terima kasih. Saya izin ke kabin dulu.”

Disra duduk di tempat layanannya. Meskipun, sebenarnya para agent bebas duduk di kabin manapun. Namun, Disra lebih senang duduk ditempat yang sama. Dia membuka folder di komputernya, mencari folder yang dia buat untuk menyimpan notepad nama-nama pelanggan beserta nomor teleponnya.

Mengeluarkan kertas dan mencatat satu nomor telepon. Siapa lagi kalau bukan nama Peter yang dia catat. Lalu menghapus folder tersebut. Setelah selesai dia sedikit berpamitan dengan rekan kerjanya.

“Hati-hati ya, Dis. Gua ikut prihatin,” ujar Dina.

“Iya, nggak pa-pa. Loe jangan ikutin jejak gue, pastikan tombol AUX tertanam dengan benar,” cerocos Disra.

Tidak banyak barang yang di bawa Disra. Headset dan segala keperluan kerja adalah milik perusahaan. Dia hanya membawa tas selempang yang biasa dia pakai.

Setelah keluar dari gedung tempatnya bekerja, Disra duduk di taman. Merutuki nasib malangnya. Dipecat dan sang ayah di penjara. Belum dapat jalan penyelesaian ayahnya. Kini, sudah mendapat masalah baru.

Merogoh kantung celananya dan mengambil ponselnya, berniat untuk mencari pekerjaan baru. Namun, gerak tangannya terhenti, dia teringat akan sesuatu. Dia berjalan menuju toko pulsa dan membeli sim card baru.

Membuka ponselnya dan mengganti sim card ponselnya dengan sim card yang baru. Dia mulai menelpon Peter, laki-laki yang membuat dirinya di pecat.

“Hallo ….” Satu kata yang keluar dari mulut Peter. Namun, sudah diblokir oleh makian Disra.

“Dasar kecoa bunting! Babi busuk! Cowo brengsek!” maki Disra histeris.

Disra menutup panggilan teleponnya. Dia puas melampiaskan kekesalannya pada Peter. Dia kembali membuka perangkat ponselnya dan mengeluarkan sim card tersebut dan menggantinya dengan yang lama.

Disra tersenyum smirk. Sudah dipecat, tidak ada alasan lagi bagi dirinya untuk bertindak sopan pada Peter. Tindakannya setengah sadar, dia terbawa emosi. Disra tahu, meskipun dia mengganti nomor ponselnya. Namun, nomor identitas dalam registrasi sim card baru tersebut tetap membutuhkan NIK (Nomor Induk Kependudukan) dirinya.

Namun, jika Peter ingin melacak siapa yang menelponnya. Dia harus menghubungi layanan telepon kabel dan meminta list daftar telepon masuk dan keluar. Hal itu bisa di dapatkan Peter. Hanya saja, jika dia sudah mendapatkan nomor ponsel yang menghubunginya, untuk mengetahui siapa pemilik nomor ponsel tersebut. Dirinya harus ke provider sim card tersebut dan untuk mendapatkan informasi tidak semudah itu karena merupakan privasi pelanggan.

Jika memang kasus penipuan atau tidak kejahatan lainnya. Harus membutuhkan pendukung lainnya. Bisa berupa rekaman dari makian tersebut dan itu bisa di dapatkan melalui pihak telepon kabel. Juga di dukung dengan laporan kepolisian. Disra sangat yakin, pelanggannya tidak akan mungkin bisa bertindak jauh yang membutuhkan tenaga cukup  banyak.

“Dasar gila!” maki Peter menatap gagang telepon kabel rumahnya.

Peter langsung menuju ke komputernya untuk melacak nomor telepon yang baru saja menghubungi telepon rumahnya. Tidak sulit baginya untuk melacak. Tidak harus menghubungi layanan telepon kabel rumahnya ataupun datang ke pihak provider telepon selular. Dirinya hanya perlu meretas jaringan. Dia tersenyum, setelah mendapatkan alamat dari orang yang memakinya di telepon. Sudah waktunya memberi pelajaran pada agent call center tersebut.

1
Ika Maimunah
Baguuis cerita smuany.. Toooppp
Age Nairie: Makasih, Kak 🥰
total 1 replies
Dwi Laras Anggreni
Luar biasa
Age Nairie: Terima kasih 🙏🥰
total 1 replies
D_wiwied
SAH juga akhirnya ya Vin /Joyful/
D_wiwied
coba kamu ceritakan sj kejadian penculikan itu ke Disra, Vin.. biar tau klo kamu udah suka sm dia sejaj lama
D_wiwied
nahloo.. ketahuan kan
D_wiwied
ooh i see.. jd gitu awal mulanya, mung krn wkt itu Disra msh kecil dan polos jd dia melupakan kejadian itu ya
D_wiwied
ga usah bikin aturan kek gitulah pak, ntar di balik loh, situ kan jg pacaran ma Disra 😆🤪
D_wiwied
masih penasaran sama awal mula pertemuan pertama mereka, kalo Melvin bisa ingat ma Disra kenapa Disra enggak.. apakah ada sesuatu di masa lalu 🤔
D_wiwied
aah.. jd keinget lagunya Rossa, nada-nada cinta 🎶
D_wiwied
ampun dah pak Melvin, jangan terlalu overthinking lagian kalian tu blm jadian kan jangan smpe disra makin ilfil ke kamu
D_wiwied
turuti aja dulu dis, ntar melvin ngreog bisa bahaya kamu 😆
jen
masa sih Melvin secupu itu /Facepalm/
jen
tp kan IT pasti kaitan internet. edukasi gtuan banyak kan
jen
belah duren Thor /Determined/
jen
segitu peseknya apa yaaa
jen
asik dapat undangan nih....

dandan yg cantik, pake baju kosidahan buat Dateng kondangan Marvin /Facepalm/
jen
manis bgt sih Marvin
jen
sedihhhh pasti nih... ada gag Malvin yaaa sesungguhnya /Cry/
jen
malu" mau... siapa yg bisa nolak dih.... jgn jual mahal sih... /Facepalm/
jen
owh itu rahasianya /Grimace//Cry/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!